Saturday, April 4, 2015

Jadikanlah kejujuran sebagai kendaraanmu

Standard
Hari ke-5
Kalau anda berbohong dan
orang lain percaya kepada anda,
        maka anda telah kehilangan diri anda
dan harus malu,
karena orang lain masih percaya
 pada diri anda sedangkan
anda tidak mampu
mempercayai diri sendiri”.
~Aris Ahmad Jaya ABCo

         Mahasiswa yang super,

Saatnya kita bercermin apakah setiap tindakan kita di kampus telah menunjukkan sebuah landasan kejujuran, Saat mengerjakan tugas ‘Apakah kita berani mengatakan bahwa kita plagiat,” Pak,saya sebenarnya mengcopy tugas ini dari blog “Sang pengajar Fiska’’? atau “Pak sebenarnya tugas ini bukan saya yang mengerjakan melainkan teman-teman kelompok”. Jika kawan-kawan telah melakukan hal kecil yang sangat sulit yaitu kejujuran.
         
Dalam hari ke-5 ini lah kita mencoba merakit sebuah kata yang hilang dari seorang mahasiswa yaitu “kejujran”. Bukankah ketika kita mampu mengungkapkan sebenarnya, maka ketenangan yang luhur yang berada di pikiran dan hati kita.
         
Tiada yang marah ketika kita mampu merasional sebuah kejujuran kepada Dosen, Orang tua, Teman , serta kawan-kawan seperjuangan.Sekali lagi yang penting membahasakan sebuah kejujuran harus dengan ecerdasan berkata-kata. Agar tiada ambiguitas yang besar antara kawan-kawan dengan lawan bicara.
         
Ketika seorang mahasiswa fisika mendapatkan nilai 50 saat ujian FI pada mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar, karena ia saat itu sedang menghadapi sebuah permasalahan pribadi. Walaupun ia telah belajar di saat sebelum nya namun ketika masalah itu membuyarkan kosentrasinya. Ia pun memberanikan diri untuk melapor kepada sang dosen bahwa 

“Bu,saya sedang mengalami kondisi belajar yang rendah karena permasalahan yang ada.Bu, mohon berikan saya kesempatan ujian lagi?”.Alangkah bahagianya ia ketika itu solusi diberikan oleh sang dosen “Ya,sudah kerjakan tugas yaitu mencari hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan mata kuliah kita ini?”.beliau langsung berkata”siap,Bu.makasih ya Bu”.
         
Sebuah sikap yang harus kita mulai cerminkan ke lingkungan kampus, sikap jujur emang sulit tapi bisa kok. Untuk menambah semangat kawan-kawan dalam bertindak jujur simaklah cerita ini;
         
Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggir kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan.
         
Melihat apel yang jatuh merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa  berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapatkan ijin pemiliknya.
         
Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya. Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah mkan setengah dari buah apel ini. Aku harap Anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini, Aku khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan meminta agar dihalalkan apel yang telah ku makan ini.” Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”.
         
Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa.Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh.Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa siijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya
“Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka”.
         
Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu,Tsabit langsung member salam dengan sopan,seraya berkata,”Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu?”.
         
Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkat tiba-tiba,”Tidak,saya tidak bisa menghalalkan kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, ‘Apa syarat itu tuan?”. Orang itu menjawab,”Engkau harus mengawini putriku!”.
         
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka ia berkata ,”Apakah karena hanya aku memakan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu,aku harus mengawini putrimu?”.
         
Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit.Ia malah menambahkan,katanya,”sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta,bisu dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”.
         
Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun.Dia berpikir dalam hatinya,apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi,”selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan.!”
         
Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap,” Aku akan menerima pinangannya dan perkawinannya.Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Rabbul’alamin.Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhoiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikan disisi Allah Ta’ala.
         
Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu,karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga.Maka iapun mengucapkan salam”Assalamu’alaikum….”

Tak sangka,wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya.
         
Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini.”Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”,Kata Tsabit dalam hatinya.
         
Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya? Setelah Tsabit duduk disamping istrinya, dia bertanya,”Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta.Mengapa?”Wanita itu kemudian berkata,”Ayahku benar,karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”.
         
Tsabit bertanya lagi,”Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli.mengapa?”
         
Wanita itu menjawab,”Ayahku benar,karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridho Allah.
         
Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh,bukan?” Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya.Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata,”Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja.Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”.
         
Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya,” Ketika kulihat wajahnya…Subhanallah,dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.
         
Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun  dan berbahagia. TIdak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah keseluruh penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit. Itulah makna dan buah dari kejujuran.

Sungguh sangat super,Bukan.Kejujuan yang berbuah keridhoan Allah swt.Marilah kita berrefleksikan bahwa sudah sampai dimana kita bersikap jujur kepada orang tua,teman,dosen serta lingkungan sekitar kita. Selayaknya lah kita memperbaiki diri dihari ke-5 ini dengan senantiasa berdzikir dan bertindak benar.

Perkataan Imam Al-Ghazali mengenai shiddiq bahwa Allah berfirman,
“…Orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah…”(al-Ahzab : 23)

Untuk mengetahui keutamaan berkata jujur, cukup dengan mengetahui bahwa julukan shiddiq diberikan Allah kepada para Nabi, seperti dalam beberapa firman Allah,

“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.”(Maryam : 41)

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya,dan dia adalah seorang rasul dan nabi”.(Maryam : 54)
Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang membenarkan, dan seorang nabi”.(Maryam : 56)

Ibnu Abbas berkata,”Empat perkara apabila ia memilikinya, maka beruntunglah ia : jujur, malu, perangai yang baik, dan bersyukur.”
Basyar bin Harits berkata,” Barang siapa yang beribadah kepada Allah dengan dilandasi shiddiq, maka ia tidak mau menjadi penjilat bagi manusia”.

Abdullah bin Ramli berkata, “ Aku bermimpi bertemu Manshur ad-Dainuri. Lalu aku berkata,”Apa yang dilakukan Allah kepada mu?”. Ia menjawab,”Allah  telah memberikan pengampunan, rahmat, dan kenikmatan yang tidak aku bayangkan sebelumnya”. Lalu aku kembali bertanya,”Perkara apa yang paling baik dipersembahkan seorang hamba kepada Allah?”. Ia menjawab,”Kejujuran dan paling buruknya persembahan adalah kebohongan”.
         
Abu sulaiman berkata,” Jadikanlah kejujuran sebagai kendaraanmu, Kebenaran sebagai senjatamu, dan Allah sebagai tujuan utama permohonanmu”.
         
Seorang berkata kepada Hakim,”Aku belum pernah berjumpa dengan orang yang benar-benar jujur.” Hakim berkata,”Seandainya kamu jujur, maka kamu akan bertemu dengan orang-orang yang jujur”.
         
Muhammad bin Ali al-Kinaani berkata,” Menurutku, agama ini dibangun diatas tiga fondasi: Kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Kebenaran atas anggota tubuh, keadilan atas hati, dan kejujuran atas pikiran”.
         
Subhanaallah, Bahwa kejujuran akan menghantarkan kita pada sebuah kesuksesan ber-Abdi dan kesuksesan Diri. Sangat memungkinkan ketika setiap kawan-kawan melakukan sebuah hal kecil ini ,pasti aka nada sebuah perubahan yang besar yang dirasakan yaitu sebuah ketenangan berjiwa (hati). Kawan-kawan mahasiswa,sesungguh sangat baik sekali ketika kita mampu meberikan kabar yang jujur kepada orang tua kita mengenai hal perkembangan di kampus baik,hasil belajar maupun kondisi kampus. Ini semua akan mendorong rasa syukur orang tua serta rasa tenang di hati orang tua kita, bahwa kita berkampus dengan benar.

“…Orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah…”(al-Ahdzab : 23)

0 comments:

Post a Comment