Guru
dan peserta didik bekerjasama mempelajari cara baru, dan meninggalkan
kepribadian yang telah membantunya mencapi tujuan dan menggantinya sesuai
dengan tuntutan masa kini. Proses itu menjadi suatu transaksi bagi guru dan
peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam
setiap aspek, perkembangan kepribadian memiliki ciri khusus sehubungan dengan
tuntutan kenyataan yang efektif dilihat dari segi waktu dan tempat. Ketika
terjadi perubahan, tuntutan terhadap cara berperilaku, peserta didik dan guru
harus segera menyesuaikan dan memenuhi tuntutan baru, serta meniggalkan
kebiasaan lama yang tidak lagi membantu pemenuhan kebutuhan. Mereka berharap
dapat memasuki dunia baru yang memerlukan ide, kebiasaan dan keterampilan baru,
dengan tetap memelihara cara lama yang memuaskan dan masih sesuai. Dalam hal
ini sebaiknya guru jangan meninggalkan peserta didik memilih cara baru yang
belum terlatih penggunaannya.
Memang
proses meniggalkan cara lama dan langsung mengambil yang baru merupakan suaatu
yang halus dan kompleks. Bukanlah karena yang lama jelek, melainkan merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan dalam kurun waktu dan tempat tertentu, dan
pernah menjadi sesuatu yang baik, serta telah memberikan bantuan dalam usaha
memenuhi kebutuhan pribadi.
Guru sebagai pembawa cerita
Guru
dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidupan melalui puisi, dan berbagai
cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita
– cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat
bermanfaat bagi manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.
Manusia
tertarik terhadap apa saja yang mengingatkannya kepada dirinya sendiri. Ketika
seorang melihat dirinya sendiri pada cermin, ia benar-benar merasa terpikat
perhatiannya oleh apa yang dilihatnya, ia diam, dan memanfaatkan cara ini untuk
memikirkan apa yang dilihat. Didepan cermin, menggerakkan bibirnya ,
menggerakkan kepala, dan macam-macam gerak lagi, untuk meyakinkan apa yang
dilihat, dan berharap bahwa apa yang dilihatnya memang benar.
Guru
berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa
mendatang. Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah mengetahui
bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga mampu
menggunakan kejadian di masa lalu untuk menginterpretasikan kejadian sekarang
dan yang akan datang. Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan
menyadari keterbatasan fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang
maksimal.
Guru sebagai seorang aktor
Sebagai
seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah
disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton.
Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton
tertawa, mengikuti dengan sungguh – sungguh, dan bisa pula menangis terbawa
oleh penampilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai berperan sesuai dengan
tuntutan naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri,
persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek – aspek baru dari
setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana yang diminta,
dan kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam
serta mekanisme fisik yang harus ditampilkan.
Sebagai
seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu
memahami respon-respon
Guru sebagai kulminator
Tidak
ada manusia yang mengetahui kapn kehidupan dimulai dan diakhiri, demikian pula
dengan kegiatan belajr. Beberapa pertanyaan diajukan , misalnya, apakah
kehidupan dimulai sejak sebelum konsepsi ataukah sejak manusia dilahirkan ?
dalam hal belajar, kita tidak thu kapan seorang anak mulai belajar berjalan,
berbicara dan sebagainya. Kita juga tidak tahu perssi, kapan kita belajar
memahami sesuatu konsep, dan kapan belajar membuat kesimpulan.
Bagi
individu yang tidak mempunyai keinginan untuk menjadi bagian dari suatu
kelompok tertentu, atau yang tidak mempunyai tujuan tertentu, belajar secara
insidental atau secara acak barangkali
akan lebih tepat. Individu belajar dengan cara demikian akan mengalami
kesulitan, karena kurang bisa dibantu oleh orang lain, terutama guru, kecuali
hanya orang-orang tertentu saja yang memeiliki kelebihan. Mereka dikenal dengan
orang – orang otodidak, tidak berijazah tetapi memiliki kemampuan intelektual
sperti orang yang berijazah.
Sesuai
dengan kebutuhan manusia, baik secara individu maupun kelompok, dikembangkanlah
pendidikan formal, dan lahirlah guru. Melalui guru, dengan sarana yang disebut
kurikulum orang menerima pesan – pesan pendidkan. Kehgidupan guru berhubungan
erat dengan kehidupan masyarakat yang beranekaragam, dan untuk itu guru
dibekali dengan kemampuan profesionalnya.
Belajar
di ruang kelas tidak bersifat insidental, melainkan terncana, artifisial, dan
sangat selektif. Guru harus mampu menghentikan kegiatannya pada suatu unit
tertentu dan kemudian maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan
menciptakan suatu kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan belajar.
Kemampua ini nampak dalam bentuk menutup pembelajaran, menarik atau membuat
suatu kesimpulan bersama peserta didik, melaksanakan penilaian, mengadakan
kenaikan kelas, dan mengadakan karya wisata.
Guru
adalah orang yang emngarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran sebagai kulminator terpadudengan peran
sebagai evaluator.
Melalui
rancangannya, guru mengembangkan tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan
dalam tahap kulminasi. Dia mengembangkan rasa tanggung jawab, mengembangkan
keterampilan fisik dan kemampuan intelektual yang telah dirancang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat melalui kurikulum. Benarkah kemampuan – kemampuan yang
dikembangkan itu bisa muncul dalam tahap kulminasi ? tugas guru umtuk
menjawabnya melalui pengamatan terhadap pelaksanaan tahap kulminasi oleh sang
kulminator
Melaksanakan tugas tambahan
peraturan
pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa
guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala
satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan
pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit
produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat
diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina
pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
0 comments:
Post a Comment