Peranan Ilmu Jiwa
Pendidikan Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru
Sesuatu yang merupakan suatu
keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi bagi setiap pendidik yang
kompeten dan professional adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan
peserta didik. Dalam hal ini tanpa mengurangi peranan didaktik dan metodik ilmu
jiwa sebagai ilmu pengetahuan yang berupaya memahami keadaan dan perilaku
manusia, termasuk para siswa yang satu sama lainnya berbeda itu, amat penting
bagi para guru di semua jenjang kependidikan.
Pendidikan, selain merupakan
prosedur juga merupakan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu
yang saling berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru
dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa
lainnya, terjadi proses dan
peristiwa psikologis. Peristiwa dan proses psikologis ini sangat perlu untuk
dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memperlakukan para siswa
secara tepat.
memadai agar dapat mendidik
para siswa melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pengetahuan mengenai ilmu jiwa pendidikan bagi para guru berperan penting dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan karena
eratnya hubungan antara ilmu jiwa khusus tersebut dengan pendidikan seerat
metodik dengan kegiatan pengajaran.
Pengetahuan yang bersifat
psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar dan proses
belajar-mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru atau guru
yang sedang bertugas di lembaga-lembaga pendidikan formal. Para
dosen di perguruan tinggi pun, bahkan para orang tua dan mereka yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan informal seperti para kyai di pesantren,
para pendeta dan pastur di gereja, dan para instruktur di lembaga-lembaga
pendidikan dan pelatihan kejuruan, pada prinsipnya juga memerlukan pengetahuan
ilmu jiwa pendidikan.
Masalah belajar dan
hubungannya dengan ilmu jiwa pendidikan, unsure utma dalam pelaksanaan sebuah
system pendidikan di manapun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah
proses edukatif ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal atau
informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang
dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar mengajar tersebut
adalah ilmu jiwa pendidikan.
Namun sudah barang tentu
bahwa masih ada sumber-sumber pengetahuan lainnya yang juga berhubungan dengan
proses belajar mengajar. Pemahaman dan kemampuan guru yang kompeten dan
professional dalam memanfaatkan teknik-teknik ilmu jiwa pendidikan merupakan
hal yang tak pantas ditawar-tawar.
Sebagai seorang calon guru
maupun praktisi pendidikan, tak perlu memandang ilmu jiwa pendidikan sebagai
satu-satunya gudang penyimpan jawaban-jawaban yang benar dan pasti atas
persoalan-persoalan kependidikan yang dihadapi. Namun sebaliknya, praktisi
pendidikan harus tetap perlu tahu bahwa dalam ilmu jiwa pendidikan terdapat
serangkaian stok informasi mengenai teori-teori dan praktik belajar, mengajar,
dan belajar-mengajar yang dapat dipilih. Dalam hal ini, pilihan tersebut
seyogyanya diselaraskan dengan kebutuhan kontekstual sesuai dengan tuntutan
ruang dan waktu. Dengan bahasa lain, pilihan ilmu jiwa tersebut harus cocok
dengan keperluan ke-kini-an dan ke-disini-an, baik itu
ditinjau dari sudut kepentingan para siswa maupun dari sudut jenis dan sifat
materi yang akan disjikan kepada peserta didik.
Satu hal yang menurut
Lindgren sebagaimana dikutip M. Surya merupakan manfaat ilmu jiwa pendidikan
bagi seorang guru yaitu membantu para guru dan calon guru dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan prosesnya[ii]. Sedangkan
menurut Chaplin menuturkan bahwa ilmu jiwa pendidikan bermanfaat untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara
menggunakan metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis[iii].
Dari dua pendapat di atas
dapat diambil sebuah rumusan bahwa secara umum ilmu jiwa pendidikan merupakan
alat bantu penting yang mendukung bagi
penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Hal ini dikarenakan bahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam ilmu
jiwa pendidikan dapat dijadikan landasan berfikir dan bertindak dalam mengelola
proses belajar mengajar. Sedang proses
tersebut merupakan unsure utama dalam pelaksanaan setiap system pendidikan.
Selanjutnya guru yang
kompeten dalam perspektif ilmu jiwa pendidikan adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapaun guru yang bertanggung
jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis.
Adapun secara aplikatif,
terdapat beberapa hal yang bisa dipetik dari ilmu jiwa pendidikan yang
menunjang profesionalisme guru dalam mengajar. Beberapa hal tersebut yaitu:
1. Proses perkembangan siswa
Di
kalangan guru dan orang tua siswa, terkadang timbul pertanyaan apakah perbedaan
usia antara siswa yang satu dengan lainnya membuat perbedaan substansial dalam
hal merespon pengajaran. Pertanyaan iniu perlu dicari jawabannya melalui
pemahaman tahapan-tahapan perkembangan siswa dan cirri-ciri khas yang
mengiringi tahapan perkembangan tersebut.
Tahapan perkembangan yang lebih perlu
dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses belajar
mengajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan ranah cipta para siswa.
2. Cara belajar siswa
Di
manapun, proses pendidikan berlangsung, alas an utama kehadiran guru adalah
untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal
esensial bagi guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang
terjadi pada diri para siswanya.
Selain itu juga, seorang guru perlu
memahami pendekatan beljar, kesulitan belajar, dan alternative yang dapat
diambil untuk menolong siswa mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
3. Cara menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Tugas
utama guru sebagai pendidik sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional adalah mengajar. Secara singkat mengajar adalah kegiatan
menyampaikan materi pelajaran, melatih ketrampilan, dan menanamkan nilai-nilai
moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut kepada siswanya.
Sehingga sebagai seorang guru diharapkan
mengerti benar seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual maupun dalam
arti klasikal.
4. Pengambilan Keputusan untuk Pengelolaan PBM
Dalam
mengelola sebuah proses belajar-mengajar (PBM), seorang guru dituntut untuk
menjadi figure sentral yang kuat dan berwibawa, namun tetap santun dan
bersahabat. Sebelum mengelola sebuah proses belajar mengajar, guru perlu
merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Sesui perencanaan materi dan tujuan penyajiannya, guru perlu
menetapkan kiat yang tepat untuk menyampaikan materi tersebut kepada para siswa
dalam situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Untuk
memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan di atas, guru dituntut untuk
menempatkan diri sebagai pengambil keputusan (decision maker) yang penuh
perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologi. Jika tidak,
pengelolaan tahap-tahap interaksi belajar-mengajar akan tersendat-sendat dan
boleh jadi akan gagal mencapai tujuannya.
Agar
sebuah pengelolaan proses belajar mengajar mencapai sukses, seorang guru
hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang professional yang efektif.
Lalu, pandangan positif ini diejawantahkan dalam bentuk upaya-upaya pengambilan
keputusan mengenai materi-materi pelajaran, metode, pendekatan, tugas, dan
lainnya yang sesuai dengan kebutuhan para siswanya, sehingga terwujud suasana
belajar yang seperti diharapkan.
0 comments:
Post a Comment