Hari ke-29
Menabur Kasih
Sebuah lantunan cinta membunga di hati
setiap mahasiswa, memperindah situasi semangat belajar. Kawan-kawan sadari
bahwa kasih dapaat ditabur dengan integritas. Integritas adalah kejujuran
menunjukkan nilai-nilai positif yang kita yakini di dalam setiap tindakan dan
perkataan.
Kasih itu juga dapat ditabur dengan sebuah perkataan-perkataan yang
ikhlas dan menyentuh pribadi dengan nyaman. Melakukan tindakan-tindakan mulia
dan realistis akan membuat suasana menjadi lebih damai sehingga kuliah pun
terasa lebih baik dan indah.
Kawan-kawan
sebuah cerita ilustrasi dari rakyat melayu yang berjudul : Kabaran Tujuh Puteri
Bersaudara.
Konon
menurut Kabaran(Cerita) di satu kampong, ada satu keluarga yang mempunyai tujuh
orang puteri bersaudara. Dari ketujuh putrid yang bersaudara itu yang paling
cantik ialah puteri bungsu, dan yang paling disayangi ibunya adalah putrid
bungsu pula.
Rasa
cemburu dan iri hati kakaknya si Bugsu yang enam lagi disebut Kenam. Si Kenam
selalu membenci adiknya si Bungsu dengan mengatakan bahwa si Bungsu adalah yang
paling malas, bodoh, dan Bengal. Si Bungsu tak pernah merasakan sedikitpun
nikmat bersaudara. Si Bungsulah yang selalu disuruh kerja berat ke lading dan
mengambil ranting ke hutan.
Demikian
pada suatu ketika Si Bungsu pergi ke hutan mengambil ranting(kayu api) dan
sampailah ia ketepi sebuah kolam. Dalam Kolam itu ada seekor ikan warna putih
yang bernama Dondong. Oleh si Bungsu Dongdong itu ditangkap dan dibawa pulang
ke rumah.
Sesampainya di rumah, ikan Dongdong itu dimasukkan kedalam tempayan.
Selang beberapa hari ikan Dongdong itu makin besar lalu tak muat lagi dalam
tempayan, kemudian dipindahkan lagi ke sungai. Tiap pagi dan petang si Bungsu
prig ke sungai untuk member makan ikan Dongdong. Untuk memanggil ikan dongdong
itu, si bungsu punya cara sendiri dengan nyanyian.
Nyanyiannya ialah :
“Dongdongku,dongdongku
Ketengah kau minum
Ketepi kau makan”
Rupanya
si Kenam mengetahui rahasia memanggil ikan Dongdong itu. Waktu si bungsu pergi
ke hutan mengambil kayu, pergilah si Kenam ke sungai untuk membunuh ikan
dongdong si bungsu. Sebaik ikan dongdong muncul, si kenam pun memukul ikan
dongdong itu, lalu mati, kemudian dibawa pulang ke rumah. Sesampainya di rumah
sebagian ikan dongdong itu dimasak untuk dimakan tetapi kepalanya dibuang ke
balik dapur. Setelah hari menjelang petang, si bungsu pun pulang dari hutan
membawa kayu. Sebaik si bungsu tiba di pekarangan rumah seekor ayam bersuara
katanya : “koko…kokooo!!! Kepala si dongdong dibalik dapur”.
Mendengar kokok
ayam itu si bungsu pun menaruh curiga, lalu pergi ke sungai untuk mengetahui
apa gerangan yang terjadi terhadap ikan dongdong.
Sesampainya
di sungai, si bungsu memanggil ikan dongdong berulang-ulang, tetapi tak
muncul-muncul lagi. Si bungsu menangis dengan sangat pilu. Kemudian ia teringat
kokok ayam tadi. Si bungsu menuruti petunjuk ayam, lalu pergi ke balik dapur.
Disana dijumpainyalah kepala ikan dongdong yang disayanginya itu. Diambilnya
kepala ikan dongdong itu lalu ditanam di tengah halaman. Tidak lama kemudian
tumbuh menjadi kayu merak.
Demikian
sayangnya si bungsu akan kayu merak itu, lalu disiramnya pagi dan petang.
Kemudian si kenam cemburu lagi, lalu si
kenam ber buat kasar hingga akhirnya menyakiti si bungsu. Karena terus
disakiti si bungsu pergi ke halaman sambil menatap kayu merak,katanya : “kayu
merak tinggilah kau kayu”
Akhirnya
si bungsu dan kayu merak menjulang tinggi lalu sampai ke bulan.
Benar sebuah refleksi untuk bercermin,
sesungguhnya setiap manusia memiliki niat untuk berbuat baik kepada sesama
makhluk hidup. Menabur kasih dengan kata yang menyenangkan, menabur tindakan
penuh kasih dan akhirnya sampailah kedamaian di hati setiap insan termasuk
kita.
0 comments:
Post a Comment