Saturday, April 4, 2015

Menabur Kasih

Standard
Hari ke-29   
Menabur Kasih

Sebuah lantunan cinta membunga di hati setiap mahasiswa, memperindah situasi semangat belajar. Kawan-kawan sadari bahwa kasih dapaat ditabur dengan integritas. Integritas adalah kejujuran menunjukkan nilai-nilai positif yang kita yakini di dalam setiap tindakan dan perkataan. 

Kasih itu juga dapat ditabur dengan sebuah perkataan-perkataan yang ikhlas dan menyentuh pribadi dengan nyaman. Melakukan tindakan-tindakan mulia dan realistis akan membuat suasana menjadi lebih damai sehingga kuliah pun terasa lebih baik dan indah.
               
Kawan-kawan sebuah cerita ilustrasi dari rakyat melayu yang berjudul : Kabaran Tujuh Puteri Bersaudara.
               
Konon menurut Kabaran(Cerita) di satu kampong, ada satu keluarga yang mempunyai tujuh orang puteri bersaudara. Dari ketujuh putrid yang bersaudara itu yang paling cantik ialah puteri bungsu, dan yang paling disayangi ibunya adalah putrid bungsu pula.
               
Rasa cemburu dan iri hati kakaknya si Bugsu yang enam lagi disebut Kenam. Si Kenam selalu membenci adiknya si Bungsu dengan mengatakan bahwa si Bungsu adalah yang paling malas, bodoh, dan Bengal. Si Bungsu tak pernah merasakan sedikitpun nikmat bersaudara. Si Bungsulah yang selalu disuruh kerja berat ke lading dan mengambil ranting ke hutan.
               
Demikian pada suatu ketika Si Bungsu pergi ke hutan mengambil ranting(kayu api) dan sampailah ia ketepi sebuah kolam. Dalam Kolam itu ada seekor ikan warna putih yang bernama Dondong. Oleh si Bungsu Dongdong itu ditangkap dan dibawa pulang ke rumah. 

Sesampainya di rumah, ikan Dongdong itu dimasukkan kedalam tempayan. Selang beberapa hari ikan Dongdong itu makin besar lalu tak muat lagi dalam tempayan, kemudian dipindahkan lagi ke sungai. Tiap pagi dan petang si Bungsu prig ke sungai untuk member makan ikan Dongdong. Untuk memanggil ikan dongdong itu, si bungsu punya cara sendiri dengan nyanyian. 

Nyanyiannya ialah :
“Dongdongku,dongdongku
Ketengah kau minum
Ketepi kau makan”
               
Rupanya si Kenam mengetahui rahasia memanggil ikan Dongdong itu. Waktu si bungsu pergi ke hutan mengambil kayu, pergilah si Kenam ke sungai untuk membunuh ikan dongdong si bungsu. Sebaik ikan dongdong muncul, si kenam pun memukul ikan dongdong itu, lalu mati, kemudian dibawa pulang ke rumah. Sesampainya di rumah sebagian ikan dongdong itu dimasak untuk dimakan tetapi kepalanya dibuang ke balik dapur. Setelah hari menjelang petang, si bungsu pun pulang dari hutan membawa kayu. Sebaik si bungsu tiba di pekarangan rumah seekor ayam bersuara katanya : “koko…kokooo!!! Kepala si dongdong dibalik dapur”. 

Mendengar kokok ayam itu si bungsu pun menaruh curiga, lalu pergi ke sungai untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi terhadap ikan dongdong.
               
Sesampainya di sungai, si bungsu memanggil ikan dongdong berulang-ulang, tetapi tak muncul-muncul lagi. Si bungsu menangis dengan sangat pilu. Kemudian ia teringat kokok ayam tadi. Si bungsu menuruti petunjuk ayam, lalu pergi ke balik dapur. Disana dijumpainyalah kepala ikan dongdong yang disayanginya itu. Diambilnya kepala ikan dongdong itu lalu ditanam di tengah halaman. Tidak lama kemudian tumbuh menjadi kayu merak.
               
Demikian sayangnya si bungsu akan kayu merak itu, lalu disiramnya pagi dan petang. Kemudian si kenam cemburu lagi, lalu si  kenam ber buat kasar hingga akhirnya menyakiti si bungsu. Karena terus disakiti si bungsu pergi ke halaman sambil menatap kayu merak,katanya : “kayu merak tinggilah kau kayu”
               
Akhirnya si bungsu dan kayu merak menjulang tinggi lalu sampai ke bulan.


Benar sebuah refleksi untuk bercermin, sesungguhnya setiap manusia memiliki niat untuk berbuat baik kepada sesama makhluk hidup. Menabur kasih dengan kata yang menyenangkan, menabur tindakan penuh kasih dan akhirnya sampailah kedamaian di hati setiap insan termasuk kita.

0 comments:

Post a Comment