4.1 Pengertian
Model
Pembelajaran Generatif pertama kali diperkenalkan oleh Wittrock dan Osborne
pada tahun 1985. Model pembelajaran ini berlandaskan pada teori belajar
konstruktivistik. Teori konstruktivistik mengemukakan bahwa pengetahuan
bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun
lingkungan. Dengan demikian konsep pembelajaran menurut teori konstruktivitik
adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep
baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Proses
pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa
mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna
(Komarudin:2009:56).
Von Garlserfeld
mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan
yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu:
1.
Kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman.
2.
Kemampuan menbandingkan
dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan.
3.
Kemampuan untuk lebih
menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. (Budiningsih:2004:57).
Selaras
dengan teori belajar konstruktivistik, model belajar generatif adalah model
pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru
dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya.
Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab
persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab
permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam
memori jangka panjang (Katu:1995:1).
4.2 Langkah
Pembelajaran Model Generatif
a. Eksplorasi
Tahap
pertama yaitu tahap eksplorasi yaitu disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap
eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi tahap pengetahuan,
ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau
diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong
siswa agar mampu melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa
beberapa aktivitas atau tugaas/tugas seperti melalui demonstrasi atau
penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data atau fakta
yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.
Dalam
aktivitas ini, gejala, data, dan fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat
merangsang siswa untuk berpikir kritis, mengkaji fakta, data, gejala,
serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Dengan
demikian pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa.
Melalui aktifitas demonstrasi atau penulusuran, siswa didorong untuk mengamati
gejala atau fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan
muncul pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah
berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta
atau gejala yang baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses
diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat
dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis.
Pada
proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan,
memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan
pendapat/ide/ hipotesis. Pendapat / ide / hipotesis sebaiknya disajikan secara
tertulis. Pendapat/ide/hipotesis siswa yang berhasil teridentifikasi mungkin
ada yan benar dan mungkinada pula yang salah. Apabila konsepsi siswa ini
salahmaka dikatakan terjadi salah konsep (misconception
). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya tidak memberikan makna,
menyalahkan, atau membenarkan terhadap konsepsi siswa. Pengujian hipotesis
siswa akan dilakukan pada kegiatan eksperimen oleh siswa sendiri. Pendapat
diatas berdasarkan asas pembelajaran kuantum disebut alami sebelum member nama,
yang artinya biarkan siswa melakukan proses eksperimen/penelusuran terlebih
dahulu, kemudian baru menyimpulkan.
b. Pemfokusan
Tahap kedua
yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau intervensi. Pada tahap
pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium
atau dalam model pembelajaran lain. Pada tahap ini guru bertugas sebagai
fasilitator yang menyangkut kebutuhan
sumber, member bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat
melaukukan proses sains.
Tugas-tugas
pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi
peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri.
Tugas-tugas pembelajaran yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus
persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas
haruslah memberikan kemungkinan siswa untuk beraktivitas sesuai caranya sendiri
atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok
yang terdiri atas 2 sampai 4 siswa sehingga dapat berlatih untuk meningkatkan
sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama
teman sejawat, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar
pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya.
c. Tantangan
Tahap ketiga
yaitu tantangan. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan
menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempresentasikan temuan melalui
diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi prsoses tukar pengalaman
diantara siswa.
Dalam tahap ini
siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai
pendapat teman, dan mengahargai adaya perbedaaan diantara pendapat teman. Pada
saat diskusi, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya
diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh
kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses
kognitif, yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi.
Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar menurut
data eksperimen, terjadi proses akomodasi konsepsi siswa cocok dengan data
empiris.
Pada tahap ini
sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal
dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut. Pemberian soal
latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju yang sukar (Sutarman dan
Swasono, 2003). Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian
besar siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika langsung diberikan soal
yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian besar siswa akan mampu
menyelesaikannya dengan benar maka akan dapat menurunkan motivasi belajar
siswa.
d. Penerapan
Tahap keempat
adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan
masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru
yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian
tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa diluar jam pertemuan
merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan (Sutarman dan Swasono :
2003). Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan
adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran)
secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa
akan masuk ke memori jangka panjang; ini berarti tingkat retensi siswa semakin
baik. (Made Wena : 2009)
Secara
operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran generatif dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penerapan model pembelajaran generatif di kelas
No.
|
Langkah Pembelajaran
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
1.
|
Pendahuluan
|
§ Memberikan
aktivitas melalui demonstrasi/contoh-contoh yang dapat merangsang siswa untuk
melakukan eksplorasi.
|
§ Mengeksplorasi
pengetahuan, idea tau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman
sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran tingkat kelas sebelumnya.
|
§ Mendorong
dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/pendapat serta merumuskan
hipotesis.
|
§ Mengutarakan
ide-ide dan merumuskan hipotesis.
|
||
§ Membimbing
siswa untuk mengklasifikasikan pendapat.
|
§ Melakukan
klasifikasi pendapat/ide-ide yang telah ada.
|
||
2.
|
Pemfokusan
|
§ Membimbing
dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks permasalahan yang berkaitan
dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian.
|
§ Menetapkan
konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa
menjadi kenal terhadap bahan yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep.
|
|
|
§ Membimbing
siswa melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.
|
§ Melakukan
pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan
konsep.
§ Memutuskan
dan menggambarkanapa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide
kedalam kelompok.
|
§ Menginterpretasi
respon siswa dan menguraikan ide siswa.
|
§ Mempresentasikan
ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.
|
||
3.
|
Tantangan
|
§ Mengarahkan
dan memfasilitasi agar terjadi pertukuran ide antar siswa. Menjamin semua ide
siswa dipertimbangkan. Membuka diskusi dan mengusulkan melakukan demonstrasi
jika diperlukan.
|
§ Memberikan
pertimbangan ide kepada antar siswa.
|
§ Menunjukkan
bukti ide ilmuan (scientist view)
|
§ Menguji
validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti.
§ Membandingkan
ide ilmuan dengan ide kelas (class view)
|
||
4.
|
Aplikasi
|
§ Membimbing
siswa merumuskan permasalahan yang sangat sederhana.
§ Membawa
siswa mengklarifikasikan ide baru.
|
§ Menyelesaikan
problem praktis dengan menggunakan konsep dalam situasi yang baru.
§ Menerapkan
konsep yang baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.
|
§ Membimbing
siswa agar mampu menggambarkan secara verbal penyelesaian problem.
§ Ikut
terlibat dalam merangsang dan berkontribusi kedalam diskusi untuk
menyelesaikan permasalahan.
|
§ Mempresentasikan
penyelesaian masalah di hadapan teman. - Diskusi dan debat tentang
penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelsaian masalah.
§ Menarik
kesimpulan akhir.
|
4.3 Kelebihan
Kelebihan model generatif:
a. Pembelajaran Generatif memberikan peluang kepada siswa
untuk belajar secara kooperatif.
b.
Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan
bertukar pikiran dengan siswa yang lainnya, menjawab pertanyaan dari guru,
serta berani tampil untuk mempresentasikan hipotesisnya.
c.
Pembelajaran Generatif cocok untuk meningkatkan
keterampilan proses.
d.
Merangsang rasa ingin tahu siswa.
e.
Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka
panjang
4.4 Kekurangan
Kekurangan model generatif:
a. Dikawatirkan akan terjadi salah konsep.
b. Membutuhkan
waktu yang relatif lama
4.5 Cakupan Materi
Cakupan Materi SMP:
No.
|
Model Pembelajaran
|
Kelas
|
Materi yang cocok
|
Alat Peraga
|
1.
|
Generatif
|
VII
|
· Suhu
dan Pengukurannya
· Pengukuran
· Kalor
|
·
Suhu
dan Pengukurannya :
-
Termometer
-
3
buah ember
-
Air
panas
-
Es
·
Pengukuran
:
-
Mistar
-
Jangka
Sorong
-
Neraca
-
Mikrometer
Skrub
-
Beban
-
Kaleng
·
Kalor
:
-
Tampilan
Macromedia Flash
-
Lilin
-
Air
-
Balon
-
Es
|
2.
|
VIII
|
· Usaha
dan Energi
· Cahaya
· Alat
– alat Optik
|
·
Usaha dan
Energi :
-
Katrol
-
Macromedia
Flash
-
Meja
-
Bola Lampu
-
Kabel
Listrik
·
Cahaya :
-
Kit Optik
-
Macromedia
Flash
-
Jarum Pentul
-
Laser
·
Alat – alat
Optik :
-
Kit Optik
-
Macromedian
-
Flash
|
|
3.
|
IX
|
· Listrik
Statis
· Kemagnetan
|
·
Listrik
Statis :
-
Multimeter
-
Resistor
-
Lampu
-
Kabel
·
Kemagnetan :
-
Magnet
batang
-
Kompas
-
Mistar
panjang
-
busur
|
0 comments:
Post a Comment