PARADIGMA lama memenangkan
pertarungan kekuasaan politik, terutama pemilu selama orde baru dengan pola
represif sudah ketinggalan zaman. Perubahan sistem politik membuka peluang
hadirnya cukup banyak partai politik.Jumlah partai yang beragam, secara langsung
berimplikasi pada taktik dan strategi untuk memenangkan perebutan kekuasaan
politik. Partai politik yang mengandalkan kekuatan dan represif sudah tidak
akan dilirik oleh pemilih.
Keterbukaan dan pilihan
referensi informasi yang cukup gencar, memberi banyak pilihan bagi pemilih
menentukan sikap dan pilihan-pilihan politiknya. Kompetisi partai politik
meraih dukungan dan simpati pemilih juga sangat seru. Pola dan stretegi yang
dilakukan termasuk mencoba gunakan pendekatan baru dengan pemasaran politik (marketing
politik).
Pendekatan ini termasuk hal yang baru, tetapi partai politik atau pihak yang menggunakan pola pemasaran politik, secara realitas mampu meraih dukungan maksimal dan signifikan. Pendekatan marketing politik menawarkan kepada para politisi untuk secara efektif menyusun produk politik, segmentasi politik, positioning politik, dan komunikasi politik.
Pendekatan ini termasuk hal yang baru, tetapi partai politik atau pihak yang menggunakan pola pemasaran politik, secara realitas mampu meraih dukungan maksimal dan signifikan. Pendekatan marketing politik menawarkan kepada para politisi untuk secara efektif menyusun produk politik, segmentasi politik, positioning politik, dan komunikasi politik.
Pemasaran politik mengacu pada
konsep pemasaran yang sudah cukup klasik yakni pola pendekatan 4 PS (Produk,
Promosi, Price, Place, dan Segment). Menganut pola ini bagi parpol dan pihak
yang menerapkannya bakal mampu meraup dukungan yang cukup besar dan luar biasa.
Produk dalam pemasaran politik
tercakup di dalamnya, platform partai, masa lalu, dan karakteristik personal.
Promosi yakni iklan politik, publikasi, dan even debat publik. Harga politik
termasuk di dalamnya, biaya ekonomi, biaya psikologis serta efek image
nasional. Sedangkan unsur tempat yakni program marketing, personal, program,
dan valunteer.
Faktor segmen dan pemetaan
pemilih juga menjadi indikator penting memenangkan pertarungan. Pemetaan
pemilih sangat perlu dipahami dan diketahui, karena masing-masing lapisan
pemilih berbeda cara pandang dan memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi.
Selain segmen, parpol dan
kandidat presiden, gubernur, bupati, atau walikota juga harus membangun image
dan kesan kepada pemilih. Proses pembentukan image dalam dunia bisnis, kurang
lebih sama ketika partai politik atau sosok calon pemimpin politik ingin
memenangkan pertarungan di panggung politik.
Image bagi parpol dan individu
merupakan salah satu strategi untuk melihat kesan dan citra yang melekat pada
orang. Kemampuan membangun image dalam kurun waktu panjang, akan memberi banyak
manfaat kepada parpol atau individu ketika bertarung memperebutkan dukungan
politik dalam pilkada atau pemilu.
Ketika partai politik dan
kandidat calon presiden ikut bertarung dalam Pemilu 2004 dengan sistem
langsung, ada yang melirik pemasaran politik sebagai salah satu strategi guna
meraih dukungan pemilih. Pola baru itu kelihatan mendapat respons positif dari
masyarakat.
Tim sukses dari parpol dan
kandidat meletakkan jualan politik pada kacamata bisnis, hasilnya menunjukkan
parpol dan sosok yang melakukan pemasaran politik itu meraih dukungan sangat
signifikan, dan malah memenangkan pertarungan politik tersebut.
Pemasaran politik dituntut para
tim sukses untuk mampu membaca tren dan kecenderungan pasar politik. Para tim sukses harus paham dan mengerti apa sebenarnya
keinginan dan impian dari pemilih. Jika mampu terbaca dan menjawab keinginan
itu, maka dukungan secara maksimal akan dengan mudah dapat tercapai.
“Kontribusi pemasaran politik
terletak pada strategi untuk dapat memahami dan menganalisis apa yang
diinginkan dan dibutuhkan para pemilih.” (hal 199).
Pilkada pada tingkat gubernur,
bupati atau walikota, selama masa kampanye atau persiapan menghadapi hari
pencoblosan. Strategi pemasaran politik menjadi salah satu kebutuhan dan
menjadi faktor sangat menentukan.
Kandidat biasanya menyewa
lembaga konsultan politik yang banyak memberi solusi dan advokasi terhadap
semua tahapan pilkada. Terutama membangun image dan pencitraan di tengah
publik. Figur yang mampu memainkan aspirasi dan keinginan pemilih dengan pola
pendekatan pemasaran politik akan lebih memudahkan meraih dukungan yang cukup
signifikan.
Realitas politik selama proses
pilkada termasuk di Sulsel menunjukkan para calon yang menganut pola pemasaran
politik dengan pendekatan 4 PS, dominan mampu meraih dukungan cukup signifikan
dan memenangkan pertarungan politik.
Buku ini juga secara gamblang
membahas tentang perilaku pemilih yang kadang sulit ditebak kemana arahnya.
“Ketertarikan pemilih kepada
konstestan dapat dijelaskan dengan menggunakan model kedekatan (proximity) dan
model spatial– pemilih cenderung memberikan suaranya kepada parpol atau seorang
konstestan yang dianggap memiliki kesamaan, serta kedekatan sistem nilai dan
keyakinan.” hal (115).
Seorang akan memilih partai atau
seorang calon sepanjang memiliki kesamaan dalam cara memecahkan masalah serta
kesamaan dalam paham dan nilai dasar ideologi. Bagi kandidat calon gubernur,
walikota atau bupati yang akan bertarung dalam pilkada, sebaiknya memahami pola
baru pendekatan pemilih dengan melihat dari sudut pemasaran politik.
Globalisasi dan perubahan yang
luar biasa dalam tatanan kehidupan dan sistem politik, menjadikan pemasaran
politik dilihat dari aspek pendekatan pemasaran bisnis. Taktik dan strategi
dalam dunia bisnis itu ternyata pada penerapan di dunia politik terutama untuk
meraih dukungan maksimal termasuk cukup menentukan.
0 comments:
Post a Comment