Tinjauan
Historis.
Perumusan
NIK “NDP”, sejak awal merupakan produk Nurcholis Madjid. Gagasan dasar karya
cak Nur ini di dasari oleh kegelisahannya sebagai anak bangsa dan pimpinan
ormas kemahasiswaan pada saat itu, yang menyadari betul pertarungan ideologis
antara Kapitalisme dan Sosialisme, Islam dan nasionalisme, atau Islam dan
Kapitalisme. Dan akan dibawah kemana orientasi pembangunan bangsa, selama anak
bangsa belum menekukan dasar filosofi pembangunan yang berdimensi
ke-Indonesiaan yang pluralistik. Renungan inilah mendorong cak Nur setelah
perjalanannya mengelilingi Benoa Amerika dan Eropa, melakukan i’tikaf di
masjidil haram sambil menghatamkan al-qur’an, cak Nur menuliskan satu rangkaian
tematik yang berisi tuju konsepsi nilai yang menjadi paradigma pemikiran dan
aksi kader HMI.
Karena
dipandang penting peran yang diaminkan oleh HMI, maka naskah cak Nur ini
mendapat penyempurnaan oleh Endang
Syaifuddin Anshori dan Tsakib Mahmud, sebagai team yang direkomundasikan
oleh kongres Malang untuk menyempurnakan aspek teknis redaksional dan bukan
aspek konseptual substansif. Upaya menghadirkan konsepsi NIK sebagai sebuah
kerangka pemikiran dan aksi ini, dimaksudkan untuk pengejewantahan dua tujuan
dasar kehadiran HMI yang diprakarsai oleh Lafran Pane dan dideklaraskan oleh
para pendidirnya pada tanggal 5 Februari l947. Tujuan pertama, mempertahankan kemrdekaan negera Republik Indonesia dari
intervensi kolonialisme Internasional. Kedua,
menegakan syiar Islam di bumi Indonesia. Secara interpretatif kedua tujuan HMI
itu, memiliki makna dealektika kausal, bahwa tidak ada da’wah Islam tanpa ada
kedaulatan wilayah politik. Islam akan berkembang menjadi agama budaya dan
agama masyarakat, bila masyarakat Indonesia mempunyai kedaulatan negara.
Untuk
itu pada dataran historis maupun sosiologis dapat ditafsirkan, bahwa arti
kehadiran HMI senantiasa terkait secara signifikan dengan agenda ke-indonesiaan
maupun agenda ke-umatan. Dalam konteks ini eksistensi HMI berada pada dua pilar
tersebut. Orientasi perkaderan HMI memposisikan visi dan persepsi serta gerakan
HMI dalam kerangka merespon arus perubahan masyarakat dengan tidak
mempersoalkan wilayah kebangsaan dan wilayah keumatan. Namun bagi kader HMI
antar umat dan bangsa merupakan agneda yang integral dalam visi dan pemikiran
yang terpatri pada setiap kader HMI. Bahkan HMI pun telah membuktikan bahwa
sepanjang 54 tahun, HMI tidak pernah memisahkan kedua agenda "umat dan
bangsa" secara dikotomis dalam dinamika perkaderan. Berkaitan dengan itu,
maka kehadiran NIK yang merupakan kerangka formulatif yang mengintegrasikan
pandangan maupun visi pemikiran pada setiap kader HMI. NIK akan mengelaborasi
pluralitas kader dan berfungsi sebagai alat perekat ke dua pilar tersebut,
sehingga kader HMI mempunyai keutuhan visi dalam membawa masa depan bangsa
Indonesia secara totalitas dalam menghadapi berbagai perubahan, baik bersifat
intern maupun bersifat internasional. Dengan membangun visi integratif pada
kader HMI, berarti telah menjadikan HMI merupakan aset potensial yang strategis
dalam membentuk kepribadian bangsa serta membawa masa depan bangsa yang
menguasai peradaban besar.
0 comments:
Post a Comment