1.1 Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Istilah cooperative
learning dalam wacana Indonesia dikenal dengan pembelajaran kooperatif atau
pembelajaran keolmpok. Cooperative learning dapat juga diartikan sebagai suatu
motif kerja sama, dimana setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus
diikuti apakah memilih kerja sama, berkompetisi, atau individualistis.
(Zulkifli. A, 2009 :32)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan
membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini
terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih
tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut.
Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk
kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model
pengajaran langsung.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Ibrahim, 2000:28).
NHT atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia
berarti Teknik Kepala Bernomor Terstruktur
ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan
tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan
kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan
pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan
struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
12.2
Sintaks dari Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT adalah sebagai berikut :
1.
Pendahuluan
Fase
1 : Persiapan
a) Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT).
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c) Guru melakukan apersepsi
d) Guru memberikan motivasi pada siswa
2.
Kegiatan Inti
Fase 2 : Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tahap pertama
Penomoran (Numbering)
1) Penomoran (Numbering)
Guru
membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Penomoran pada siswa dimaksudkan agar
lebih mudah ketika siswa di panggil untuk menjawab pertanyaan sebagai
perwakilan dari kelompoknya. Apabila jawaban dari siswa yang nomornya dipanggil
itu benar, maka nilai yang akan diperoleh adalah nilai yang diberikan kepada
semua anggota kelompok.
Melalui
penomoran, siswa diharapkan lebih bertanggung jawab atas dirinya dan
kelompoknya terhadap pemahaman materi karena setiap siswa mempunyai peluang dan
kesempatan yang sama untuk dipanggil dan mewakili kelompoknya dalam memberi
jawaban.
Penomoran
dilakukan guru dengan membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim
yang beranggotakan 3-5 orang. Pengelompokkan siswa harus heterogen.
Keheterogenan mencakup jenis kelamin, ras, agama, dan tingkat kemampuan
(tinggi, sedang, rendah) yang dilakukan dengan terlebih dahulu melihat hasil
belajar siswa sebelumnya. Setelah itu, setiap siswa diberi nomor sehingga
setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
2)
Guru menjelaskan secara singkat tentang materi zat dan
wujudnya.
3)
Siswa bergabung dengan tim atau anggotanya yang telah
ditentukan
Tahap
kedua
Mengajukan
pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut dapat bervariasi. Pertanyaan dapat
amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan dalam interaksi
belajar-mengajar adalah penting karena melalui pertanyaan dapat menyelidiki
penguasaan siswa, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian
atau prasangka yang keliru. Suatu pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri:
·
Jelas dan singkat, maksudnya bahwa pertanyaan yang
diajukan guru harus jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat pengembangan siswa.
·
Pemberian acuan, yakni pemberian informasi yang relevan
dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
·
Kecepatan dan selang waktu, yakni pemberian kesempatan
berpikir bagi siswa sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
·
Pemindahan giliran, yaitu pemberian kesempatan pada
beberapa siswa untuk menjawab suatu pertanyaan.
·
Penyebaran, yaitu pemberian kesempatan kepada seluruh
siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
·
Pemberian tuntunan, bila pertanyaan yang diajukan guru
tidak mendapat jawaban yang sempurna, guru perlu memberi tuntunan kepada siswa untuk lebih
menyempurnakan jawabannya.
Tahap ketiga
Berpikir bersama (Head Together)
Siswa
berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Pada tahap inilah
siswa mengadakan diskusi dengan teman kelompoknya diharapkan mempunyai jawaban
atau pendapat sendiri atas pertanyaan yang diberikan. Jawaban atau pendapat itu
kemudian didiskusikan, hingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki
jawaban yang sama. Siswa yang tergolong pintar atau yang sudah paham terhadap
materi tersebut dapat memberikan pengetahuannya pada siswa yang kurang
mengerti, sehingga tercipta saling ketergantungan antar siswa.
Tahap
keempat
Menjawab
(Answering)
1)
Menjawab (Answering) : Guru memanggil satu nomor
tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Jika jawaban yang
diberikan salah atau kurang tepat maka guru dapat memberikan arahan untuk pembenaran jawaban. Penghargaan juga
diberikan bagi kelompok yang memberi jawaban yanga benar. Dalam memanggil suatu nomor guru secara acak
menyebut nomor dari 1 sampai x (x adalah banyaknya kelompok dalam kelas siswa).
Anak yang terpilih dari tahap 4 dalam kelompok x adalah anak yang diharapkan
menjawab
2)
Guru mengamati hasil yang diperoleh oleh masing-masing
kelompok yang berhasil baik, dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum
berhasil dengan baik (jika ada).
Fase 3 : Penutup : Evaluasi
1)
Dengan bimbingan guru siswa mebuat rangkuman
2)
Siswa diberi PR dari buku paket atau buku panduan lain.
3)
Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
Variasi
dalam NHT
- Setelah
seorang siswa menjawab, guru dapat meminta kelompok lain apakah setuju
atau tidak setuju dengan jempol ke atas atau ke bawah.
- Untuk masalah
dengan jawaban lebih dari satu, guru dapat meminta siswa dari setiap
kelompok-kelompok yang berbeda untuk masing-masing memberi sebagian
jawaban.
- Seluruh siswa
dapat memberi jawaban secara serentak.
- Seluruh siswa
yang menanggapi dapat menulis jawabannya di papan tulis atau di kertas
pada saat yang sama.
- Guru dapat
meminta siswa lain menambahkan jawaban bila jawaban yang diberikan belum
lengkap.
12.3 Kelebihan dari Model
Pembelajaran Kooperatif NHT
Satu
aspek penting pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah bahwa disamping
pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan
hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif tipe NHT
secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademik mereka. Peningkatan
belajar terjadi tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau
aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kelompok seperti pemecahan masalah,
berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat
digunakan strategi kooperatif. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan
tingkat berpikir lebih tinggi selama dan setelah dalam kelompok kooperatif
daripada mereka kerja sama dalam individual atau kompetitif. Jadi materi yang
dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama.
Berikut
ini diberikan beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa dengan hasil belajar yang
rendah, yaitu :
a.
Meningkatnya
pencurahan waktu pada tugas
b.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
c.
Memperbaiki sikap terhadap IPA dan
sekolah
d.
Memperbaiki
kehadiran
e.
Angka
putus sekolah lebih rendah
f.
Penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
h.
Konflik
antar pribadi berkurang
i.
Sikap
apatis berkurang
j.
Pemahaman
yang lebih mendalam. (Ibrahim, 2000:18-19).
12.4 Kekurangan dari Model
Pembelajaran Kooperatif NHT
a.
Hanya bisa
meningkatkan akademik siswa
b.
kurang bisa di pakai dalam semua cakupan
materi
c.
Persiapannya memerlukan
lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu.
d.
Membutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
e.
Kecenderungan topik
pembicaraan dapat menjadi berkembang.
f.
Saat berdiskusi masih ada
didominasi seseorang.
Kelemahan yang ada pada pembelajaran kooperatif ini lebih bersifat
teknis, artinya hal-hal yang timbul ketika pembelajaran itu akan atau sedang
diterapkan. Jika seseorang guru teliti dan mampu mengatur proses pembelajaran,
maka waktu yang dibutuhkan tidak akan menyita jam mata pelajaran lain serta
pembicaraan yang terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana. Namun untuk
masalah biaya yag dibutuhkan cukup banyak, maka tidak perlu membebankan pada
guru dan siswa, disini sebaiknya pihak sekolah ikut andil dalam penyediaan
anggaran dana khususnya bagi pengembangan model-model pembelajaran di sekolah.
12.5 Cakupan Materi yang pas dengan Model
Pembelajaran Kooperatif NHT
No.
|
Model Pembelajaran
|
Kelas
|
Materi yang cocok
|
Alat Peraga
|
1.
|
Penerapan Konsep
|
VII
|
· Suhu dan
Pengukurannya
· Pengukuran
· Kalor
|
·
Suhu dan
Pengukurannya :
-
Termometer
-
3 buah ember
-
Air panas
-
Es
·
Pengukuran :
-
Mistar
-
Jangka Sorong
-
Neraca
-
Mikrometer
Skrub
-
Beban
-
Kaleng
·
Kalor :
-
Tampilan
Macromedia Flash
-
Lilin
-
Air
-
Balon
-
Es
|
2.
|
VIII
|
· Usaha dan
Energi
· Cahaya
· Alat – alat
Optik
|
·
Usaha dan Energi :
- Katrol
- Macromedia
Flash
- Meja
- Bola
Lampu
- Kabel
Listrik
·
Cahaya :
- Kit
Optik
- Macromedia
Flash
- Jarum
Pentul
- Laser
·
Alat – alat Optik :
- Kit
Optik
- Macromedian
- Flash
|
|
3.
|
IX
|
· Listrik Statis
· Kemagnetan
|
·
Listrik Statis :
- Multimeter
- Resistor
- Lampu
- Kabel
·
Kemagnetan :
- Magnet
batang
- Kompas
- Mistar
panjang
- busur
|
0 comments:
Post a Comment