Wednesday, June 8, 2016

Proses Basah Tekstil

Standard


Proses Basah Tekstil
Produksi yang lebih bersih, lebih ramah lingkungan, dan berkelanjutan hingga kini masih menjadi masalah penting dalam proses pembuatan bahan tekstil. Rangkaian pemrosesan dalam pembuatan bahan tekstil meliputi produksi serat, pemintalan benang, pembuatan kain dengan cara pertenunan, perajutan ataupun proses nir-tenun (nonwoven), dan penyempurnaan. Di antara tahapan proses tersebut, penyempurnaan tekstil merupakan proses yang melibatkan energi, bahan-bahan kimia, dan air dalam jumlah besar. Oleh karena itu, industri tekstil saat ini masih mencari solusi untuk mencapai metode-metode produksi yang lebih bersih, lebih ramah lingkungan, dan berkelanjutan dalam operasi harian mereka (Kan, 2015).
Kain yang baru keluar dari proses pertenunan ataupun perajutan biasanya masih mengandung zat-zat yang pada umumnya disebut “kotoran” (impurities) yang meliputi kanji, minyak pelumas, dan zat-zat yang merupakan bagian alami dari serat-serat alam. Kanji diberikan pada proses persiapan pertenunan terutama untuk melindungi benang dari gaya-gaya friksi dan mekanik yang dapat mengakibatkan putus benang selama proses pertenunan. Minyak pelumas (spinning oil) biasa ditambahkan pada proses pemintalan dan pertenunan serat-serat sintetik. Serat kapas dan serat-serat alam lainnya mengandung zat-zat kimia yang secara alami memang merupakan bagian dari serat yang bersangkutan. Pada serat kapas, misalnya, 4-12% dari berat keringnya terdiri dari zat-zat non-selulosa dan perlu dihilangkan karena dapat mengganggu proses pewarnaan dan penyempurnaan khusus sesudahnya. Kain yang masih mengandung kotoran seperti itu disebut kain grey atau greige atau kain mentah dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan warna. Kain-kain tersebut pada umumnya masih berwarna sedikit kekuningan dan memiliki pegangan kaku serta agak kasar.
Proses basah tekstil (textile wet processing) merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk merujuk kepada rangkaian proses pengolahan bahan tekstil (benang maupun kain) yang meliputi persiapan penyempurnaan, pewarnaan (pencelupan dan pencapan), dan penyempurnaan khusus dan melibatkan penggunaan air sebagai media dalam jumlah sangat besar. Persiapan penyempurnaan (pretreatment) merupakan proses yang paling awal dan meliputi berbagai macam proses yang keseluruhannya dimaksudkan untuk menyiapkan kain agar mudah diproses pada tahap proses selanjutnya. Tergantung jenis kain (serat penyusunnya) yang akan diproses dan tingkat mutu yang diinginkan, persiapan penyempurnaan dapat terdiri dari penghilangan kanji (desizing), pemasakan (scouring), pengelantangan (bleaching) dan merserisasi (khusus untuk kain kapas). Proses pemasakan bertujuan menghilangkan kotoran yang terdapat secara alami pada serat dan kotoran-kotoran lain yang terbawa selama proses pembuatan kain. Pengelantangan adalah proses yang khas hanya dilakukan untuk kain-kain dari serat alam untuk menghilangkan pigmen alam yang terkandung pada serat dan menyebabkan kain mentah berwarna kekuningan hingga krem, sehingga diperoleh kain yang berwarna putih bersih. Pencelupan (dyeing) dan pencapan (printing) adalah proses pewarnaan untuk mendapatkan kain berwarna tanpa dan dengan motif. Kain-kain berwarna, dengan ataupun tanpa motif, dan kain-kain putih selanjutnya diproses dengan penyempurnaan khusus untuk memberikan efek-efek dan fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan tujuan akhir penggunaannya seperti anti kusut (crease resistant), anti bakteri, tahan api (flame retardant), hidrofilik, tolak air (water repellent), swa-bersih (self-cleaning) dan sebagainya.  Keseluruhan proses basah tekstil mulai dari persiapan penyempurnaan sampai dengan penyempurnaan khusus juga lazim dikenal sebagai penyempurnaan umum atau penyempurnaan saja.
Dalam proses penyempurnaan tekstil, berbagai bahan kimia dan reaksi kimia digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan pada bahan tekstil. Tidak semua zat-zat tersebut dapat terserap seluruhnya ke dalam serat. Zat-zat kimia tersebut ada yang tertinggal di dalam larutan dan ada juga yang terbawa oleh kain lalu terlepas sebagian pada saat pencucian. Bahan-bahan kimia yang dilepaskan dan menjadi residu tersebut kemungkinan besar beresiko masih memiliki efek berbahaya jika dilepas ke lingkungan (Leung et al., 1996). Peraturan pemerintah tentang limbah cair industri tekstil mempersyaratkan batasan-batasan yang harus dipenuhi oleh industri sebelum membuang limbah cairnya ke badan sungai dan lingkungan, sehingga untuk itu diperlukan suatu proses pengolahan air limbah yang memadai.
Air hingga saat ini masih menjadi media pelarut utama untuk proses penyempurnaan tekstil. Di samping itu, air juga dibutuhkan untuk menghasilkan uap yang masih menjadi media transfer panas utama untuk berbagai proses basah tekstil (Broadbent, 2001). Air untuk proses basah dalam tekstil dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi air permukaan dari sungai dan danau serta air bawah tanah dari sumur. Air alami atau yang belum diproses dapat mengandung berbagai spesies kimia yang dapat mempengaruhi proses basah dalam tekstil. Berbagai jenis garam-garaman dapat terkandung di dalam air, tergantung pada bentuk geologi yang dilalui air saat mengalir (Broadbent, 2001).
Setelah proses basah dalam tekstil, sejumlah besar air limbah akan dialirkan ke dalam sistem pembuangan umum atau misalnya air permukaan pada lahan terbuka, dimana air limbah tersebut diproses hingga mencapai batas toleransi yang ditetapkan. Karakteristik air limbah dari berbagai metode pemrosesan basah memiliki beberapa rentang nilai yang diperkirakan, diantaranya nilai pH (6.7-9.5); total alkalinitas (500-796 ppm); total pelarut (2180-3600 ppm); padatan endapan (80-720 ppm), kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592) kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592) kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592-800 ppm); Klorida (sebagai Cl-) (488-1390 ppm); sulfat (SO42-) (47-500 ppm); kalsium (Ca2+) (8-76 ppm); magnesium (Mg2+) dan natrium (sebagai Na+) (610-2175 ppm) (Broadbent, 2001).
Dengan demikian menjadi jelas di sini bahwa air memegang peran sangat penting dalam proses basah tekstil dan mewakili komponen biaya yang cukup besar. Jika pemakaian air dapat dikurangi secara signifikan, maka akan diperoleh penghematan biaya produksi secara besar-besaran di samping tentu saja keuntungan non-ekonomis lain yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan untuk masa depan.

1 comment:

  1. Dalam permainan poker dan domino 99 online membutuhkan banyak strategi untuk menang,
    memanfaatkan kartu bagus, ronde, waktu, taktik mengertak dan menipu lawan anda.
    seperti dalam semua varian poker, setiap individu bersaing untuk sejumlah uang atau chip yang diberikan oleh para pemain,
    dengan proses pembagian kartu secara acak. (PIN BBM: 7AC8D76B)

    ReplyDelete