Proses Basah Tekstil
Produksi yang
lebih bersih, lebih ramah lingkungan, dan berkelanjutan hingga kini masih
menjadi masalah penting dalam proses pembuatan bahan tekstil. Rangkaian
pemrosesan dalam pembuatan bahan tekstil meliputi produksi serat, pemintalan
benang, pembuatan kain dengan cara pertenunan, perajutan ataupun proses nir-tenun
(nonwoven), dan penyempurnaan. Di
antara tahapan proses tersebut, penyempurnaan tekstil merupakan proses yang
melibatkan energi, bahan-bahan kimia, dan air dalam jumlah besar. Oleh karena
itu, industri tekstil saat ini masih mencari solusi untuk mencapai
metode-metode produksi yang lebih bersih, lebih ramah lingkungan, dan
berkelanjutan dalam operasi harian mereka (Kan, 2015).
Kain yang baru
keluar dari proses pertenunan ataupun perajutan biasanya masih mengandung
zat-zat yang pada umumnya disebut “kotoran” (impurities) yang meliputi kanji, minyak pelumas, dan zat-zat yang
merupakan bagian alami dari serat-serat alam. Kanji diberikan pada proses
persiapan pertenunan terutama untuk melindungi benang dari gaya-gaya friksi dan
mekanik yang dapat mengakibatkan putus benang selama proses pertenunan. Minyak
pelumas (spinning oil) biasa
ditambahkan pada proses pemintalan dan pertenunan serat-serat sintetik. Serat
kapas dan serat-serat alam lainnya mengandung zat-zat kimia yang secara alami
memang merupakan bagian dari serat yang bersangkutan. Pada serat kapas,
misalnya, 4-12% dari berat keringnya terdiri dari zat-zat non-selulosa dan
perlu dihilangkan karena dapat mengganggu proses pewarnaan dan penyempurnaan
khusus sesudahnya. Kain yang masih mengandung kotoran seperti itu disebut kain grey atau greige atau kain mentah dan tidak ada hubungannya sama sekali
dengan warna. Kain-kain tersebut pada umumnya masih berwarna sedikit kekuningan
dan memiliki pegangan kaku serta agak kasar.
Proses basah
tekstil (textile wet processing)
merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk merujuk kepada rangkaian
proses pengolahan bahan tekstil (benang maupun kain) yang meliputi persiapan
penyempurnaan, pewarnaan (pencelupan dan pencapan), dan penyempurnaan khusus
dan melibatkan penggunaan air sebagai media dalam jumlah sangat besar.
Persiapan penyempurnaan (pretreatment)
merupakan proses yang paling awal dan meliputi berbagai macam proses yang
keseluruhannya dimaksudkan untuk menyiapkan kain agar mudah diproses pada tahap
proses selanjutnya. Tergantung jenis kain (serat penyusunnya) yang akan
diproses dan tingkat mutu yang diinginkan, persiapan penyempurnaan dapat
terdiri dari penghilangan kanji (desizing),
pemasakan (scouring), pengelantangan
(bleaching) dan merserisasi (khusus
untuk kain kapas). Proses pemasakan bertujuan menghilangkan kotoran yang
terdapat secara alami pada serat dan kotoran-kotoran lain yang terbawa selama
proses pembuatan kain. Pengelantangan adalah proses yang khas hanya dilakukan
untuk kain-kain dari serat alam untuk menghilangkan pigmen alam yang terkandung
pada serat dan menyebabkan kain mentah berwarna kekuningan hingga krem,
sehingga diperoleh kain yang berwarna putih bersih. Pencelupan (dyeing) dan pencapan (printing) adalah proses pewarnaan untuk
mendapatkan kain berwarna tanpa dan dengan motif. Kain-kain berwarna, dengan
ataupun tanpa motif, dan kain-kain putih selanjutnya diproses dengan
penyempurnaan khusus untuk memberikan efek-efek dan fungsi-fungsi tertentu
sesuai dengan tujuan akhir penggunaannya seperti anti kusut (crease resistant), anti bakteri, tahan
api (flame retardant), hidrofilik,
tolak air (water repellent),
swa-bersih (self-cleaning) dan
sebagainya. Keseluruhan proses basah
tekstil mulai dari persiapan penyempurnaan sampai dengan penyempurnaan khusus
juga lazim dikenal sebagai penyempurnaan umum atau penyempurnaan saja.
Dalam proses
penyempurnaan tekstil, berbagai bahan kimia dan reaksi kimia digunakan untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan pada bahan tekstil. Tidak semua zat-zat tersebut
dapat terserap seluruhnya ke dalam serat. Zat-zat kimia tersebut ada yang
tertinggal di dalam larutan dan ada juga yang terbawa oleh kain lalu terlepas
sebagian pada saat pencucian. Bahan-bahan kimia yang dilepaskan dan menjadi
residu tersebut kemungkinan besar beresiko masih memiliki efek berbahaya jika
dilepas ke lingkungan (Leung et al., 1996).
Peraturan pemerintah tentang limbah cair industri tekstil mempersyaratkan
batasan-batasan yang harus dipenuhi oleh industri sebelum membuang limbah
cairnya ke badan sungai dan lingkungan, sehingga untuk itu diperlukan suatu
proses pengolahan air limbah yang memadai.
Air hingga saat
ini masih menjadi media pelarut utama untuk proses penyempurnaan tekstil. Di
samping itu, air juga dibutuhkan untuk menghasilkan uap yang masih menjadi
media transfer panas utama untuk berbagai proses basah tekstil (Broadbent,
2001). Air untuk proses basah dalam tekstil dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi air permukaan dari sungai dan
danau serta air bawah tanah dari sumur. Air alami atau yang belum diproses
dapat mengandung berbagai spesies kimia yang dapat mempengaruhi proses basah
dalam tekstil. Berbagai jenis garam-garaman dapat terkandung di dalam air,
tergantung pada bentuk geologi yang dilalui air saat mengalir (Broadbent,
2001).
Setelah proses
basah dalam tekstil, sejumlah besar air limbah akan dialirkan ke dalam sistem
pembuangan umum atau misalnya air permukaan pada lahan terbuka, dimana air
limbah tersebut diproses hingga mencapai batas toleransi yang ditetapkan.
Karakteristik air limbah dari berbagai metode pemrosesan basah memiliki
beberapa rentang nilai yang diperkirakan, diantaranya nilai pH (6.7-9.5); total
alkalinitas (500-796 ppm); total pelarut (2180-3600 ppm); padatan endapan (80-720
ppm), kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia
(592kebutuhan oksigen biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592) kebutuhan oksigen
biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592) kebutuhan oksigen
biologis (60-540 ppm), kebutuhan oksigen kimia (592-800 ppm); Klorida (sebagai
Cl-) (488-1390 ppm); sulfat (SO42-) (47-500
ppm); kalsium (Ca2+) (8-76 ppm); magnesium (Mg2+) dan
natrium (sebagai Na+) (610-2175 ppm) (Broadbent, 2001).
Dengan demikian
menjadi jelas di sini bahwa air memegang peran sangat penting dalam proses
basah tekstil dan mewakili komponen biaya yang cukup besar. Jika pemakaian air
dapat dikurangi secara signifikan, maka akan diperoleh penghematan biaya
produksi secara besar-besaran di samping tentu saja keuntungan non-ekonomis
lain yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan untuk masa depan.
Dalam permainan poker dan domino 99 online membutuhkan banyak strategi untuk menang,
ReplyDeletememanfaatkan kartu bagus, ronde, waktu, taktik mengertak dan menipu lawan anda.
seperti dalam semua varian poker, setiap individu bersaing untuk sejumlah uang atau chip yang diberikan oleh para pemain,
dengan proses pembagian kartu secara acak. (PIN BBM: 7AC8D76B)