REALITAS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI
AKTUALISASI SOSIAL INDONESIA DI MATA DUNIA
Disusun sebagai syarat untuk mengikuti latihan kader
II ( intermediet training ) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Semarang pada
tanggal 17-24 september 2011
Oleh :
Rhendi Van Pasaribu
Anggota Biasa HMI Cabang Medan
Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Medan
2011
BAB
I
Pendahuluan
Mission
dapat diartikan sebagai amanah/tanggungjawab. Pembahasan makna mission secara
harafiah coba tidak saya jabarkan, karena pemaknaan merupakan pembatasan, dan
setiap orang dapat melakukan pemaknaan terhadap suatu hal (tergantung mana yang
disepakati), maka untuk menghindari perbedaan makna, pembahasan makna secara
harfiah coba diabaikan.
Mission
pada hakekatnya untuk menumbuhkan kesadaran menyeluruh kader untuk senantiasa
berjuang mewujudkan tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Konsekuensi yang
harus diemban ketika tujuan telah dimaknai secara sadar dan mendalam, derivasi
atau turunan dari tujuan yang telah disadari merupakan bagian dari mission HMI.
Dari
situ maka pemahaman terkait tujuan HMI sekirannya perlu dijabarkan terlebih
dahulu dan kemudian mengetahui sebenarnya apa sebenarnya mission HMI.
Tujuan
yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Tujuan
HMI tertera dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI yaitu :
“TERBINANYA INSAN
AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS
TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dari tujuan tersebut jika coba dipilah
menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi….
2. Yang bernafaskan Islam…yang diridhoi Allah SWT
3. Dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur…
2. Yang bernafaskan Islam…yang diridhoi Allah SWT
3. Dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur…
Dari
pemilahan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagian ke-1 adalah
lingkupan perseorangan/kemahasiswaan, bagian ke-2 adalah lingkupan
ketauhidan/keislaman, dan bagian ke-3 adalah lingkupannya
kebangsaan/ke-Indonesia-an. Oleh karena itu ranah atau ruang gerak dari
organisasi ini adalah Kemahasiswaan, Keislaman, dan kebangsaan.
Kemudian
dari ruang gerak tersebut, timbul sebuah pertanyaan, sebenarnya apa yang
mengharuskan kita sebagai kader HMI untuk senantiasa mengemban tanggungjawab
untuk mewujudkan tujuan tersebut? Nilai intelektual kader apa yang harus
diimplementasikan ke lingkungan masyarakat agar tercapai?.
Setiap
status yang melekat pada diri kita pastilah mempunyai tanggungjawab yang harus
diemban. Seperti misalnya status sebagai kepala rumah tangga, maka
tanggungjawabnya adalah untuk memberikan perlindungan, nafkah terhadap
keluarganya; status orang sebagai guru, maka mampunyai tanggungjawab untuk
memberikan pendidikan; dan lain sebagainya yang pada intinya status tersebut
mempunyai tanggungjawab masing-masing.
Seperti
halnya statu yang dimiliki oleh anggota HMI, ketiga status tersebut memiliki
amanah/tanggungjawab yang harus diemban. Hal ini sudah menjadi konsekuensi
logis.
1)
Sebagai seorang mahasiswa maka mempunyai kewajiban untuk senantiasa menggunakan
keintelektualannya untuk menegakkan kebenaran, mengabdi kepada masyarakat, dan
membela kaum yang tertindas.
2)
Sebagai seorang Indonesia maka mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita-cita
Negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat adil dan
makmur (memusnahkan ketertindasan).
3)
Begitu pula sebagai seorang Islam harus senantiasa menegakkan nilai-nilai
kebanaran Islam untuk mendapatkan ridho Illahi.
Maka
dari itu mengapa tujuan HMI harus senantiasa diperjuangkan oleh kader-kader
HMI. Karena hal itu sejalan dengan status yang melekat pada diri kita. Namun
secara realitas kita juga masih sering menjumpai bahwa masih banyaknya kader
yang tak mengetahui perannya sebagai kader dalam menjalankan mission Hmi.
Segai
bentuk kasus dalam menjalankan peran bahwa kader sebagai mahasiswa, yaitu di
dalam dunia kampus semua mahasiswa mempunyai tuntutan untuk mengikuti proses
belajar mengajar di kelas, namun ada beberapa kader yang masih belum sadar
bahwa seorang kader itu harus mampu menjadi orang yang berprestasi di kelas.
Karna ini merupakan sebuah cerminan dalam mengimplementasikan mission.
Adapun
yang perah saya lakukan ketika berdiskusi dengan person kader yang seperti
diatas.saya mencoba menggali lebih dalam apa yang beliau pikirkan?apa yang
beliau pahami dalam peran kader untuk meningkatkan nilai intelektul didalam
dunia kampus.
Ada
hal yang “lose” dalam pemahaman kader dalam menjalankan mission Hmi, mereka
selalu vulgar dalm beraktifitas organisasi sehingga tidak mampu dalam melakukan
manajemen waktu sebagai peran-peran yang lain di dunia ini. Beliau masih sempat
berkata “tidak apa-apa” nngampus lama-lama,kan masih ada waktu yang penting
jangan lewat 7 tahun.Sebuah cerminan pemahaman yang salah bagi kader yang
seharusnya menjadi insan intelektual, agar dapat memberi kontribusi besar pada
bangsa dengan ke profesionalnya dalam meletakkan nilai-nilai intelektual di
kehidupan sehari-hari sebagai wujud implementasi.
Berdasarkan
hal diatas dan kejadian –kejadian yang lain. Saya ingin mengagas bahwa sebuah
konsep untuk memberi solusi bahwa dalam menumbuhkan kesadaran kader kita
harus membuat budaya akademis, sehingga
dalam mengimplementasikan nilai-nilai intelektul demi menjalankan mission
perjuangan Hmi.
0 comments:
Post a Comment