Wednesday, April 1, 2015

REALITAS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI AKTUALISASI SOSIAL INDONESIA DI MATA DUNIA

Standard
REALITAS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA SEBAGAI AKTUALISASI SOSIAL INDONESIA DI MATA DUNIA


Disusun sebagai syarat untuk mengikuti latihan kader II ( intermediet training ) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Semarang pada tanggal 17-24 september 2011

Oleh :
Rhendi Van Pasaribu
Anggota Biasa HMI Cabang Medan

Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Medan
2011

BAB I
Pendahuluan
Mission dapat diartikan sebagai amanah/tanggungjawab. Pembahasan makna mission secara harafiah coba tidak saya jabarkan, karena pemaknaan merupakan pembatasan, dan setiap orang dapat melakukan pemaknaan terhadap suatu hal (tergantung mana yang disepakati), maka untuk menghindari perbedaan makna, pembahasan makna secara harfiah coba diabaikan.
Mission pada hakekatnya untuk menumbuhkan kesadaran menyeluruh kader untuk senantiasa berjuang mewujudkan tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Konsekuensi yang harus diemban ketika tujuan telah dimaknai secara sadar dan mendalam, derivasi atau turunan dari tujuan yang telah disadari merupakan bagian dari mission HMI.
Dari situ maka pemahaman terkait tujuan HMI sekirannya perlu dijabarkan terlebih dahulu dan kemudian mengetahui sebenarnya apa sebenarnya mission HMI.
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Tujuan HMI tertera dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI yaitu :
“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SWT”.
Dari tujuan tersebut jika coba dipilah menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi….
2. Yang bernafaskan Islam…yang diridhoi Allah SWT
3. Dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur…
Dari pemilahan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagian ke-1 adalah lingkupan perseorangan/kemahasiswaan, bagian ke-2 adalah lingkupan ketauhidan/keislaman, dan bagian ke-3 adalah lingkupannya kebangsaan/ke-Indonesia-an. Oleh karena itu ranah atau ruang gerak dari organisasi ini adalah Kemahasiswaan, Keislaman, dan kebangsaan.
Kemudian dari ruang gerak tersebut, timbul sebuah pertanyaan, sebenarnya apa yang mengharuskan kita sebagai kader HMI untuk senantiasa mengemban tanggungjawab untuk mewujudkan tujuan tersebut? Nilai intelektual kader apa yang harus diimplementasikan ke lingkungan masyarakat agar tercapai?.
 Jika dilihat bahwa setiap anggota HMI memiliki 3 (tiga) status. Status tersebut yaitu 1) anggota HMI adalah seorang mahasiswa; 2) anggota HMI adalah seorang Islam; 3) anggota HMI adalah warga Negara Indonesia. Ketiga status tersebut sudah pasti melekat pada setiap anggota HMI.
Setiap status yang melekat pada diri kita pastilah mempunyai tanggungjawab yang harus diemban. Seperti misalnya status sebagai kepala rumah tangga, maka tanggungjawabnya adalah untuk memberikan perlindungan, nafkah terhadap keluarganya; status orang sebagai guru, maka mampunyai tanggungjawab untuk memberikan pendidikan; dan lain sebagainya yang pada intinya status tersebut mempunyai tanggungjawab masing-masing.
Seperti halnya statu yang dimiliki oleh anggota HMI, ketiga status tersebut memiliki amanah/tanggungjawab yang harus diemban. Hal ini sudah menjadi konsekuensi logis.
1) Sebagai seorang mahasiswa maka mempunyai kewajiban untuk senantiasa menggunakan keintelektualannya untuk menegakkan kebenaran, mengabdi kepada masyarakat, dan membela kaum yang tertindas.
2) Sebagai seorang Indonesia maka mempunyai kewajiban untuk mewujudkan cita-cita Negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan masyarakat adil dan makmur (memusnahkan ketertindasan).
3) Begitu pula sebagai seorang Islam harus senantiasa menegakkan nilai-nilai kebanaran Islam untuk mendapatkan ridho Illahi.
Maka dari itu mengapa tujuan HMI harus senantiasa diperjuangkan oleh kader-kader HMI. Karena hal itu sejalan dengan status yang melekat pada diri kita. Namun secara realitas kita juga masih sering menjumpai bahwa masih banyaknya kader yang tak mengetahui perannya sebagai kader dalam menjalankan mission Hmi.
Segai bentuk kasus dalam menjalankan peran bahwa kader sebagai mahasiswa, yaitu di dalam dunia kampus semua mahasiswa mempunyai tuntutan untuk mengikuti proses belajar mengajar di kelas, namun ada beberapa kader yang masih belum sadar bahwa seorang kader itu harus mampu menjadi orang yang berprestasi di kelas. Karna ini merupakan sebuah cerminan dalam mengimplementasikan mission.
Adapun yang perah saya lakukan ketika berdiskusi dengan person kader yang seperti diatas.saya mencoba menggali lebih dalam apa yang beliau pikirkan?apa yang beliau pahami dalam peran kader untuk meningkatkan nilai intelektul didalam dunia kampus.
Ada hal yang “lose” dalam pemahaman kader dalam menjalankan mission Hmi, mereka selalu vulgar dalm beraktifitas organisasi sehingga tidak mampu dalam melakukan manajemen waktu sebagai peran-peran yang lain di dunia ini. Beliau masih sempat berkata “tidak apa-apa” nngampus lama-lama,kan masih ada waktu yang penting jangan lewat 7 tahun.Sebuah cerminan pemahaman yang salah bagi kader yang seharusnya menjadi insan intelektual, agar dapat memberi kontribusi besar pada bangsa dengan ke profesionalnya dalam meletakkan nilai-nilai intelektual di kehidupan sehari-hari sebagai wujud implementasi.
Berdasarkan hal diatas dan kejadian –kejadian yang lain. Saya ingin mengagas bahwa sebuah konsep untuk memberi solusi bahwa dalam menumbuhkan kesadaran kader kita harus  membuat budaya akademis, sehingga dalam mengimplementasikan nilai-nilai intelektul demi menjalankan mission perjuangan Hmi.

0 comments:

Post a Comment