Monday, April 20, 2015

Tiga Lentera ( Cerita Bersambung )

Standard
Tiga Lentera
( Cerita Bersambung )
Karya Rhendi Van Pasaribu,S.Pd

            Kota ini merupakan tempat dimana semua lentera dibesarkan menjadi anak-anak yang tumbuh dengan sehat dan dapat belajar sambil bermain serta bermain sambil belajar. Kota metropolitan yang begitu indah, aman dan ramai. Lentera tinggal di tepi kota tersebut, di sebuah lorong yang padat penduduk dengan nuansa masyarakat yang heterogen. Dinamika sosial yang beraneka ragam dengan tingkat kriminal lingkungan yang tinggi.
            Lentera pertama bernama Alfarabi, seorang anak laki-laki pertama dari 3 bersaudara. Dia memiliki 2 saudara kandung yang bernama Hussein dan Fatimah. Mereka hidup dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang kuat. Alfarabi itu nama ku, Anak tertua dari seorang Ibu yang bernama Shelly, dan Ayah bernama Khodri. Alfarabi saat ini sudah tumbuh besar dan bersekolah di sekolah milik pemerintah di kota metropolitan, kota itu bernama Medan.
            Disuatu hari, Lentera pertama harus berjuang dalam hidup mereka yang diakibatkan usaha keluarga mereka yang bangkrut, dari sebuah ekonomi yang kacau berakibat banyak terhadap kehidupan ketiga lentera. Ketiga lentera mengalami dinamika keluarga yang seharusnya tidak mereka terima diusia yang sekecil ini, layaknya sebuah lagu dari penyanyi kesukaan Alfarabi yaitu Iwan Fals dengan lirik “ Anak sekecil itu berkelana lewat waktu...”. Lirik lagu itu menginspirasi sehingga dapat tumbuh diantara permukaan yang terjal, bebatuan yang keras dan angin yang kencang menghembus.
            Lentera pertama itu bagai api di suatu wadah pembakaran, yang terus ingin hidup dan membakar semangat kedua lentera lainnya. Api merupakan energi, energi yang memberikan panas dan cahaya. Panasnya membakar kemalasan dan pesimisme, dan cahayanya memberi jalan harapan bagi perjalanan ini. Bukankah Tuhan mengajarkan melalui Seorang Pria yang menjadi teladan kehidupan semua manusia lainnya, Beliau Rasulullah Muhammad SAW. Melalui lisan beliau terbentuk hadist yang selalu dibaca setiap insan termasuk Alfarabi. Sehingga begitu dia terus diajarkan kelimuan agama oleh guru spiritual, membuat energi dan harapan itu terus berkobar dihati.
            Dipagi hari yang cerah, Ibu bercerita dengan Alfarabi, untuk mencoba merajut kehidupan yang baru setelah bangkrut dengan berdagang minuman khas Medan yaitu TST, Teh Susu Telur serta warung mie rebus. Dengan keyakinan yang besar, lentera dan ibu memulai usaha baru tersebut, Alhamdulillah kehidupan mulai berwarna kembali, seakan ada embun pagi yang terus menyejukkan kehidupan kami.

            ********************************************************

0 comments:

Post a Comment