Wednesday, April 8, 2015

Nilai Identitas Kader (NIK) atau Nilai Dasar Perjuangan (NDP)

Standard
METODOLOGI PEMAHAMAN NIK
Upaya Mereform Visi dan Teologi Posotvisme HMI[1]

Oleh: MHR. Shikka Songge[2]

Nilai Identitas Kader (NIK) atau Nilai Dasar Perjuangan (NDP), oleh setiap kader HMI diyakini sebagai landasan pemikiran gerakan keberagamaan. NIK-NDP, meskipun telah sekian kali berganti nama, namun secara substansif maupun konseptual redaksional tidak mengalami perubahan apapun. Perubahan nama itu lebih merupakan sikap pragmatisme kader HMI yang tidak menguasai substansi NIK dan NDP, teori sosial dan metodologi. Hal yang demikian ini sebagai gejala kegamangan atau kepanikan dalam membaca realitas sosial yang fluktuatif tanpa memiliki nalar dan analisis sosial yang cukup. Perubahan nama, mengandung makna perubahan etika, visi, persepsi, kemudian mempengaruhi cara pandang, kesadaran sosial, yang melahirkan prilaku sosial oleh kader HMI. Akan tetapi perubahan nama tersebut tanpa disertai oleh perubahan etika, visi dan persepsi, maka perubahan nama tersebut hanyalah sebuah refleksi sosoial temporal dan emosional.

Urgensi Metodologi
Metodelogi, berarti instrumen dalam proses intelektual yang berfungsi untuk memudahkan seseorang dalam memahami sesuatu termasuk membaca naskah atau teks, agar dapat dimengerti. Naskah atau teks lebih merupakan dokumen yang memiliki kandungan yang luas, namun hanya dimengerti oleh sang penulis, karena dipengaruhi oleh situasi sosial tertentu, seperti: budaya, ideologi, agama, etnis. Tentunya keadaan yang demikian itu sangat mempengaruhi nalar intelektual seorang penulis. Sehingga sebuha naskah terkadang mudah terbaca dan terkadang memerlukan metode atau cara tertentu sehingga pesan yang tertulis dalam naskah tersebut mampu dimengerti dan dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu kebutuhan terhadap sebuah metode sangat penting bagi seorang dalam membedah naskah yang bersifat dokumenter. Tanpa metode, akan kehilangan arah bahkan menjadi sia-sia usaha yang dilakukan. Untuk itu pembedahan terhadap NIK - NDP mutlak diperlukan metode bagi setiap yang ingin memahaminya. Tanpa itu akan kehilangan orientasi.

Kebutuhan terhadap sebuah metode didasari oleh permasalahan yang dihadapi. Artinya sebuah metode akan mengikuti wilayah maslah yang dihadapi. Setiap wilayah permaslahan menuntut penyelesaian atau poembahasan analitik saintifik dengan metode tetentu. Bilamana suatu maslah tidak diikutkan dengan metode yang sesuai, maka akan menghasilkan autput yang tidak diharapkan. Bahkan berujung pada kemandekan, distruksi dan mungkin akan terjadi dekonstruksi pemikiram. Namun sebaliknya pemahaman sebuah teks dengan metode yang tepat akan memberikan apresiasi, proyeksi baru dan penemuan baru kearah pengembangan keilmuan Banyak fakta yang tersajikan kepada kita, bahwa para saintifik muslim yang melahirkan pemikiran Islam ideot, stagnan dan menggiring Islam menjadi agama marginal, agama fatalis, akibat pilihan-pilihan metodelogis yang tidak relevan. Kemandulan dunia islam lebih disebabkan oleh ketakberdayaan para ilmuan muslim yang mengalamai kemandulan intelektual, kehilangan imajani, kematian spiritualitas gerakan dan Islam menjadi agama anarkhis, fatalis dan anti transformasi dan modernisasi.

Nilai Dasar Perjuangan NDP-NIK secara historis maupun sosiologis kehadirannya tidak hanya untuk memberikan muatan spiritual, tapi sekaligus sebagai kerangka paradigmatik bagi kader HMI guna membangun visi dan etika gerakan kekaderan. Kerangka paradigmatik ini selanjutnya dapat diformulasi menjadi platfom pengembangan kreativitas budaya inteketual, budaya sosial, budaya kemanusiaan kader HMI. Dengan platform tersebut proses perwujudan makna kemanusiaan universal, melalui karya-kaya kreatif dan inovatof, yang bertujuan membangun masyarakat madani atau civil society atau masyarakat yang diridlohi Allah SWT akan tercapai. Dengan begitu pemahaman NIK-NDP lebih lanjut menjadi moral capital yang membangun refleksi intelektual, kerja inteklektual kearah menjawab agenda pembangunan bangsa yang terus mengalami eskalasi positivistik.

Dengan begitu penggunaan kata NIK, jauh lebih relevan, dimana makna “identitas kader” mengharuskan atau mensyaratkan setiap anggota HMI, dalam memaknai dimensi kekaderannya maupun kemanusiaanya dengan selalu mengambangkan refleksi kritis, refleksi kreatif dan refleksi inovatif, kearah penyempurnaan tatanan peradaban dan pranata budaya masyarakat. Dalam konteks ini eksistensi kader atau identitas kader HMI dapat dipotret melalui karya-karya kekaderan dan kemanusiaanya yang senantiasa produktif. Untuk itu kata identas kader, jauh lebih mengesankan makna kearifan manusia, keunggulan manusia sebagai hamba Tuhan yang soliter, yang berbudaya humanis transformatif, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan universal. Sedangkan kata “Paerjuangan” berkecenderungan malahirkan kader HMI yang reaktif, revifalis, reaksioner dan tidak mendasar. Selanjutnya izinkanlah saya untuk menggunakan sebutan Nilai Identitas Kader.






0 comments:

Post a Comment