Thursday, December 24, 2015

Surat Kabar sebagai Media Pembelajaran

Standard

Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dengan media, proses interaksi antara guru dan siswa akan semakin lancar dan membantu siswa dapat belajar secara optimal. Kemp dan Dayton dalam Yamin dan Ansari (2008:151-153) menjelaskan manfaat media pembelajaran, anatara lain (1) penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, (2) proses pembelajaran menjadi lebih menarik, (3) proses belajar siswa lebih interaktif, (4) kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, (6) proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, dan (7) peran guru lebih positif dan produktif.
Mengingat begitu banyak manfaat media, guru hendaknya sedapat mungkin menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, tidak selamanya media itu dapat dipergunakan dalam setiap materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi yang disajikan. Ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Usman dan Asnawir (2002:126) dan Depdiknas (2004b:39) menjelaskan lima kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu fungsional, ketersediaan, fortable, efesien, dan menarik. Fungsional berarti cocok dengan tujuan pembelajaran dan berfungsi menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketersediaan berarti media yang dibutuhkan mudah didapat dan digunakan. Fortable, yaitu menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang digunakan. Efesiensi berarti media yang digunakan cukup terjangkau, tidak harus mahal. Menarik berarti media yang digunakan memberikan efek menarik sehingga siswa termtovasi untuk terlibat dalam pembelajaran.
            Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, media pembelajaran berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan pembelajaran agar siswa memiliki kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Brown dalam Depdiknas (2004:17.18) menjelaskan tiga klasifikasi media, yaitu (1) sarana belajar, (2) sarana pendidikan untuk belajar, dan (3) fasilitas belajar. Kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, telepon, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, kamus, kliping, gambar, poster,  tabel, boneka, majalah, termasuk di dalamnya adalah surat kabar. Fasilitas belajar meliputi laboratorium bahasa, perpustakaan, studio, ruang diskusi, dan lain-lain.    

            Selain paparan tersebut, Usman dan Asnawir (2002:126) menjelaskan bahwa bahan-bahan tidak terpakai dapat dimanfaatkan menjadi media belajar. Berdasarkan pendapat ini, surat kabar yang sudah tidak terpakai dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Apalagi sudah tidak dipungkiri lagi bahwa sekolah terbiasa berlangganan surat kabar. Bahkan lebih dari satu jenis. Surat kabar yang sudah tidak terpakai hendaknya tidak tercecer begitu saja. Surat kabar ini dapat dibendel sesuai edisinya dan dijadikan koleksi perpustakaan sehingga jika dibutuhkan akan mudah didapat. Dalam surat kabar begitu banyak materi yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Ada teks berita, laporan, tajuk, surat pembaca, iklan, poster, grafik, tabel, denah, cerpen, cerita anak, dongeng, dan juga iklan baris. Hampir seluruh surat kabar menyediakan ruang untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan berlebihan memuat iklan baris. Dengan demikian, surat kabar dapat dijadikan media alternatif yang efektif untuk pembelajaran iklan baris.

Model Pembelajaran BBM ( berpikir, berbicara, dan menulis )

Standard
    Model Pembelajaran BBM
      Istilah model menurut Winataputra (2001:3) yaitu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar ini, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:5) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Sementara menurut Sudrajat (2008) model pembelajaran yaitu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran. 
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model BBM yaitu model yang dibangun melalui aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis. Model ini diadaptasi dari model kooperatif tipe think-talk-write dari Huinker dan Laughlin dalam Yamin dan Ansari (2008:84-87) dalam menumbuhkembangkan kemampuan  pemahaman dan komunikasi matematik siswa. Pengembangan model ini didasarkan pada kesamaan prinsip aktivitas dalam merangsang siswa untuk berpikir secara sistematis setelah proses membaca. Hal ini didukung oleh Suyatno (2009:66) bahwa pembelajaran think-talk-write ini dimulai dengan berpikir melalui bacaan, hasilnya bacaannya dikomunikaikan dan dilaporkan secara tertulis.
Sesuai dengan namanya, model BBM ini terdiri atas fase berpikir, berbicara, dan menulis. Strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya sebelum menulis. Menurut Yamin dan Ansari (2008:84) model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, dan membagi bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Fase pertama pada model BBM adalah berpikir. Aktivitas berpikir ini dapat dilihat dari proses membaca. Aktivitas tersebut menurut Utami (2007:27) terdiri atas (1) memahami jenis bacaan, (2) mencermati hal-hal yang dibahas, (3) memilah bagian-bagian penting, (4) mengkaji kata, istilah, atau ungkapan yang tidak diketahui, dan (5) menulis hal-hal penting. Hal yang identik dikemukakan Yamin dan Ansari (2008:85) bahwa kemampuan membaca secara komprehensif dianggap sebagai proses berpikir, meliputi (1) membaca baris-demi baris, (2) menentukan bagian-bagian penting, (3) membuat catatan, (4) mempersatukan ide, dan (5) menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Membuat catatan dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca.  Selain itu dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Fase kedua yatu berbicara. Pada fase ini, siswa dituntut untuk terampil berbicara dalam mengkomunikasikan hasil membacanya. Siswa menggunakan bahasa sendiri untuk menyajikan ide, membangun teori, dan berbagi informasi dengan sesama teman, Berkomunikasi atau berdialog dengan teman atau guru dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Keterampilan berkomunikasi ini dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan ide melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog sekaligus ia mengkonstruksi berbagai ide. Kegiatan pada fase ini sangat membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.Fase terakhir dari model BBM adalah menulis. Aktivitas menulis menurut Yamin dan Ansari (2008:87) berarti mengkonstruksi ide kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis ini akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa dan memantau kesalahan siswa. 

Menulis Iklan Baris

Standard
     
Salah satu kompetensi menulis yang diamanatkan Kurikulum 2006 adalah menulis iklan baris. Pengintegrasian kompetensi menulis iklan baris ini merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya kemampuan siswa dalam menulis iklan baris. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan media massa, termasuk media surat kabar. Hampir seluruh surat kabar menyediakan ruang untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan berlebihan memuat iklan baris.
Ciri yang dominan dari iklan baris pada surat kabar yaitu (1) bahasanya singkat, (2) banyak menggunakan singkatan, (3) kata-katanya pendek, (4) tanpa dilengkapi gambar,  dan (5) ditulis dalam beberapa baris. Hal ini sesuai dengan Tim Abdi Guru (2001:65)  bahwa iklan di surat kabar yang hanya berisi beberapa larik disebut dengan iklan mini atau iklan baris. Isinya bermacam-macam. Ada penawaran mobil, motor, elektronik, jasa transposrtasi, persewaan, pengobatan, sampai lowongan pekerjaan.  Untuk memudahkan pembaca menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya iklan baris dikelompokkan berdasarkan golongan barang atau jasa. Dari beberapa iklan baris tersebut, Depdiknas (2004a:42) mengelompokkannya menjadi dua kategori, yaitu (1) iklan lowongan dan (2) iklan jual beli. Iklan lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga atau ahli untuk dipekerjakan di kantor pemasangan iklan. Adapun iklan jual beli biasanya menawarkan barang atau jasa.
Untuk dapat menulis iklan baris, Depdiknas (2004a:42) memberikan langkah-langkah, yaitu (1) mentukan jenis iklan yang akan ditulis, apakah berupa iklan lowongan atau jual beli, (2) jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang dibutuhkan, tetapi jika iklan jual beli yang dipilih, tentukan barang atau jasa yang akan ditawarkan, (3) menuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan. Unsur-unsur tersebut akan sangat bergantung kepada pilihan jenis iklan yang akan digunakan, dan (4) menggunakan bahasa yang jelas dan singkat. Sementara Nurhadi, dkk. (2005:131) memberikan tips menulis iklan baris dengan cara, yaitu (1) menginformasikan barang atau jasa dengan singkat dan jelas, (2) menggunakan bahasa yang komunikatif, dan (3) menyertakan alamat pengikalanan dengan jelas sehingga mudah dibuhungi.
Lebih lanjut Depdiknas (2004a:43) menjelaskan bahwa unsur-unsur  yang harus dicantumkan dalam  penulisan iklan baris jenis lowongan pekerjaan yaitu, (1) jenis lowongan, (2) kriteria sumber daya yang dibutuhkan, (3) alamat pemasang iklan, dan dapat pula ditambahkan (4) batas waktu pelamaran, dan (5) hak yang diperoleh pelamar. Adapun unsur-unsur yang dalam penulisan iklan jenis jual beli atau penawaran barang/jasa, yaitu (1) barang atau jasa yang ditawarkan, (2) kondisi barang, (3) alamat, dan dapat pula ditambahkan (4) harga barang
Bahasa yang digunakan dalam iklan baris menurut Tim Abdi Guru (2001:65)  sebaiknya komunikatif, informatif, dan persuasif. Komunikatif berarti mudah dimengerti oleh pembaca dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.  Infotmatif berarti bersifat memberi penerangan. Persuasif berarti membujuk secara halus agar pembaca merasa yakin. Depdiknas (2004a:53) menambahkan bahwa komunikatif  berarti maksud yang terkandung dalam iklan baris dapat ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak kebingungan terhadap istilah, kata, atau singkatan yang ada dalam iklan. Oleh karena itu, singkatan atau istilah yang digunakan harus disesuaikan dengan bidang yang diiklankan. Unsur kekomunikatifan ini sifatnya tidak universal, dalam arti tidak mungkin dipahami oleh pembaca yang tidak berkepentingan. Singkatan seperti full var, trwt, VR, bagi orang yang tidak mengetahui seluk beluk iklan penjualan mobil akan tidak komunikatif. Namun, bagi orang yang mengetahui iklan mobil, hal ini tidak menjadi persoalan. Demikian juga singkatan yang biasa digunakan dalam iklan penjualan rumah, tanah, lowongan pekerjaan, ukuran kekomunikatifannya ditentukan oleh orang-orang yang berkepentingan.
Selain komunikatif, syarat yang harus dipenuhi dalam menulis iklan baris yaitu bahasa yang digunakan harus singkat. Penggunaan bahasa yang singkat dapat ditempuh dengan cara menggunakan  singkatan dan hanya mencantumkan kata-kata penting. Meskipun demikian, singkatan yang digunakan hendaknya dapat dipahami pembaca. Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama berkaitan dengan dengan penghematan biaya. Semakin banyak jumlah baris, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.
Syarat lainnya yang harus dipenuhi dalam menulis iklan baris adalah kelengkapan informasi. Artinya, iklan baris yang ditulis mencakupi tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Jika yang ditulis iklan lowongan pekerjaan maka sekurang-kurangnya perlu dicantumkan, (1) jenis lowongan, (2) kriteria/kualifikasi sumber daya yang dibutuhkan, dan (3) alamat pemasang iklan. Jika yang dipilih iklan jual beli perlu diinformasikan (1) barang atau jasa yang ditawarkan, (2) kondisi barang, dan (3) alamat.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria iklan baris, yaitu (1)  bahasanya komunikatif, (2) penulisannya singkat, dan (3) informasinya lengkap. Komunikatif berarti isinya jelas, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Singkat berarti hanya hal-hal penting saja yang dituliskan dan digunakan dalam bentuk singkatan. Lengkap berarti tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. 

Pembelajaran Menulis

Standard

            Pada jenjang SMP/MTs pembelajaran menulis merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tujuannya menurut Parera (1999:10) adalah agar siswa (1) mampu menuangkan pengalaman, gagasan, dan perasaan secara tertulis, (2) mampu mengungkapkan informasi sesuai dengan konteks dan keadaan, (3) peka terhadap lingkungan dan mampu mengungkapkannya dalam karangan, dan (5) memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan pengetahuan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari  

Sesuai dengan prinsip komunikatif, pembelajaran menulis bukanlah pembelajaran tentang teori menulis, tetapi merupakan kegiatan pembelajaran keterampilan menggunakan bahasa dalam bentuk tulis. Hal ini sesuai dengan BSNP  (2006:281) bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Amanat ini merupakan refleksi dari kurikulum sebelumnya yang lebih berorientasi pada sistem bahasa. Oleh karena itu, Depdiknas (2003:1) menegaskan bahwa pembelajaran yang beorientasi pada target penguasaan materi harus ditinggalkan karena terbukti hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang

Wednesday, November 25, 2015

Jenis- jenis permainan edukatif

Standard
Jenis permainan edukatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran sebagai berikut :
a.     Puzzle
Puzzle yang dipakai adalah puzzle yang sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah sampai umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi pemain untuk menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, dan segi tiga. Tujuan dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan inteleknya. Pemainnya adalah siswa kelas 1 - 3. Alat pada permainan ini adalah kertas berbangun tertentu, misalnya bujur sangkar.
b.     Teka Teki Silang (TTS)
Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk . Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasyikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang popular juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik Teka Teki Silang (TTS) yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-pertanyaan baku saja.
c.      Kartu
Dengan memanipulasi kartu atau potongan kertas, baik baru maupun bekas, guru dapat menggunakannya sebagai media pembelajaran. Banyak permainan yang dihasilkan dari penggunaan kartu ini, yaitu bermain kwartet, menjodohkan, permainan domino (sambung kata), merangkai huruf, merangkai suku kata, mencari huruf yang hilang, menyambungkan kata dan sebagainya.

d.     Gambar
Dalam media grafis, gambar dapat melahirkan banyak metode pembelajaran. Tebak gambar, cerita bergambar, menjawab pertanyaan berdasarkan gambar, cerita bersambung, merupakan contoh dari metode pembelajaran yang menggunakan media gambar.
e.     Film dan Video
Dengan berbasis teknologi, film dan video menjadi alternatif media yang umumnya disukai anak. Hal ini karena film dan video mengandalkan suguhan bagi auditori dan visualisasi. Kekuatan media audio visual ini dapat melahirkan metode bagi pembelajaran menyimak, tayangan senyap (silent viewing), tayangan bersilang (jigsaw viewing), pencarian harta karun, ramalan dan urutan peristiwa (sequencing).
f.       CD Interaktif

CD interaktif adalah sebuah program interaktif yang dibuat untuk menyampaikan sebuah informasi penting, yang dapat dijalankan dengan mudah oleh pengguna. Media ini lazim disebut CD karena media penyimpanannya mayoritas adalah sebuah kepingan CD. Di lihat dari sifatnya CD interaktif bersifat Plug and Play dan jalan secara autorun. 

Pengertian Permainan Edukatif

Standard
            Menurut Andang Ismail (2006), permainan edukatif adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik, untuk memperoleh kesenangan atau kepuasaan dalam kegiatan bermain. Dengan kata lain, permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau alat yang bersifat mendidik pula.
            Adapun manfaat permainan edukatif sebagai berikut :
a.     Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran bermain sambil belajar;
b.     Merangsang pengembangan daya pikir, dan daya cipta dan bahasa agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik;
c.      Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman dan menyenangkan;
d.     Meningkatkan kualitas pembelajaran anak.bermain memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak pada hampir semua bidang perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional.
Selain manfaat, permainan edukatif  juga dapat mengembangkan berbagai macam kemampuan, antara lain :
a.     Kemampuan motorik
Berbagai penelitian menunjukan bahwa bermain memungkinkan anak dengan mainannya ataupun bayi yg memainkan mainan bayi bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan motoriknya. Pada saat bermain anak berlatih menyesuaikan antara pikiran dan gerakan menjadi suatu keseimbangan.
b.     Kemampuan kognitif
Menurut Piaget, anak belajar memahami pengetahuan dengan berinteraksi melalui obyek yang ada di sekitarnya. Bermain mainan anak memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan obyek.
c.      Kemampuan afektif
Setiap permainan memiliki aturan. Aturan akan diperkenalkan oleh teman bermain sedikit demi sedikit, tahap demi tahap sampai setiap anak memahami aturan bermain. Oleh karena itu, bermain akan melatih anak menyadari adanya aturan dan pentingnya memahami aturan. Hal itu merupakan tahap awal dari perkembangan moral (afeksi).
d.     Kemampuan bahasa
Pada saat bermain anak dapat menggunakan bahasa, baik untuk berkomunikasi bersama temannya maupun sekedar menyatakan pikirannya (thinking alound).
e.     Kemampuan sosial

Pada saat bermain anak berinteraksi dengan yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak cara merespon, memberi dan menerima,menolak atau setuju dengan ide dan perilaku anak lain.

Pengertian Belajar

Standard
               Belajar adalah proses yang dialami secara langsung dan secara aktif oleh peserta didik untuk memperoleh kecakapan baru, baik yang berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan maupun sikap. Menurut Oemar Hamalik (1990:21), belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
            Winkel (Ingridwati Kurnia, dkk. 2007:1.3) mendefinisikan, bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

            Dr. Slameto (1995:2) merumuskan, bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Peningkatan Keterampilan Pidato

Standard
Peningkatan Keterampilan Pidato
            Salah satu masalah yang dihadapi oleh guru di lapangan adalah kurang aktif dan kurang terampilnya siswa pada saat menerima pembelajaran yang bersifat klasikal. Banyaknya siswa SD dalam satu kelas, antara 30 sampai dengan 40 yang diampu oleh satu orang guru menjadikan pembelajaran tidak efektif. Siswa tidak dapat terfokus pada saat menerima pembelajaran. Berikut adalah beberapa upaya agar prestasi siswa dapat dapat tergali dengan baik, antara lain:
1.   Penyediaan sarana belajar yang memadai.
                   Pada saat siswa belajar memang memerlukan sarana yang mendukung. Misalnya buku-buku, alat peraga pembelajaran, ruang belajar yang tidak nyaman, serta media pembelajaran.
              Kurangnya sumber belajar berupa buku, alat peraga pembelajaran, ruang belajar yang tidak nyaman, serta media pembelajaran untuk siswa yang duduk dibangku sekolah menyebabkan materi yang diterima siswa menjadi tidak luas dan pengetahuan yang diperoleh sebatas informasi saja.
2.    Memotivasi dengan reward
Sebagian guru kurang menyadari bahwa memberikan reward kepada siswa berupa motivasi juga sangat diperlukan. Pemberian reward dengan motivasi dapat di adopsi dari proses pembelajaran TANDUR, yakni setelah Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan selalu diakhiri dengan Rayakan. Rayakan dalam hal ini dapat berberupa tepuk tangan, pujian, atau acungan ibu jari dengan mengatakan “hebat”.
3.    Memberi kesempatan bertanya pada siswa
             Tidak semua siswa mau dan mampu untuk bertanya pada guru, temasuk siswa yang pandai. Oleh karena bertanya memerlukan suatu kemampuan tersendiri yang tidak dipunyai oleh setiap siswa. Pada saat bertanya, paling tidak siswa harus mempunyai keberanian dan kemampuan menyusun kata dalam bentuk bahasa lisan. Kondisi demikian mensyaratkan guru agar pandai mensiasati agar terjadi interaksi positif dengan cara memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya terutama tentang materi pelajaran yang belum dipahami pada saat guru menerangkan.
4.    Menggunakan Media Pembelajaran

    Menurut Edgar Dale dalam Soeparno, ada 10 jenjang yang memberi isyarat bahwa semakin konkret suatu pengalaman atau informasi, semakin besar kemungkinan untuk diserap oleh penerima informasi, yakni: lambang verbal, lambang visual, lambang verbal dan visual, lambang verbal, visual, dan gerak, pameran, studi wisata, demonstrasi, dramatisasi, pengalaman tiruan, dan pengalaman langsung.

Peran Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing

Standard
Peran Guru sebagai Pengajar dan Pembimbing
          Peran guru sebagai pengajar untuk siswa berlangsung selama siswa di sekolah. Tugas yang harus dilakukan oleh guru adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi siswa sesuai dengan tujuan sekolah. Yang dimaksud peran guru di sini adalah pola tingkah laku laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas yang harus dilakukan oleh seorang guru.

           Peran guru sebagai pembimbing harus mampu memberikan bantuan terhadap siswa untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan oleh siswa untuk menyesuaikan dengan lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.  Dengan kata lain, semua peran saling berkesinambungan sekaligus berinterpretasi yang merupakan satu keterpaduan dari berbagai peran menjadi satu.

Pembelajaran Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar

Standard
Pembelajaran Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar
    Siswa dalam satu kelas biasanya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai kemampuan yang sangat tinggi, namun juga ada yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah. Kondisi demikian menyebabkan tingkat daya serap siswa dalam menerima pembelajaran juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat agar perbedaan daya serap anak terkurangi sehingga kompetensi yang akan dicapai menjadi maksimal.
           Sebagai upaya guru untuk memaksimalkan hasil pembelajaran, banyak sekali strategi yang bisa diterapkan dan salah satunya adalah dengan cara mengubah formasi tempat duduk peserta didik. Pengaturan tempat siswa disesuaikan dengan pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat menunjang pembelajaran menjadi lebih bermanfaat dan bermakna bagi siswa. Menurut Uno (2007:18), variabel strategi pembelajaran dibagi menjadi tiga, yakni: a. Strategi pengorganisasian pembelajaran, b. Strategi penyampaian pembelajaran, dan c. Strategi pengelolaan pembelajaran.
       Strategi pengorganisasian pembelajaran dibedakan menjadi dua yakni:
a.    Strategi mikro yang mengacu pada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip, sedangkan.
b.    Strategi makro, yang berurusan dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan isi pembelajaran yang saling berkaitan.
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sekurang-kurangnya ada dua fungsi dari stategi ini, yakni:
a.         Menyampaikan isi pembelajaran kepada si belajar.
b.        Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja.
          Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran yang lainnya, dengan klasifikasi strategi pengelolaan berupa penjadwalan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa dan motivasi. 
Keuntungan bagi guru mengajar dengan menggunakan formasi ini adalah dapat berkomunikasi secara langsung dengan siswa, masuk dalam formasi, dan berjalan ke berbagai arah sesuai dengan siswa yang dituju. Sedangkan bagi siswa untuk formasi setting kelas formasi U secara kelompok akan mempermudah keluar dari tempat duduk.
                      Pembelajaran di Sekolah Dasar, unsur proses belajar menjadi sesuatu yang sangat penting. Bagi guru, mengajar adalah suatu proses membimbing kegiatan belajar untuk peserta didik. Sedangkan kegiatan itu sendiri menjadi lebih bermakna apabila terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, pemahaman guru terhadap proses belajar bagi siswa harus dipahami dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan menyenangkan.
              Belajar merupakan modifikasi untuk memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Oleh karena itu, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan hanya merupakan suatu hasil saja. Belajar tidak hanya sekadar mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Dengan demikian, hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja melainkan pengubahan kelakuan.
         Setelah siswa mengalami proses belajar, secara otomatis akan memperoleh pengalaman yang dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman yang sifatnya pendidikan biasanya bersifat kontinyu dan interaktif yang membantu mengintegrasi pribadi siswa dalam kehidupannya, terutama yang berhubungan secara langsung dengan ajaran agama Islam yang mengajarkan baik dan tidak baik, serta tingkah laku  dari para nabi dan khalifah yang dapat dicontoh dan ditiru. Seperti yang diungkapkan oleh William Burton dalam Hamalik (2001:29)10, yang menyatakan Experiencing means living through actual situations and recting vigorously to various aspects of those situations for purposes apparent to the learner. Experiencing includes whatever one does or undergoes which results in changed behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill.  Artinya pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan siswa, pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif, membantu integrasi pribadi siswa.
               Berbagai pendapat dan komentar banyak diberikan, baik dari kalangan masyarakat, pendidik, bahkan para ahli dan pakar pendidikan. Namun demikian, pendapat dan komentar belum menampakkan hasil yang memuaskan karena belum diterapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa, khususnya di sekolah dasar. Ketidakberhasilan strategi pembelajaran disebabkan karena tujuan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode cenderung kaku, statis, serta cenderung bersifat teoretis.  Menurut Towaf dalam Ismail (2009:2) mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan masih cenderung normatif. Kurang kreatifnya guru dalam menggali metode yang bisa dipakai untuk keterampilan pidato menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar

Standard
1.      Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar
                                     Proses pembelajaran kelas tradisional menitikberatkan pada pembelajaran secara konvensional, yakni menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi siswa. Cara pembelajaran seperti ini kurang mempertimbangkan kesesuaian antara materi dengan tingkat perkembangan siswa yang pada saat ini merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran.
                                  Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada siswa, penggunakan pendekatan PAIKEM menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan, yakni pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Penerapan PAIKEM dapat dilakukan melalui setting kelas yang variatif dan dinamis secara fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dan standar kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, guru perlu mengatur tempat duduk siswa sebagai tahap yang sangat penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang pembelajaran.
                   Lingkungan fisik dalam ruangan dapat menjadikan belajar siswa menjadi aktif. Pada dasarnya tidak ada bentuk ruang kelas yang sangat ideal, namun penataan interior kelas dapat dirancang yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Salah satunya adalah setting kelas formasi huruf U dengan pembelajaran secara klasikal.
              Penataan ruang kelas dengan menggunakan formasi U secara klasikal dapat digunakan untuk berbagai tujuan, yakni: a) Siswa dapat melihat guru atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling langsung berhadapan antara satu dengan siswa lainnya, b) Posisi duduk antara siswa yang satu dengan lainnya tidak saling  menutupi antara yang duduk di belakang dengan yang duduk di depannya, dan c) Memudahkan guru karena dapat secara cepat masuk berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi yang menjadikan pendidikan yang diberikan menjadi lebih bermakna.
              Selain penataan formasi U secara klasikal, juga dapat di tata dalam formasi U kelompok kecil. Penataan formasi kelas dengan setting seperti ini mempunyai beberapa keuntungan, yakni: a) siswa lebih mudah keluar masuk dari posisi tempat duduk, b) dimungkinkan akan terjadi diskusi antar siswa dalam satu kelompok tersebut, c) memudahkan siswa pada saat mengajukan pertanyaan, karena pandangan guru bisa  langsung terfokus pada beberapa kelompok saja, d) Belajar membangun kerjasama antar teman dalam satu kelompok belajar, e) memudahkan guru pada saat memberikan bimbingan karena jumlah siswa yang terbatas, dan f) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena pemberian materi dari guru dapat diterima dengan jelas tanpa terhalang oleh siswa yang duduk di depannya.
        Penggunaan setting kelas formasi U diharapkan pendidikan yang diterima oleh siswa semakin bermakna. Makna pendidikan tidaklah semata-mata dapat menyekolahkan siswa di sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun menjadi lebih luas dan berkembang dari itu, yakni siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan yang paripurna (komprehensif) agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Oleh karena itu, pendidikan sekolah menjadi suatu kebutuhan mutlak yang harus di tempuh oleh anak sebagai siswa.

            Realitas di lapangan, persoalan yang dihadapi oleh guru di lapangan sangatlah kompleks. Baik yang datangnya dari diri pribadi anak itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitar. Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.  Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang baik dan menyenangkan dengan berbagai upaya memaksimalkan. Salah satunya adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik. Seperti dikemukakan oleh Adam dan Dickey dalam Hamalik bahwa peran guru sangatlah luas, meliputi: guru sebagai pengajar (teacher as instructor), guru sebagai pembimbing (teacher as counselor), guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist), dan guru sebagai pribadi (teacher as person).