Tuesday, April 14, 2015

Model Pembelajaran Kooperatif NHT

Standard

1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif NHT
      Istilah cooperative learning dalam wacana Indonesia dikenal dengan pembelajaran kooperatif atau pembelajaran keolmpok. Cooperative learning dapat juga diartikan sebagai suatu motif kerja sama, dimana setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus diikuti apakah memilih kerja sama, berkompetisi, atau individualistis. (Zulkifli. A, 2009 :32)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Ibrahim, 2000:28).
NHT atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti   Teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
12.2 Sintaks dari Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif NHT adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Fase 1 : Persiapan
a)     Guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
b)     Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
c)     Guru melakukan apersepsi
d)     Guru memberikan motivasi pada siswa
2. Kegiatan Inti
Fase 2 : Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Tahap pertama
Penomoran (Numbering)
1)     Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Penomoran pada siswa dimaksudkan agar lebih mudah ketika siswa di panggil untuk menjawab pertanyaan sebagai perwakilan dari kelompoknya. Apabila jawaban dari siswa yang nomornya dipanggil itu benar, maka nilai yang akan diperoleh adalah nilai yang diberikan kepada semua anggota kelompok.
Melalui penomoran, siswa diharapkan lebih bertanggung jawab atas dirinya dan kelompoknya terhadap pemahaman materi karena setiap siswa mempunyai peluang dan kesempatan yang sama untuk dipanggil dan mewakili kelompoknya dalam memberi jawaban.
Penomoran dilakukan guru dengan membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang. Pengelompokkan siswa harus heterogen. Keheterogenan mencakup jenis kelamin, ras, agama, dan tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah) yang dilakukan dengan terlebih dahulu melihat hasil belajar siswa sebelumnya. Setelah itu, setiap siswa diberi nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
2)     Guru menjelaskan secara singkat tentang materi zat dan wujudnya.
3)     Siswa bergabung dengan tim atau anggotanya yang telah ditentukan
Tahap kedua
Mengajukan pertanyaan (Questioning) 
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan dalam interaksi belajar-mengajar adalah penting karena melalui pertanyaan dapat menyelidiki penguasaan siswa, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian atau prasangka yang keliru. Suatu pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri:
·       Jelas dan singkat, maksudnya bahwa pertanyaan yang diajukan guru harus jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat pengembangan siswa.
·       Pemberian acuan, yakni pemberian informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa.
·       Kecepatan dan selang waktu, yakni pemberian kesempatan berpikir bagi siswa sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
·       Pemindahan giliran, yaitu pemberian kesempatan pada beberapa siswa untuk menjawab suatu pertanyaan.
·       Penyebaran, yaitu pemberian kesempatan kepada seluruh siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
·       Pemberian tuntunan, bila pertanyaan yang diajukan guru tidak mendapat jawaban yang sempurna, guru perlu memberi  tuntunan kepada siswa untuk lebih menyempurnakan jawabannya.
Tahap ketiga
Berpikir bersama (Head Together)
Siswa berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Pada tahap inilah siswa mengadakan diskusi dengan teman kelompoknya diharapkan mempunyai jawaban atau pendapat sendiri atas pertanyaan yang diberikan. Jawaban atau pendapat itu kemudian didiskusikan, hingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki jawaban yang sama. Siswa yang tergolong pintar atau yang sudah paham terhadap materi tersebut dapat memberikan pengetahuannya pada siswa yang kurang mengerti, sehingga tercipta saling ketergantungan antar siswa.
Tahap keempat
Menjawab (Answering)
1)     Menjawab (Answering) : Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Jika jawaban yang diberikan salah atau kurang tepat maka guru dapat memberikan arahan untuk  pembenaran jawaban. Penghargaan juga diberikan bagi kelompok yang memberi jawaban yanga benar.  Dalam memanggil suatu nomor guru secara acak menyebut nomor dari 1 sampai x (x adalah banyaknya kelompok dalam kelas siswa). Anak yang terpilih dari tahap 4 dalam kelompok x adalah anak yang diharapkan menjawab
2)     Guru mengamati hasil yang diperoleh oleh masing-masing kelompok yang berhasil baik, dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada).
Fase 3 : Penutup : Evaluasi
1)     Dengan bimbingan guru siswa mebuat rangkuman
2)     Siswa diberi PR dari buku paket atau buku panduan lain.
3)     Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
Variasi dalam NHT
  1. Setelah seorang siswa menjawab, guru dapat meminta kelompok lain apakah setuju atau tidak setuju dengan jempol ke atas atau ke bawah.
  2. Untuk masalah dengan jawaban lebih dari satu, guru dapat meminta siswa dari setiap kelompok-kelompok yang berbeda untuk masing-masing memberi sebagian jawaban.
  3. Seluruh siswa dapat memberi jawaban secara serentak.
  4. Seluruh siswa yang menanggapi dapat menulis jawabannya di papan tulis atau di kertas pada saat yang sama.
  5. Guru dapat meminta siswa lain menambahkan jawaban bila jawaban yang diberikan belum lengkap.
12.3 Kelebihan dari Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Satu aspek penting pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah bahwa disamping pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, pembelajaran kooperatif tipe NHT secara bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademik mereka. Peningkatan belajar terjadi tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kelompok seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan strategi kooperatif. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir lebih tinggi selama dan setelah dalam kelompok kooperatif daripada mereka kerja sama dalam individual atau kompetitif. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama.
Berikut ini diberikan  beberapa hasil penelitian yang menunjukkan Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, yaitu :
a.   Meningkatnya pencurahan waktu pada tugas
b.   Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
c.   Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
d.   Memperbaiki kehadiran
e.   Angka putus sekolah lebih rendah
f.    Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
g.   Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
h.   Konflik antar pribadi berkurang
i.    Sikap apatis berkurang
j.    Pemahaman yang lebih mendalam. (Ibrahim, 2000:18-19).

12.4 Kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif NHT
a.    Hanya bisa meningkatkan akademik siswa
b.    kurang bisa di pakai dalam semua cakupan materi
c.    Persiapannya memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu.
d.   Membutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
e.    Kecenderungan topik pembicaraan dapat menjadi berkembang.
f.    Saat berdiskusi masih ada didominasi seseorang.
Kelemahan yang ada pada pembelajaran kooperatif ini lebih bersifat teknis, artinya hal-hal yang timbul ketika pembelajaran itu akan atau sedang diterapkan. Jika seseorang guru teliti dan mampu mengatur proses pembelajaran, maka waktu yang dibutuhkan tidak akan menyita jam mata pelajaran lain serta pembicaraan yang terjadi pada siswa tidak akan melebar kemana-mana. Namun untuk masalah biaya yag dibutuhkan cukup banyak, maka tidak perlu membebankan pada guru dan siswa, disini sebaiknya pihak sekolah ikut andil dalam penyediaan anggaran dana khususnya bagi pengembangan model-model pembelajaran di sekolah.

12.5 Cakupan Materi yang pas dengan Model Pembelajaran Kooperatif NHT
No.
Model Pembelajaran
Kelas
Materi yang cocok
Alat Peraga
1.














Penerapan Konsep
VII
·     Suhu dan Pengukurannya





·     Pengukuran








·     Kalor
·     Suhu dan Pengukurannya :
-      Termometer
-      3 buah ember
-      Air panas
-      Es
·     Pengukuran :
-      Mistar
-      Jangka Sorong
-      Neraca
-      Mikrometer Skrub
-      Beban
-      Kaleng
·     Kalor :
-      Tampilan Macromedia Flash
-      Lilin
-      Air
-      Balon
-      Es
2.
VIII
·     Usaha dan Energi






·     Cahaya





·     Alat – alat Optik
·     Usaha dan Energi :
-      Katrol
-      Macromedia Flash
-      Meja
-      Bola Lampu
-      Kabel Listrik
·     Cahaya :
-      Kit Optik
-      Macromedia Flash
-      Jarum Pentul
-      Laser
·     Alat – alat Optik :
-      Kit Optik
-      Macromedian
-      Flash
3.
IX
·     Listrik Statis




·     Kemagnetan
·     Listrik Statis :
-      Multimeter
-      Resistor
-      Lampu
-      Kabel
·     Kemagnetan :
-      Magnet batang
-      Kompas
-      Mistar panjang
-      busur


0 comments:

Post a Comment