Wednesday, April 8, 2015

Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning)

Standard

4.1 Pengertian
Model Pembelajaran Generatif pertama kali diperkenalkan oleh Wittrock dan Osborne pada tahun 1985. Model pembelajaran ini berlandaskan pada teori belajar konstruktivistik. Teori konstruktivistik mengemukakan bahwa pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungan. Dengan demikian konsep pembelajaran menurut teori konstruktivitik adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru dan pengetahuan baru berdasarkan data. Proses pembelajaran harus dikelola sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna (Komarudin:2009:56).
Von Garlserfeld mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan  yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan yaitu:
1.        Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
2.        Kemampuan menbandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan.
3.        Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. (Budiningsih:2004:57).
Selaras dengan teori belajar konstruktivistik, model belajar generatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang (Katu:1995:1).
4.2 Langkah Pembelajaran Model  Generatif
a. Eksplorasi
Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yaitu disebut juga tahap pendahuluan. Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi tahap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan eksplorasi, guru dapat memberikan stimulus berupa beberapa aktivitas atau tugaas/tugas seperti melalui demonstrasi atau penelusuran terhadap suatu permasalahan yang dapat menunjukkan data atau fakta yang terkait dengan konsepsi yang akan dipelajari.
Dalam aktivitas ini, gejala, data, dan fakta yang didemonstrasikan sebaiknya dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis, mengkaji fakta, data, gejala, serta memusatkan pikiran terhadap permasalahan yang akan dipecahkan. Dengan demikian pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri siswa. Melalui aktifitas demonstrasi atau penulusuran, siswa didorong untuk mengamati gejala atau fakta. Dengan kondisi yang demikian, pada akhirnya diharapkan muncul pertanyaan pada diri siswa, mengapa hal itu terjadi. Pada langkah berikutnya guru mengajak dan mendorong siswa untuk berdiskusi tentang fakta atau gejala yang baru diselidiki atau diamati. Guru harus mengarahkan proses diskusi guna mengidentifikasi konsepsi siswa yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi rumusan, dugaan, atau hipotesis.
Pada proses pembelajaran ini guru berperan memberikan dorongan, bimbingan, memotivasi dan memberi arahan agar siswa mau dan dapat mengemukakan pendapat/ide/ hipotesis. Pendapat / ide / hipotesis sebaiknya disajikan secara tertulis. Pendapat/ide/hipotesis siswa yang berhasil teridentifikasi mungkin ada yan benar dan mungkinada pula yang salah. Apabila konsepsi siswa ini salahmaka dikatakan terjadi salah konsep (misconception ). Namun demikian, guru pada saat itu sebaiknya tidak memberikan makna, menyalahkan, atau membenarkan terhadap konsepsi siswa. Pengujian hipotesis siswa akan dilakukan pada kegiatan eksperimen oleh siswa sendiri. Pendapat diatas berdasarkan asas pembelajaran kuantum disebut alami sebelum member nama, yang artinya biarkan siswa melakukan proses eksperimen/penelusuran terlebih dahulu, kemudian baru menyimpulkan.
b. Pemfokusan
Tahap kedua yaitu tahap pemfokusan atau pengenalan konsep atau intervensi. Pada tahap pemfokusan siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau dalam model pembelajaran lain. Pada tahap ini guru bertugas sebagai fasilitator  yang menyangkut kebutuhan sumber, member bimbingan dan arahan, dengan demikian para siswa dapat melaukukan proses sains.
Tugas-tugas pembelajaran yang diberikan hendaknya dibuat sedemikian rupa hingga memberi peluang dan merangsang siswa untuk menguji hipotesisnya dengan caranya sendiri. Tugas-tugas pembelajaran yang disusun/dibuat guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk atau langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa untuk beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya. Penyelesaian tugas-tugas dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas 2 sampai 4 siswa sehingga dapat berlatih untuk meningkatkan sikap seperti seorang ilmuan. Misalnya, pada aspek kerja sama dengan sesama teman sejawat, membantu dalam kerja kelompok, menghargai pendapat teman, tukar pengalaman (sharing idea), dan keberanian bertanya.
c. Tantangan
Tahap ketiga yaitu tantangan. Setelah siswa memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar kerja. Para siswa diminta mempresentasikan temuan melalui diskusi kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi prsoses tukar pengalaman diantara siswa.
Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman, dan mengahargai adaya perbedaaan diantara pendapat teman. Pada saat diskusi, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah. Diharapkan pada akhir diskusi siswa memperoleh kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar. Pada tahap ini terjadi proses kognitif, yaitu terjadinya proses mental yang disebut asimilasi dan akomodasi. Terjadi asimilasi apabila konsepsi siswa sesuai dengan konsep benar menurut data eksperimen, terjadi proses akomodasi konsepsi siswa cocok dengan data empiris.
Pada tahap ini sebaiknya guru memberikan pemantapan konsep dan latihan soal. Latihan soal dimaksudkan agar siswa memahami secara mantap konsep tersebut. Pemberian soal latihan dimulai dari yang paling mudah kemudian menuju yang sukar (Sutarman dan Swasono, 2003). Dengan soal-soal yang tingkat kesukarannya rendah, sebagian besar siswa akan mampu menyelesaikan dengan benar, hal ini akhirnya dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, jika langsung diberikan soal yang tingkat kesukarannya tinggi maka sebagian besar siswa akan mampu menyelesaikannya dengan benar maka akan dapat menurunkan motivasi belajar siswa.
d. Penerapan
Tahap keempat adalah tahap penerapan. Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa diluar jam pertemuan merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan (Sutarman dan Swasono : 2003). Pada tahap ini siswa perlu diberi banyak latihan-latihan soal. Dengan adanya latihan soal, siswa akan semakin memahami konsep (isi pembelajaran) secara lebih mendalam dan bermakna. Pada akhirnya konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang; ini berarti tingkat retensi siswa semakin baik.  (Made Wena : 2009)
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran generatif dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penerapan model pembelajaran generatif di kelas
No.
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.
Pendahuluan
§  Memberikan aktivitas melalui demonstrasi/contoh-contoh yang dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi.

§  Mengeksplorasi pengetahuan, idea tau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran tingkat kelas sebelumnya.

§  Mendorong dan merangsang siswa untuk mengemukakan ide/pendapat serta merumuskan hipotesis.
§  Mengutarakan ide-ide dan merumuskan hipotesis.
§  Membimbing siswa untuk mengklasifikasikan pendapat.
§  Melakukan klasifikasi pendapat/ide-ide yang telah ada.
2.
Pemfokusan
§  Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks permasalahan yang berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian.
§  Menetapkan konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa menjadi kenal terhadap bahan yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep.


§  Membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.
§  Melakukan pengujian, berpikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep.
§  Memutuskan dan menggambarkanapa yang ia ketahui tentang kejadian. Mengklarifikasi ide kedalam kelompok.
§  Menginterpretasi respon siswa dan menguraikan ide siswa.
§  Mempresentasikan ide ke dalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.

3.
Tantangan
§  Mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukuran ide antar siswa. Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan. Membuka diskusi dan mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
§  Memberikan pertimbangan ide kepada antar siswa.
§  Menunjukkan bukti ide ilmuan (scientist view)
§  Menguji validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti.
§  Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas (class view)
4.
Aplikasi
§ Membimbing siswa merumuskan permasalahan yang sangat sederhana.
§ Membawa siswa mengklarifikasikan ide baru.
§  Menyelesaikan problem praktis dengan menggunakan konsep dalam situasi yang baru.
§  Menerapkan konsep yang baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.
§ Membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal penyelesaian problem.
§ Ikut terlibat dalam merangsang dan berkontribusi kedalam diskusi untuk menyelesaikan permasalahan.
§  Mempresentasikan penyelesaian masalah di hadapan teman. - Diskusi dan debat tentang penyelesaian masalah, mengkritisi dan menilai penyelsaian masalah.
§  Menarik kesimpulan akhir.
4.3 Kelebihan
Kelebihan model generatif:
a. Pembelajaran Generatif memberikan peluang kepada siswa untuk belajar secara kooperatif.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa, diantaranya dengan bertukar pikiran dengan siswa yang lainnya, menjawab pertanyaan dari guru, serta berani tampil untuk mempresentasikan hipotesisnya.
c. Pembelajaran Generatif cocok untuk meningkatkan keterampilan proses.
d. Merangsang rasa ingin tahu siswa.
e. Konsep yang dipelajari siswa akan masuk ke memori jangka panjang
4.4 Kekurangan
Kekurangan model generatif:
a. Dikawatirkan akan terjadi salah konsep.
b. Membutuhkan waktu yang relatif lama
4.5 Cakupan Materi
Cakupan Materi SMP:

No.
Model Pembelajaran
Kelas
Materi yang cocok
Alat Peraga
1.
Generatif














VII
·     Suhu dan Pengukurannya





·     Pengukuran








·     Kalor
·     Suhu dan Pengukurannya :
-      Termometer
-      3 buah ember
-      Air panas
-      Es
·     Pengukuran :
-      Mistar
-      Jangka Sorong
-      Neraca
-      Mikrometer Skrub
-      Beban
-      Kaleng
·     Kalor :
-      Tampilan Macromedia Flash
-      Lilin
-      Air
-      Balon
-      Es
2.
VIII
·     Usaha dan Energi






·     Cahaya





·     Alat – alat Optik
·     Usaha dan Energi :
-      Katrol
-      Macromedia Flash
-      Meja
-      Bola Lampu
-      Kabel Listrik
·     Cahaya :
-      Kit Optik
-      Macromedia Flash
-      Jarum Pentul
-      Laser
·     Alat – alat Optik :
-      Kit Optik
-      Macromedian
-      Flash
3.
IX
·     Listrik Statis




·     Kemagnetan
·     Listrik Statis :
-      Multimeter
-      Resistor
-      Lampu
-      Kabel
·     Kemagnetan :
-      Magnet batang
-      Kompas
-      Mistar panjang
-      busur

0 comments:

Post a Comment