Saturday, April 18, 2015

Selamat Datang Di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Standard
Selamat Datang Di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Perubahan bergerak karena kesadaran, bukan karena untung-untungan politik, atau kepentingan golongan. Jadi jangan harap HMI akan berubah kalau dan tanpa kesadaran kolektif sebagai jalan menuju HMI yang dicitakan.

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awwal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besar 1947 (ADHMI Pasal 2) oleh Lafran Pane. Ketika itu memang bangsa Indonesia tengah berjuang mempertahankan proklamasi kemerdekaannya dari ancaman kolonialisme Belanda yang berusaha keras untuk menjajah kembali. Inilah yang menjadi landasan awal kepedulian HMI terhadap problem yang dihadapi ummat Islam Indonesia khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya. Dan ini menimbulkan kesan tersendiri di kalangan pendiri bangsa bahwa HMI bersatu dalam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia pada era revolusi fisik. Jenderal Soedirman ketika sambutannya pada ulang tahun HMI yang pertama di Bangsal Agung, kepatihan Yogyakarta tanggal 6 Februari 1948 menggambarkan peran HMI sebagai tumpuan harapan komunitas muslim dan masyarakat Indonesia. Dengan kondisi revolusi fisik, HMI mampu mengkondisikan dirinya sebagai pejuang yang terdepan dalam memperjuangkan masa depan bangsa. Menyadari suasana dan iklim politik yang sedang dalam keadaan perang dan pergolakan revolusi, maka pendiri HMI Lafran Pane dkk. meletakkan semangat dan tujuan yang relevan dengan tantangan zamannya, yaitu:

1. Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat  Indonesia,
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Tujuan ini merupakan kristalisasi dan sekaligus komitmen Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan yang melekat pada HMI.[1]


HMI harus mempertegas ulang mengenai siapa dirinya. HMI harus tetap mempertahankan dua independensinya, yaitu etis dan organisatoris. Yang dimaksud independensi etis berarti HMI hanya berpihak pada hakekat kemanusiaan yang selalu komit terhadap kebenaran. Independensi organisatoris berarti secara organisatoris HMI akan selalu aktif berkiprah dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, tanpa harus berafiliasi pada organisasi manapun. Formulasi konkret untuk menjalankan ini adalah pengkaderan. Inilah bagian yang masih kedodoran dalam memenuhi fungsinya menyiapkan sumber daya insani pembangunan bangsa. Pengkaderan merupakan urat nadi organisasi. Namun selama ini pengkaderan yang kita pakai adalah pengkaderan ala keranjang sampah. Yang penting memproduksi sebanyak mungkin kader.

Secara keseluruhan gerakan perkaderan HMI diarahkan untuk mencapai derajat sebagai kader yang memenuhi syarat sebagai insan cita. Menurut Ahmad Wahib bahwa insan cita HMI adalah mereka yang berkemampuan akademis, bersikap hidup kreatif, berwatak pengabdi dan bernafaskan Islam. Kemampuan akademis dan emosi kreatif yang dimilikinya akan melahirkan scientific creativity atau developed creativity. Sedangkan insane akademis tanpa kreasi adalah seorang sarjana atau seorang tukang yang bekerja secara rutinitas.

Tantangan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia sangat kompleks. Tetapi justru dengan tantangan itu menjadi berpeluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sehingga menjadi kenyataan di tengah-tengah masyarakat. Untuk menghadapi berbagai problematika yang sudah melekat erat di tubuh  organisasi, HMI dengan segenap aparatnya harus dengan semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu menghadapi tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi, mulai dari PB HMI, Badko HMI, Cabang, Komisariat, Badan Khusus, dan segenap anggota HMI maupun alumni-alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai penerus, pelanjut, serta penyempurnya misi HMI. Peralihan zaman, peralihan generasi saat ini sangat menentukan bagi eksistensi HMI di masa-masa mendatang. Untuk mencapai tujuan HMI harus depersiapkan suatu kondisi sebagai modal untuk merekayasa dan mempresiksi masa depan Bangsa Indonesia. Sebenarnya hal itu telah tertuang dalam tujuan HMI dengan 5 kualitas Insan Cita HMI. Secara global 5 kualitas insan cita itulah yang dipersiapkan HMI masa depan sesuai tujuan HMI yaitu ”Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata ’ala.” (ADHMI Pasal 4).



1. Lafran Pane pernah mengemukakan tujuan HMI pada kesempatan konferensi PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang diadakan di Ponorogo tanggal 4-6 November 1947 yang menyatakan “Sebagai sebuah institusi koordinasi yang bertugas mengajak para mahasiswa dan pelajar untuk belajar dan memahami ajaran-ajaran Islam. Sebagai sarjana dan warga negara, mereka harus mempunyai visi yang berimbang antara kepentingan dunia dan akhirat, akal dan emosi, iman dan pengetahuan, dan mereka harus siap menghadapiancaman yang datang dari sistem pendidikan Barat. Islam harus berkembang ditingkat massa dan menyebar diantara mahasiswadiluar STI” lihat dibuku Pergolakan Reformasi dan Strategi HMI karangan Maskur Hakim, Ph.D, hal. 16 dan dapat dilihat di Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI, Bina Ilmu, Surabaya, 1976, hal. 29-30

0 comments:

Post a Comment