Friday, November 20, 2015

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Standard
1.    Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran di sekolah dasar sebagian besar dilaksanakan dengan sistem pembelajaran berpusat pada guru, jarang yang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak aktif dan cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran. Model kooperatif tipe NHT adalah salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa (Salafudin 2008).
NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Depdiknas (2005:10) mengatakan ada dua implikasi utama teori vigotsky dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu; pertama adalah dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif, kedua dalam pengajaran menekankan scaffolding dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri. Dengan demikian, model NHT efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
a.    Pengertian NHT
Menurut Tatar dan Oktay (2008:67) belajar dalam kelompok kecil semakin digunakan dalam pembelajaran semakin membantu siswa memenuhi berbagai hasil pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran itu tidak hanya tergantung dari faktor kognitif saja tetapi juga dari faktor keaktifan atau aktivitas siswa dalam diskusi kelompok (Jacobs dan Hannah 2004:104).
b.    Kelebihan dan Kelemahan NHT
Menurut Hermana (2010:45-46) model koopeartif tipe NHT memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari NHT adalah setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model NHT adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Kelemahan tersebut dapat diperbaiki dengan cara mengundi nomor yang akan mempresentasikan hasil diskusi, dengan demikian nomor yang sudah dipanggil tidak akan dipanggil lagi oleh guru.
c.    Langkah-langkah Pembelajaran model NHT
Trianto (2010:82-83) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe NHT menggunakan struktur empat fase, yaitu sebagai berikut: 
1)     Fase 1: Penomoran
Fase ini siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2)     Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3)     Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4)     Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas atau melaporkan hasil kerjasama tim kepada seluruh kelas.
2.    Lesson Study (LS)
a.    Pengertian LS
LS yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Rusman 2010:380). Hal itu sesuai pendapat Vicki R. Lind (2007:3) pembelajaran profesional harus melibatkan kolaborasi antar guru untuk berbagi keahlian mereka satu sama lain. Secara berkelompok guru berbagi ide spesifik tentang pengajaran dibidangnya. Mereka bekerjasama untuk merancang perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan merefleksi hasil pembelajaran (Vicki R. Lind 2007:5).
Setelah kelompok merancang perangkat pembelajaran, guru dalam kelompok menunjuk satu guru untuk mengajar di kelas kemudian guru lain mengamati proses pembelajaran dan aktivitas siswa. Setiap pengamat mengamati satu pengamatan kemudian setelah pembelajaran selesai para guru dalam kelompok bertemu dan membahas pembelajaran yang telah dilaksanakan kemudian perangkat direvisi dan disempurnakan berdasarkan pengamatan.
b.    Manfaat LS
Rusman (2010:385) mengatakan manfaat LS adalah: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kinerjanya, (2) guru dapat memperoleh feedback dari teman sejawatnya, (3) guru dapat memublikasikan dan menyebarluaskan hasil akhir dari LS yang telah dilakukannya.
Cerbin dan Kopp (2006:254) mengatakan LS dapat meningkatkan (1) pengetahuan tentang materi pelajaran, (2) pengetahuan tentang instruksi, (3) kemampuan untuk mengamati siswa, (4) penguatan kolegalitas, (5) koneksi yang kuat untuk jangka panjang, (6) motivasi dan rasa keberhasilan, serta (7) kualitas rencana pelajaran yang tersedia. Selain itu LS juga dapat meningkatkan pengajaran dan pembelajaran serta dapat mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran (Wang-Iverson 2005:284).
c.    Pelaksanaan LS
Implementasi LS yang dilakukan oleh IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito dkk (2005) mengenalkan LS yang berorientasi pada praktik. LS yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1) Merencanakan pembelajaran dengan penggalian akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya disebut tahap Plan.
2) Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do.

3) Melaksanakan refleksi melalui berbagai pendapat dan diskusi bersama pengamat atau observer. Kegiatan ini disebut tahap See.

0 comments:

Post a Comment