Wednesday, November 25, 2015

Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar

Standard
1.      Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar
                                     Proses pembelajaran kelas tradisional menitikberatkan pada pembelajaran secara konvensional, yakni menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi siswa. Cara pembelajaran seperti ini kurang mempertimbangkan kesesuaian antara materi dengan tingkat perkembangan siswa yang pada saat ini merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran.
                                  Dalam konteks pembelajaran yang berpusat pada siswa, penggunakan pendekatan PAIKEM menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan, yakni pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Penerapan PAIKEM dapat dilakukan melalui setting kelas yang variatif dan dinamis secara fleksibel dan dapat dimodifikasi sesuai dengan karakteristik dan standar kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, guru perlu mengatur tempat duduk siswa sebagai tahap yang sangat penting dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menunjang pembelajaran.
                   Lingkungan fisik dalam ruangan dapat menjadikan belajar siswa menjadi aktif. Pada dasarnya tidak ada bentuk ruang kelas yang sangat ideal, namun penataan interior kelas dapat dirancang yang memungkinkan siswa belajar secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Salah satunya adalah setting kelas formasi huruf U dengan pembelajaran secara klasikal.
              Penataan ruang kelas dengan menggunakan formasi U secara klasikal dapat digunakan untuk berbagai tujuan, yakni: a) Siswa dapat melihat guru atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling langsung berhadapan antara satu dengan siswa lainnya, b) Posisi duduk antara siswa yang satu dengan lainnya tidak saling  menutupi antara yang duduk di belakang dengan yang duduk di depannya, dan c) Memudahkan guru karena dapat secara cepat masuk berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi yang menjadikan pendidikan yang diberikan menjadi lebih bermakna.
              Selain penataan formasi U secara klasikal, juga dapat di tata dalam formasi U kelompok kecil. Penataan formasi kelas dengan setting seperti ini mempunyai beberapa keuntungan, yakni: a) siswa lebih mudah keluar masuk dari posisi tempat duduk, b) dimungkinkan akan terjadi diskusi antar siswa dalam satu kelompok tersebut, c) memudahkan siswa pada saat mengajukan pertanyaan, karena pandangan guru bisa  langsung terfokus pada beberapa kelompok saja, d) Belajar membangun kerjasama antar teman dalam satu kelompok belajar, e) memudahkan guru pada saat memberikan bimbingan karena jumlah siswa yang terbatas, dan f) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena pemberian materi dari guru dapat diterima dengan jelas tanpa terhalang oleh siswa yang duduk di depannya.
        Penggunaan setting kelas formasi U diharapkan pendidikan yang diterima oleh siswa semakin bermakna. Makna pendidikan tidaklah semata-mata dapat menyekolahkan siswa di sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun menjadi lebih luas dan berkembang dari itu, yakni siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan yang paripurna (komprehensif) agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Oleh karena itu, pendidikan sekolah menjadi suatu kebutuhan mutlak yang harus di tempuh oleh anak sebagai siswa.

            Realitas di lapangan, persoalan yang dihadapi oleh guru di lapangan sangatlah kompleks. Baik yang datangnya dari diri pribadi anak itu sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitar. Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.  Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menciptakan pembelajaran yang baik dan menyenangkan dengan berbagai upaya memaksimalkan. Salah satunya adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik. Seperti dikemukakan oleh Adam dan Dickey dalam Hamalik bahwa peran guru sangatlah luas, meliputi: guru sebagai pengajar (teacher as instructor), guru sebagai pembimbing (teacher as counselor), guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist), dan guru sebagai pribadi (teacher as person).

0 comments:

Post a Comment