Pembelajaran Keterampilan Pidato di Sekolah Dasar
Siswa
dalam satu kelas biasanya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang
mempunyai kemampuan yang sangat tinggi, namun juga ada yang mempunyai kemampuan
yang sangat rendah. Kondisi demikian menyebabkan tingkat daya serap siswa dalam
menerima pembelajaran juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang tepat agar perbedaan daya serap anak terkurangi sehingga
kompetensi yang akan dicapai menjadi maksimal.
Sebagai
upaya guru untuk memaksimalkan hasil pembelajaran, banyak sekali strategi yang
bisa diterapkan dan salah satunya adalah dengan cara mengubah formasi tempat
duduk peserta didik. Pengaturan tempat siswa disesuaikan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran agar dapat menunjang pembelajaran menjadi lebih bermanfaat
dan bermakna bagi siswa. Menurut Uno (2007:18), variabel strategi pembelajaran
dibagi menjadi tiga, yakni: a. Strategi pengorganisasian pembelajaran, b. Strategi
penyampaian pembelajaran, dan c. Strategi pengelolaan pembelajaran.
Strategi
pengorganisasian pembelajaran dibedakan menjadi dua yakni:
a. Strategi mikro yang mengacu pada metode untuk pengorganisasian
isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur, atau prinsip,
sedangkan.
b. Strategi makro, yang berurusan dengan bagaimana memilih,
menata urutan, membuat sintesis, dan isi pembelajaran yang saling berkaitan.
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan komponen
variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sekurang-kurangnya
ada dua fungsi dari stategi ini, yakni:
a.
Menyampaikan
isi pembelajaran kepada si belajar.
b.
Menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan
unjuk kerja.
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen
variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si
belajar dengan variabel metode pembelajaran yang lainnya, dengan klasifikasi
strategi pengelolaan berupa penjadwalan pembuatan catatan kemajuan belajar
siswa dan motivasi.
Keuntungan bagi guru
mengajar dengan menggunakan formasi ini adalah dapat berkomunikasi secara langsung
dengan siswa,
masuk dalam formasi, dan
berjalan ke berbagai arah sesuai dengan siswa yang dituju. Sedangkan bagi siswa untuk formasi setting kelas formasi U
secara kelompok akan mempermudah keluar dari tempat duduk.
Pembelajaran
di Sekolah Dasar, unsur proses belajar menjadi sesuatu yang sangat penting.
Bagi guru, mengajar adalah suatu proses membimbing kegiatan belajar untuk peserta didik. Sedangkan kegiatan itu
sendiri menjadi lebih bermakna apabila terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Oleh karena itu, pemahaman
guru terhadap proses belajar bagi siswa harus dipahami dengan sebaik-baiknya agar dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan
menyenangkan.
Belajar
merupakan modifikasi untuk memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Oleh karena
itu, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan hanya merupakan suatu
hasil saja. Belajar tidak hanya sekadar mengingat, tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Dengan demikian, hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan
hasil latihan saja melainkan pengubahan kelakuan.
Setelah
siswa
mengalami proses belajar, secara otomatis akan memperoleh pengalaman yang dapat
dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan. Pengalaman yang sifatnya
pendidikan biasanya bersifat kontinyu dan interaktif yang membantu mengintegrasi
pribadi siswa
dalam kehidupannya, terutama yang berhubungan secara langsung dengan ajaran
agama Islam yang mengajarkan baik dan tidak baik, serta tingkah laku dari para nabi dan khalifah yang dapat
dicontoh dan ditiru. Seperti yang diungkapkan oleh William Burton dalam Hamalik
(2001:29)10,
yang menyatakan Experiencing means living
through actual situations and recting vigorously to various aspects of those
situations for purposes apparent to the learner. Experiencing includes whatever
one does or undergoes which results in changed behavior, in changed values,
meanings, attitudes, or skill. Artinya
pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat
pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan siswa, pengalaman pendidikan bersifat
kontinyu dan interaktif, membantu integrasi pribadi siswa.
Berbagai pendapat dan komentar banyak
diberikan, baik dari kalangan masyarakat, pendidik, bahkan para ahli dan pakar
pendidikan. Namun demikian, pendapat dan komentar belum menampakkan hasil yang
memuaskan karena belum diterapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa, khususnya di sekolah dasar.
Ketidakberhasilan strategi pembelajaran disebabkan karena tujuan tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Metode cenderung kaku, statis, serta cenderung
bersifat teoretis. Menurut Towaf dalam
Ismail (2009:2) mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan masih cenderung
normatif. Kurang kreatifnya guru dalam menggali metode yang bisa dipakai untuk keterampilan pidato menyebabkan pelaksanaan
pembelajaran cenderung monoton.
0 comments:
Post a Comment