Monday, November 23, 2015

Strategi Pembelajaran

Standard
Strategi pembelajaran adalah siasat atau keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai segala upaya penataan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan atau tanpa kehadiran guru. Penataan lingkungan berarti penyiapan, dan pemanfaatan lingkungan belajar (meliputi: sumber belajar, sarana/alat belajar dan suasana kelas). Sehingga guru perlu memberi dorongan kepada peserta didik untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan (Winataputra et al 1992: 10).
Selanjutnya masih menurut Winataputra et al (1992: 97-98), bahwa dalam pembelajaran matematika hendaklah dipilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Keaktifan peserta didik itu tidak saja pada keterampilan mengerjakan soal sebagai aplikasi dari konsep-konsep matematika yang telah dipelajarinya, melainkan perlu lebih mementingkan pemahaman pada proses terbentuknya konsep. Konsep-konsep matematika hendaknya tidak diajarkan melalui definisi, tetapi melalui contoh-contoh yang relevan yang melibatkan konsep-konsep tertentu. Konsep-konsep itu hendaknya dijamin sudah terbentuk dalam pikiran peserta didik.
Selaras dengan pendapat di atas, Hudoyo (1998: 6), bahwa pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah membantu peserta didik untuk membangun konsep-konsep / prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep/prinsip itu terbangun kembali. Transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep/prinsip baru. Transformasi itu mudah terjadi bila pemahaman timbul karena terbentuknya skemata pada benak peserta didik.
Pendekatan dan strategi pembelajaran matematika hendaklah mengikuti paedagogik secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks dan dari mudah ke sulit, dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh si pebelajar di bawah bimbingan guru (guided re-invention). (Depdiknas, 2002: 4).

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam memilih strategi pembelajaran matematika hendaklah: (1) dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar untuk menemukan konsep/prinsip/rumus/algoritma matematika di bawah bimbingan guru, (2) dimulai dari konkret ke abstrak, dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks dan dari masalah kontekstual yang dekat dengan lingkungan peserta didik ke masalah yang universal (3) menjadikan pemecahan masalah sebagai pusat pembelajaran dan (4) melibatkan berbagai pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik.

0 comments:

Post a Comment