1. Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran di sekolah dasar sebagian besar
dilaksanakan dengan sistem pembelajaran berpusat pada guru, jarang yang
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak aktif dan
cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran. Model kooperatif tipe NHT adalah
salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa (Salafudin 2008).
NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Depdiknas (2005:10) mengatakan ada dua
implikasi utama teori vigotsky dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu;
pertama adalah dikehendakinya susunan
kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat
berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan
strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif, kedua dalam pengajaran menekankan scaffolding dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab
terhadap pembelajaran sendiri. Dengan demikian, model NHT efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.
a. Pengertian
NHT
NHT
adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas (Ibrahim 2000:28). NHT adalah suatu model pembelajaran dimana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok dan secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.
Menurut Tatar dan Oktay (2008:67) belajar
dalam kelompok kecil semakin digunakan dalam pembelajaran semakin membantu
siswa memenuhi berbagai hasil pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran itu tidak
hanya tergantung dari faktor kognitif saja tetapi juga dari faktor keaktifan
atau aktivitas siswa dalam diskusi kelompok (Jacobs dan Hannah 2004:104).
b. Kelebihan
dan Kelemahan NHT
Menurut Hermana (2010:45-46) model koopeartif
tipe NHT memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari NHT adalah setiap
siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,
dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model
NHT adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Kelemahan tersebut dapat diperbaiki
dengan cara mengundi nomor yang akan mempresentasikan hasil diskusi, dengan
demikian nomor yang sudah dipanggil tidak akan dipanggil lagi oleh guru.
c. Langkah-langkah Pembelajaran model NHT
Trianto (2010:82-83) mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe NHT menggunakan struktur
empat fase, yaitu sebagai berikut:
1) Fase 1:
Penomoran
Fase
ini siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
2) Fase 2:
Mengajukan pertanyaan
Guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan
dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
3) Fase 3:
Berpikir bersama
Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap
anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4:
Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas atau
melaporkan hasil kerjasama tim kepada seluruh kelas.
2. Lesson Study
(LS)
a. Pengertian
LS
LS yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun
komunitas belajar (Rusman
2010:380). Hal itu sesuai pendapat Vicki R. Lind (2007:3) pembelajaran
profesional harus melibatkan kolaborasi antar guru untuk berbagi keahlian
mereka satu sama lain. Secara berkelompok guru berbagi ide spesifik tentang
pengajaran dibidangnya. Mereka bekerjasama untuk merancang perangkat
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan merefleksi hasil pembelajaran
(Vicki R. Lind 2007:5).
Setelah kelompok merancang
perangkat pembelajaran, guru dalam kelompok menunjuk satu guru untuk mengajar
di kelas kemudian guru lain mengamati proses pembelajaran dan aktivitas siswa.
Setiap pengamat mengamati satu pengamatan kemudian setelah pembelajaran selesai
para guru dalam kelompok bertemu dan membahas pembelajaran yang telah
dilaksanakan kemudian perangkat direvisi dan disempurnakan berdasarkan
pengamatan.
b. Manfaat
LS
Rusman (2010:385) mengatakan manfaat LS
adalah: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kinerjanya, (2) guru dapat
memperoleh feedback dari teman
sejawatnya, (3) guru dapat memublikasikan dan menyebarluaskan hasil akhir dari
LS yang telah dilakukannya.
Cerbin dan Kopp (2006:254) mengatakan LS dapat
meningkatkan (1) pengetahuan tentang materi pelajaran, (2) pengetahuan tentang
instruksi, (3) kemampuan untuk mengamati siswa, (4) penguatan kolegalitas, (5)
koneksi yang kuat untuk jangka panjang, (6) motivasi dan rasa keberhasilan,
serta (7) kualitas rencana pelajaran yang tersedia. Selain itu LS juga dapat
meningkatkan pengajaran dan pembelajaran serta dapat mengatasi hambatan dalam
pelaksanaan pembelajaran (Wang-Iverson 2005:284).
c. Pelaksanaan
LS
Implementasi LS yang dilakukan oleh
IMSTEP-JICA di Indonesia, Saito dkk (2005) mengenalkan LS yang berorientasi
pada praktik. LS yang dilaksanakan tersebut terdiri atas 3 tahap pokok, yakni:
1) Merencanakan pembelajaran dengan penggalian
akademis pada topik dan alat-alat pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya
disebut tahap Plan.
2) Melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada
rencana pembelajaran dan alat-alat yang disediakan, serta mengundang
rekan-rekan sejawat untuk mengamati. Kegiatan ini disebut tahap Do.
3) Melaksanakan refleksi melalui berbagai
pendapat dan diskusi bersama pengamat atau observer. Kegiatan ini disebut tahap
See.
0 comments:
Post a Comment