Wednesday, June 8, 2016

Peningkatan kualitas kulit sepatu dengan perlakuan radiasi plasma lucutan pijar korona dengan tekanan rendah”

Standard


Judul penelitian yang saya rencanakan adalah : Peningkatan kualitas kulit sepatu dengan perlakuan radiasi plasma lucutan pijar korona dengan tekanan rendah”

Adapun penjelasan nya sebagai berikut :
Dalam bidang tekstil, perlakuan plasma diakui sebagai suatu alternatif untuk menggantikan proses penyempurnaan kimia dan persiapan penyempurnaan. Teknologi ini menawarkan sejumlah keuntungan yang lebih besar dibandingkan proses kimia konvensional. Modifikasi permukaan menggunakan plasma tidak memerlukan penggunaan air dan bahan-bahan kimia, sehingga dianggap sebagai teknologi yang ekonomis dan ramah lingkungan (Carneiro et al., 2001).
Proses persiapan penyempurnaan  dan penyempurnaan kain tekstil dengan teknologi plasma non termal menjadi yang paling populer digunakan sebagai suatu teknik modifikasi permukaan (Shishoo ed., 2007). Plasma non termal (atau plasma dingin) secara khusus menjadi teknologi yang paling sesuai untuk diaplikasikan dalam pemrosesan kain tekstil karena sebagian besar material tekstil merupakan polimer yang sensitif terhadap panas (Morent et al., 2007). Selain itu, plasma dingin memungkinkan modifikasi permukaan pada serat-serat kain tanpa memengaruhi sifat-sifat bulk (Gouanve et al., 2006).
Pada 2010, Keiko dan Akemi (2010) menggunakan plasma bertekanan atmosfer (atmospheric pressure plasma, APP) untuk memberikan sifat hidrofilik pada permukaan serat poliester. Sifat dan fungsi yang dapat diperoleh dari perlakuan plasma pada permukaan kain, misalnya yang paling utama, adalah plasma dapat digunakan untuk mengubah daya serap permukaan dari yang semula bersifat sifat hidrofilik menjadi hidrofobik dan sebaliknya (Rauscher ed., 2010).
Perubahan sifat tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: terjadinya perubahan morfologi permukaan dan/atau terbentuknya gugus fungsional kimia aktif pada substrat kain akibat perlakuan plasma. Kemungkinan lainnya adalah kemunculan radikal-radikal bebas pada substrat yang diberi perlakuan plasma sehingga menyebabkan perubahan sifat fisis pada kain tersebut. Proses yang berlangsung dalam perlakuan pembangkitan plasma terhadap substrat adalah bahwa ketika daya ditingkatkan, gas plasma akan mendapatkan energi lebih untuk ionisasi dan dapat terionisasi lebih mudah. Di sisi lain, kecepatan elektron di bawah medan listrik kuat akan meningkat, sehingga menyebabkan peningkatan energi kinetik elektron. Kedua faktor tersebut akan meningkatkan aksi plasma pada permukaan serat. Aksi tersebut akan menyebabkan kekasaran permukaan dan terbentuknya gugus fungsional polar oksigen, yang berkontribusi memberikan sifat hidrofilik dan meningkatkan adhesi, pada kain poliester (Wong et al., 2000);  (Liu et al., 2006); dan (Rauscher ed., 2010).
Sistem korona standar dalam industri tekstil terdiri dari elektroda-elektroda pisau logam murni di atas elektroda lawan (counter electrode), yang umumnya berupa rol yang menjalankan substrat. Plasma lucutan korona dibangkitkan di antara elektroda logam dan rol, lalu substrat diradiasi dengan melewatkannya melalui lucutan korona. Umumnya, peradiasian dengan lucutan korona dioperasikan di dalam udara lingkungan yang seringkali menyebabkan peningkatan energi permukaan dari permukaan substrat, misalnya, daya serap air dan daya kapilaritas yang lebih baik (Rauscher ed., 2010).
Radiasi plasma diakui dapat memberikan sejumlah perubahan sifat fisik maupun kimia pada permukaan kain tekstil. Dampak yang ditimbulkan terhadap sifat-sifat fisis maupun kimia pada kain berbeda-beda diantaranya tergantung pada jenis plasma, jenis gas, maupun jenis kain yang digunakan. Efek radiasi plasma pada kain dari serat alami akan berbeda dengan efek pada serat sintetis. Radiasi plasma dilaporkan dapat meningkatkan daya serap air pada permukaan serat terutama dengan oksidasi dan etsa. Radiasi plasma juga telah dimanfaatkan untuk beberapa aplikasi seperti anti mengkeret (Mori dan Inagaki, 2006); (Canal et al., 2007), meningkatkan sifat tahan gosok dan kemampuan menyerap warna dari serat-serat wol (Mori dan Inagaki, 2006); (Sun dan Stylios, 2005), serta mampu memberikan peningkatan sifat-sifat mekanik secara signifikan baik melalui radio frekuensi maupun frekuensi rendah yang meliputi kekuatan geser (shear strength), kekuatan lentur (flexural strength), dan kekuatan tarik (tensile strength) (Yoldas dan Mehmet, 2010).
Berdasarkan referensi yang ada radiasi plasma memberikan pengaruh pada serat kain, akan tetapi saya berencana untuk menguji pada kulit sepatu dengan tujuan meningkatkan kualitas baik dari aspek fisis maupun fungsionalnya. Dan diharapkan dapat member inovasi dan kebermanfaatan pada perkembangan ilmu pengetahuan khusunya penerapan teknologi plasma.

Wednesday, June 1, 2016

Desain Produk Dalam Pengemasan Pariwisata Indonesia

Standard

Potensi pariwisata di Indonesia sangat bagus untuk menarik minat pengunjung baik lokal maupun asing.Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia mampu memikat pengunjung yang selalu terpesona dengan Indonesia. Namun permasalahan yang selalu menjadi pekerjaan tambahan adalah bagaimana proses marketing atau pemasaran potensi pariwisata di Indonesia?
Marketing atau pemasaran dalam mengenalkan potensi dari pariwisata itu sendiri memiliki banyak kendala, kendala dalam pemasaran potensi pariwisata di Indonesia secara umum terkait dengani dentitas dari objek wisata ataupun pengemasan pariwisata itu sendiri. Pengmasan dari produk pariwisata itu sendiriakan lebih mudah jika dibuat sebuah identitas produk. Kenapa harus memilik iidentitas? Dan identitasnya berupa apa?
Pengemasan pariwisata harus memiliki identitas, karena sebagai pemberi daya tarik tentang pariwisata yang ada di Indonesia. Yang selama ini kita belum sadar tentang pemberian identitas adalah tentang pengemasan produk yang dapat menjadi identitas itu sendiri. Identitasny aberupa apa? Tentunya identitasnnya berupa hal-hal yang menjadi bagian dari apa yang manusia lihat yaitu hal-hal yang mencakup kesan visual yaitu dengan menggunakan desain produk.
Mengapa desain produk yang digunakan sebagai pengemasan pariwisata Indonesia?

Karena kebanyakan manusia adalah mahluk yang konsumtif dan mudah untuk mengingat  hal-hal yang berupa visual. Desain produk ini berfungsi dalam silent marketing untuk memberikan. Secara tidak langsung desain produk tersebut memiliki manfaat (1) Pemberian Identitas. Pemberian identitas atau bias disebut sebagai branding ini sangat penting karena sebagai sarana untuk pemasaran atau pengenalan. (2) Dayatarik. Desain produk untuk pengemasan pariwisata Indonesia memiliki fungsi sebagai daya tarik karena pengemasan yang unik sehingga orang-orang akan tertarik. (3) Peningkatan Kreativitas. Jadi pengemasan pariwisata menggunakan desain produk akan lebih mudah meningkatkan kreativitas para pelaku industri sehingga dengan hal inidiharapkan meningkatny akualitas sumber daya manusia. 

Wednesday, January 20, 2016

Media Pembelajaran menurut ahli

Standard
1.            Media Pembelajaran
Menurut AECT (dalam Rahadi,2003:10) mengatakan bahwa media pembelajaran  adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.Pendapat senada juga disampaikan oleh Gagne (dalam Rahadi,2003:10) bahwa media adalah sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang  mereka untuk belajar.
Briggs (dalam Susiana,2007:6) juga berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan  perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Sementara  Heinich (dalam Susiana,2007:6) menyatakan bahwa media merupakan alat saluran komuikasi. Media berarti perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (areceiver). Dikatakan sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan (massages) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Perolehan pengetahuan siswa  akan semakin abstrak jika pesan yang disampaikan  melalui kata verbal.  Siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami  makna yang terkandung didalamnya, hal ini akan menimbulkan kesalahan penafsiran  siswa. Oleh karena itu, sebaiknya siswa memiliki pengalaman  yang lebih kongrit, pesan yang ingin disampaikan dapat mencapai tujuan yang dicapai sehingga memotivasi siswa untuk belajar. Pengalaman yang lebih kongrit dapat dilakukan melalui penggunaan media pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Thursday, December 24, 2015

Surat Kabar sebagai Media Pembelajaran

Standard

Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dengan media, proses interaksi antara guru dan siswa akan semakin lancar dan membantu siswa dapat belajar secara optimal. Kemp dan Dayton dalam Yamin dan Ansari (2008:151-153) menjelaskan manfaat media pembelajaran, anatara lain (1) penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, (2) proses pembelajaran menjadi lebih menarik, (3) proses belajar siswa lebih interaktif, (4) kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, (6) proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, dan (7) peran guru lebih positif dan produktif.
Mengingat begitu banyak manfaat media, guru hendaknya sedapat mungkin menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Namun demikian, tidak selamanya media itu dapat dipergunakan dalam setiap materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam memilih media yang sesuai dengan karakteristik materi yang disajikan. Ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Usman dan Asnawir (2002:126) dan Depdiknas (2004b:39) menjelaskan lima kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu fungsional, ketersediaan, fortable, efesien, dan menarik. Fungsional berarti cocok dengan tujuan pembelajaran dan berfungsi menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketersediaan berarti media yang dibutuhkan mudah didapat dan digunakan. Fortable, yaitu menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang digunakan. Efesiensi berarti media yang digunakan cukup terjangkau, tidak harus mahal. Menarik berarti media yang digunakan memberikan efek menarik sehingga siswa termtovasi untuk terlibat dalam pembelajaran.
            Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, media pembelajaran berfungsi sebagai sarana untuk memudahkan pembelajaran agar siswa memiliki kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Brown dalam Depdiknas (2004:17.18) menjelaskan tiga klasifikasi media, yaitu (1) sarana belajar, (2) sarana pendidikan untuk belajar, dan (3) fasilitas belajar. Kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, sarana belajar mencakup tape recorder, radio, OHP, video player, televisi, telepon, dan lain-lain. Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi, kamus, kliping, gambar, poster,  tabel, boneka, majalah, termasuk di dalamnya adalah surat kabar. Fasilitas belajar meliputi laboratorium bahasa, perpustakaan, studio, ruang diskusi, dan lain-lain.    

            Selain paparan tersebut, Usman dan Asnawir (2002:126) menjelaskan bahwa bahan-bahan tidak terpakai dapat dimanfaatkan menjadi media belajar. Berdasarkan pendapat ini, surat kabar yang sudah tidak terpakai dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Apalagi sudah tidak dipungkiri lagi bahwa sekolah terbiasa berlangganan surat kabar. Bahkan lebih dari satu jenis. Surat kabar yang sudah tidak terpakai hendaknya tidak tercecer begitu saja. Surat kabar ini dapat dibendel sesuai edisinya dan dijadikan koleksi perpustakaan sehingga jika dibutuhkan akan mudah didapat. Dalam surat kabar begitu banyak materi yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Ada teks berita, laporan, tajuk, surat pembaca, iklan, poster, grafik, tabel, denah, cerpen, cerita anak, dongeng, dan juga iklan baris. Hampir seluruh surat kabar menyediakan ruang untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan berlebihan memuat iklan baris. Dengan demikian, surat kabar dapat dijadikan media alternatif yang efektif untuk pembelajaran iklan baris.

Model Pembelajaran BBM ( berpikir, berbicara, dan menulis )

Standard
    Model Pembelajaran BBM
      Istilah model menurut Winataputra (2001:3) yaitu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar ini, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:5) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Sementara menurut Sudrajat (2008) model pembelajaran yaitu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran. 
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model BBM yaitu model yang dibangun melalui aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis. Model ini diadaptasi dari model kooperatif tipe think-talk-write dari Huinker dan Laughlin dalam Yamin dan Ansari (2008:84-87) dalam menumbuhkembangkan kemampuan  pemahaman dan komunikasi matematik siswa. Pengembangan model ini didasarkan pada kesamaan prinsip aktivitas dalam merangsang siswa untuk berpikir secara sistematis setelah proses membaca. Hal ini didukung oleh Suyatno (2009:66) bahwa pembelajaran think-talk-write ini dimulai dengan berpikir melalui bacaan, hasilnya bacaannya dikomunikaikan dan dilaporkan secara tertulis.
Sesuai dengan namanya, model BBM ini terdiri atas fase berpikir, berbicara, dan menulis. Strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya sebelum menulis. Menurut Yamin dan Ansari (2008:84) model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, dan membagi bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Fase pertama pada model BBM adalah berpikir. Aktivitas berpikir ini dapat dilihat dari proses membaca. Aktivitas tersebut menurut Utami (2007:27) terdiri atas (1) memahami jenis bacaan, (2) mencermati hal-hal yang dibahas, (3) memilah bagian-bagian penting, (4) mengkaji kata, istilah, atau ungkapan yang tidak diketahui, dan (5) menulis hal-hal penting. Hal yang identik dikemukakan Yamin dan Ansari (2008:85) bahwa kemampuan membaca secara komprehensif dianggap sebagai proses berpikir, meliputi (1) membaca baris-demi baris, (2) menentukan bagian-bagian penting, (3) membuat catatan, (4) mempersatukan ide, dan (5) menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Membuat catatan dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca.  Selain itu dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Fase kedua yatu berbicara. Pada fase ini, siswa dituntut untuk terampil berbicara dalam mengkomunikasikan hasil membacanya. Siswa menggunakan bahasa sendiri untuk menyajikan ide, membangun teori, dan berbagi informasi dengan sesama teman, Berkomunikasi atau berdialog dengan teman atau guru dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Keterampilan berkomunikasi ini dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan ide melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog sekaligus ia mengkonstruksi berbagai ide. Kegiatan pada fase ini sangat membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.Fase terakhir dari model BBM adalah menulis. Aktivitas menulis menurut Yamin dan Ansari (2008:87) berarti mengkonstruksi ide kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis ini akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa dan memantau kesalahan siswa. 

Menulis Iklan Baris

Standard
     
Salah satu kompetensi menulis yang diamanatkan Kurikulum 2006 adalah menulis iklan baris. Pengintegrasian kompetensi menulis iklan baris ini merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah akan pentingnya kemampuan siswa dalam menulis iklan baris. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan media massa, termasuk media surat kabar. Hampir seluruh surat kabar menyediakan ruang untuk iklan baris. Surat kabar tertentu bahkan berlebihan memuat iklan baris.
Ciri yang dominan dari iklan baris pada surat kabar yaitu (1) bahasanya singkat, (2) banyak menggunakan singkatan, (3) kata-katanya pendek, (4) tanpa dilengkapi gambar,  dan (5) ditulis dalam beberapa baris. Hal ini sesuai dengan Tim Abdi Guru (2001:65)  bahwa iklan di surat kabar yang hanya berisi beberapa larik disebut dengan iklan mini atau iklan baris. Isinya bermacam-macam. Ada penawaran mobil, motor, elektronik, jasa transposrtasi, persewaan, pengobatan, sampai lowongan pekerjaan.  Untuk memudahkan pembaca menemukan informasi yang dibutuhkan. Biasanya iklan baris dikelompokkan berdasarkan golongan barang atau jasa. Dari beberapa iklan baris tersebut, Depdiknas (2004a:42) mengelompokkannya menjadi dua kategori, yaitu (1) iklan lowongan dan (2) iklan jual beli. Iklan lowongan berarti iklan yang berusaha mencari tenaga atau ahli untuk dipekerjakan di kantor pemasangan iklan. Adapun iklan jual beli biasanya menawarkan barang atau jasa.
Untuk dapat menulis iklan baris, Depdiknas (2004a:42) memberikan langkah-langkah, yaitu (1) mentukan jenis iklan yang akan ditulis, apakah berupa iklan lowongan atau jual beli, (2) jika iklan lowongan yang dipilih, tentukan pekerjaan apa yang dibutuhkan, tetapi jika iklan jual beli yang dipilih, tentukan barang atau jasa yang akan ditawarkan, (3) menuliskan unsur-unsur yang harus dicantumkan. Unsur-unsur tersebut akan sangat bergantung kepada pilihan jenis iklan yang akan digunakan, dan (4) menggunakan bahasa yang jelas dan singkat. Sementara Nurhadi, dkk. (2005:131) memberikan tips menulis iklan baris dengan cara, yaitu (1) menginformasikan barang atau jasa dengan singkat dan jelas, (2) menggunakan bahasa yang komunikatif, dan (3) menyertakan alamat pengikalanan dengan jelas sehingga mudah dibuhungi.
Lebih lanjut Depdiknas (2004a:43) menjelaskan bahwa unsur-unsur  yang harus dicantumkan dalam  penulisan iklan baris jenis lowongan pekerjaan yaitu, (1) jenis lowongan, (2) kriteria sumber daya yang dibutuhkan, (3) alamat pemasang iklan, dan dapat pula ditambahkan (4) batas waktu pelamaran, dan (5) hak yang diperoleh pelamar. Adapun unsur-unsur yang dalam penulisan iklan jenis jual beli atau penawaran barang/jasa, yaitu (1) barang atau jasa yang ditawarkan, (2) kondisi barang, (3) alamat, dan dapat pula ditambahkan (4) harga barang
Bahasa yang digunakan dalam iklan baris menurut Tim Abdi Guru (2001:65)  sebaiknya komunikatif, informatif, dan persuasif. Komunikatif berarti mudah dimengerti oleh pembaca dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.  Infotmatif berarti bersifat memberi penerangan. Persuasif berarti membujuk secara halus agar pembaca merasa yakin. Depdiknas (2004a:53) menambahkan bahwa komunikatif  berarti maksud yang terkandung dalam iklan baris dapat ditangkap oleh pembaca. Pembaca tidak kebingungan terhadap istilah, kata, atau singkatan yang ada dalam iklan. Oleh karena itu, singkatan atau istilah yang digunakan harus disesuaikan dengan bidang yang diiklankan. Unsur kekomunikatifan ini sifatnya tidak universal, dalam arti tidak mungkin dipahami oleh pembaca yang tidak berkepentingan. Singkatan seperti full var, trwt, VR, bagi orang yang tidak mengetahui seluk beluk iklan penjualan mobil akan tidak komunikatif. Namun, bagi orang yang mengetahui iklan mobil, hal ini tidak menjadi persoalan. Demikian juga singkatan yang biasa digunakan dalam iklan penjualan rumah, tanah, lowongan pekerjaan, ukuran kekomunikatifannya ditentukan oleh orang-orang yang berkepentingan.
Selain komunikatif, syarat yang harus dipenuhi dalam menulis iklan baris yaitu bahasa yang digunakan harus singkat. Penggunaan bahasa yang singkat dapat ditempuh dengan cara menggunakan  singkatan dan hanya mencantumkan kata-kata penting. Meskipun demikian, singkatan yang digunakan hendaknya dapat dipahami pembaca. Syarat singkat dalam penulisan iklan baris di surat kabar terutama berkaitan dengan dengan penghematan biaya. Semakin banyak jumlah baris, semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.
Syarat lainnya yang harus dipenuhi dalam menulis iklan baris adalah kelengkapan informasi. Artinya, iklan baris yang ditulis mencakupi tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Jika yang ditulis iklan lowongan pekerjaan maka sekurang-kurangnya perlu dicantumkan, (1) jenis lowongan, (2) kriteria/kualifikasi sumber daya yang dibutuhkan, dan (3) alamat pemasang iklan. Jika yang dipilih iklan jual beli perlu diinformasikan (1) barang atau jasa yang ditawarkan, (2) kondisi barang, dan (3) alamat.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria iklan baris, yaitu (1)  bahasanya komunikatif, (2) penulisannya singkat, dan (3) informasinya lengkap. Komunikatif berarti isinya jelas, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Singkat berarti hanya hal-hal penting saja yang dituliskan dan digunakan dalam bentuk singkatan. Lengkap berarti tersedianya informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. 

Pembelajaran Menulis

Standard

            Pada jenjang SMP/MTs pembelajaran menulis merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Tujuannya menurut Parera (1999:10) adalah agar siswa (1) mampu menuangkan pengalaman, gagasan, dan perasaan secara tertulis, (2) mampu mengungkapkan informasi sesuai dengan konteks dan keadaan, (3) peka terhadap lingkungan dan mampu mengungkapkannya dalam karangan, dan (5) memiliki kegemaran menulis untuk meningkatkan pengetahuan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari  

Sesuai dengan prinsip komunikatif, pembelajaran menulis bukanlah pembelajaran tentang teori menulis, tetapi merupakan kegiatan pembelajaran keterampilan menggunakan bahasa dalam bentuk tulis. Hal ini sesuai dengan BSNP  (2006:281) bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Amanat ini merupakan refleksi dari kurikulum sebelumnya yang lebih berorientasi pada sistem bahasa. Oleh karena itu, Depdiknas (2003:1) menegaskan bahwa pembelajaran yang beorientasi pada target penguasaan materi harus ditinggalkan karena terbukti hanya berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang