Thursday, December 24, 2015

Model Pembelajaran BBM ( berpikir, berbicara, dan menulis )

Standard
    Model Pembelajaran BBM
      Istilah model menurut Winataputra (2001:3) yaitu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas dasar ini, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:5) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Sementara menurut Sudrajat (2008) model pembelajaran yaitu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan metode, pendekatan, dan teknik pembelajaran. 
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model BBM yaitu model yang dibangun melalui aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis. Model ini diadaptasi dari model kooperatif tipe think-talk-write dari Huinker dan Laughlin dalam Yamin dan Ansari (2008:84-87) dalam menumbuhkembangkan kemampuan  pemahaman dan komunikasi matematik siswa. Pengembangan model ini didasarkan pada kesamaan prinsip aktivitas dalam merangsang siswa untuk berpikir secara sistematis setelah proses membaca. Hal ini didukung oleh Suyatno (2009:66) bahwa pembelajaran think-talk-write ini dimulai dengan berpikir melalui bacaan, hasilnya bacaannya dikomunikaikan dan dilaporkan secara tertulis.
Sesuai dengan namanya, model BBM ini terdiri atas fase berpikir, berbicara, dan menulis. Strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya sebelum menulis. Menurut Yamin dan Ansari (2008:84) model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan, dan membagi bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
Fase pertama pada model BBM adalah berpikir. Aktivitas berpikir ini dapat dilihat dari proses membaca. Aktivitas tersebut menurut Utami (2007:27) terdiri atas (1) memahami jenis bacaan, (2) mencermati hal-hal yang dibahas, (3) memilah bagian-bagian penting, (4) mengkaji kata, istilah, atau ungkapan yang tidak diketahui, dan (5) menulis hal-hal penting. Hal yang identik dikemukakan Yamin dan Ansari (2008:85) bahwa kemampuan membaca secara komprehensif dianggap sebagai proses berpikir, meliputi (1) membaca baris-demi baris, (2) menentukan bagian-bagian penting, (3) membuat catatan, (4) mempersatukan ide, dan (5) menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri. Membuat catatan dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca.  Selain itu dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
Fase kedua yatu berbicara. Pada fase ini, siswa dituntut untuk terampil berbicara dalam mengkomunikasikan hasil membacanya. Siswa menggunakan bahasa sendiri untuk menyajikan ide, membangun teori, dan berbagi informasi dengan sesama teman, Berkomunikasi atau berdialog dengan teman atau guru dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa. Keterampilan berkomunikasi ini dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan ide melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog sekaligus ia mengkonstruksi berbagai ide. Kegiatan pada fase ini sangat membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.Fase terakhir dari model BBM adalah menulis. Aktivitas menulis menurut Yamin dan Ansari (2008:87) berarti mengkonstruksi ide kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis ini akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa dan memantau kesalahan siswa. 

0 comments:

Post a Comment