Monday, March 30, 2015

Anak yang kritis memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar akan segala hal baru

Standard

A.    PENDAHULUAN
Anak yang kritis memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar akan segala hal baru, anak banyak mengajukan pertanyaan, sehingga orang tua tidak jarang kehabisan bahan untuk menjawab. Anak seperti inilah yang mempunyai kesempatan besar untuk menjadi orang yang cerdas dan pandai, karena mereka haus akan ilmu pengetahuan.

Berfikir secara kritis berarti melihat secara skeptis terhadap apa yang telah terjadi dalam hidup ini, juga merupakan usaha untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang telah menjadi kebiasaan. Anak dapat mengembangkan diri dalam membuat keputusan, penilaian serta menyelesaikan masalah. Kemampuan membuat keputusan dan menyelesaikan masalah akan sering dihadapi ketika menginjak dewasa. Belajar berfikir secara kritis merupakan tugas yang tidak ringan. Keluarga dan lingkungan anaklah yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian, perilaku, dan kecenderungannya sesuai dengan bakat yang ada dalam dirinya (Zurayk, 1994: 21).

Hal yang sering dikeluhkan anak miskin. Mereka tidak tahu tempat untuk mengeluh dan mengadu semua penderitaan dan kesulitan yang dihadapi baik dalam pendidikan serta ekonomi. Banyak dari mereka yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Itulah merupakan keberkahan oleh Allah SWT. Melihat secara langsung keberadaan anak-anak miskin dijalan sepulang sekolah mereka langsung mencari botol-botol bekas, mengamen di lampu merah jalan. Orang tua yang seharusnya menjadi pembimbing dalam kehidupan mereka tak dapat melayani kebutuhan keilmuan mereka karena harus mencai uang di jalan sebagai penyapu jalanan, botot, serta kuli bangunan.

 Pengalaman seorang anak akan menunjukan kecakapan orang tuanya dengan mewarisi seperempat sifat dari generasi pertama kakeknya, seperdelapan dari generasi kedua kakeknya dan seterusnya. Orang tua merupakan pihak yang penting dalam menanamkan dan menumbuhkan sikap dan perilaku anak. Kesukseskan atau kegagalan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan anak pada masa kecilnya dan ini merupakan tanggung jawab keluarga (Zurayk, 1994: 23).

Tergambar dengan sangat mnyeramkan aktivitas pengalaman mereka yang begitu keras berada di jalan serta tak ada nya pembimbing dalam belajar membuat mereka sering belajar di tepi jalan serta berpakaian tidak rapi dalam sehari-hari ke sekolah. Bukankah itu merupakan tanggung jawab kita bersama secara hakiki. Karena mereka juga keluarga kita sebangsa dan setanah air. Mereka juga butuh cinta kasih dan belas kasih. Mereka tidak mampu harus membayar uang bimbingan belajar yang sangat mahal karena dalam prinsip mereka seperti yang dikatakan fauzi “Lebih baik bisa makan dari pada bayar uang sekolah yang mahal,Bang”.

Seorang anak akan menyerap pola perilaku yang umum berlaku di sekitarnya, yang kemudian mengkristal menjadi bagian tingkah lakunya. Anak biasanya menggunakan pertimbangan akhlak dari pengalaman sekitarnya itu sebagai pijakan dalam melihat segala bentuk kehidupan (Zurayk, 1994: 22).

Penanaman life skill serta soft skill yang rendah di lingkungan yang kumuh. Membuat sebagian dari mereka ada yang bemalas-malasan, Tetapi ada juga sebagian besar dari mereka berjuang dengan motivasi yang besar untuk sekolah lebih baik dan memperbaiki nasib keluarga mereka. Hal ini juga tersirat dalam pepatah inggris “Better Education to Better Life”.

Kecenderungan daya juang belajar pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat terkait, baik yang berasal dari dalam diri siswa miskin atau lingkungan keluarga dan masyarakat. Artinya tidak ada faktor tunggal yang secara otomatis mempengaruhi timbulnya kecenderungan daya juang belajar pada siswa miskin. Faktor-faktor yang dimaksud secara lebih kongkrit misalnya: motivasi sukses yang dimiliki anak, cara, latar belakang pendidikan orang tua, pergaulan anak di luar rumah, kondisi lingkungan sosial, aktifitas anak di luar rumah dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan pokok sebagai berikut: Bagaimana upaya peningkatan prestasi belajar siswa miskin agar dapat mengikuti pembelajaran di sekolah?. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan sebuah ide yang menggagas perbaikan kehidupan siswa miskin dengan penanaman life skill dan soft skill yang juga akan meningkatkan prestasi belajar mereka di sekolah dengan mengakomodir ke dalam rumah pendidikan.

Adapun tujuan penulis sebagai wujud kepedulian yang secara batin yang dirasakan, merangkul dalam pengembangan minat belajar dengan intensitas bimbingan belajar terpadu, penanaman nilai life skill dan soft skil, membangun motivasi sukses semenjak dini.

Kemanfaatan yang diharapkan dapat memberi kontribusi perubahan hasil belajar serta kecakapan pribadi siswa miskin, memberi alternatif penuntasan kebodohan pada anak bangsa, meningkatkan akhlak dan mengangkat derajat pencitraan bahwa siswa miskin juga mampu sukses.

0 comments:

Post a Comment