A. PEMBAHASAN
Hakikat Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan penuh makna. Gurulah yang
menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik
yang belajar. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptkan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke
tujuan. Disini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Sebagai kegiatan yang
bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai
hakikat yaitu proses “pengaturan” yang dilakukan guru untuk mencapai
hakikat belajar yaitu “perubahan”.
Defenisi Bimbingan Belajar
Bimbingan adalah proses
pemberian bantuan kepada murid dengan memperhatikan murid itu sebagai individu
dan makhluk sosial, serta memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individu
agar murid itu dapat membuat tahap seoptimal mungkin dalam proses
perkembangannya dan agar ia dapat menolong dirinya, menganalisa dan menemukan
masalah-masalah temuannya itu demi memajukan kebahagiaan hidup terutama
ditekankan pada kesejahteraan jiwa(Balitbang, 1978 : 2).
Menurut A J Jones, bimbingan
belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain
dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam kehidupannya. Dan menurut
L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat
diberikan oleh seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya
tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan
belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang dilakukan oleh
seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan
kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan
pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam
kehidupannya.
Latar Belakang Bimbingan
Belajar
Suatu kegiatan yang
dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan
layanan bimbingan belajar. Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena
dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1. Adanya criterion referenced
evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan
mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain :
a. Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran.
b. Siswa yang cukup menguasai pelajaran.
c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh
tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Dimana klasifikasi
siswa tersebut antara lain :
a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil tes kemampuan
belajarnya.
b. Siswa yang prestasiya memang
sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
c. Siswa yang prestasinya ternyata
lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan
hasil tes kemampuan belajarnya.
3. Adanya penerapan waktu untuk
menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi siswa dalam hal ini antara
lain :
a. Siswa yang ternyata dapat
menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.
b. Siswa yang dapat menyelesaikan
pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.
c. Siswa yang ternyata tidak dapat
menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan
prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan
perstasinya itu antara lain :
a. Siswa yang prestasi belajarnya
selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
b. Siswa yang prestasi belajarnya
selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.
c. Siswa yang prestasinya selalu
berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak
permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka
diperlukanlah suatu bentuk layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar
para siswa yang memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh
bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan
bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan
proses atau kegiatan belajar.
Jenis
Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan
layanan bimbingan belajar harus tetap berporos pada terselenggaranya Proses
Belajar Mengajar. Oleh karena itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan
belajar yang berkaitan dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan
bimbingan belajar dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dan
seyogianya dijalankan oleh para guru, antara lain :
a. Mengumpulkan informasi mengenai
diri siswa
b. Memberikan informasi mengenai
berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan
yang sesuai dengan karakteristik siswa
c. Menempatkan siswa dengan kelompok
belajar yang sesuai
d. Memberikan program belajar yang
sesuai
e. Mengidentifikasi siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar
f. Membuat rekomendasi tentang
kemungkinan usaha selanjutnya
g. Melakukan remedial teaching
Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan Belajar
A. Prosedur Umum Layanan Bimbingan
Belajar
Suatu
layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam
kegiatannya, antara lain :
1) Identifikasi Kasus
Langkah
ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada
kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan
mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinya. Namun, ada
kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan
beberapa alasan.
Maka,
diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan
bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan untuk
meminta bimbingan. Dan cara yang dapat dilakukan oleh guru pembimbing dalam
memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara lain :
(a) Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang
ada dan melakukan wawancara face to face,
maka akan diperoleh siswa yang perlu dibimbing.
(b) Maintan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan
berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan yang
akan diberikan guru pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya
terbatas pada hubungan belajar-mengajar di kelas saja.
(c) Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan jika siswa tidak
menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukanlah cara:
(1)
mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat, minat, pretest atau post test dan
sebagainya.
(2)
mengadakan orientasi studi yang membicarakan dan memperkenalkan karakteristik
perbedaan individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar.
(3)
mengadakan diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar.
(4)
Lakukan analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa yang
menunjukkan kelainan-kelainan tertentu.
(5)
Lakukan analisis sosiometris dengan memilih teman tedekat di antara sesama
siswa.
2) Identifikasi MasalaH
Langkah
ini dilakukan untuk mengidentifikasi permalsahan yang dihadapi oleh setiap
siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokalisasi dan dibatasi
dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
(a) Secara substansial-material,
hendaknya dialokalisasi pada jenis bidang studi mana saja.
(b) Secara struktural-fungsional,
permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat
kategori belajar proses-proses mental dari delapan kategori belajar menurut
Gagne.
(c) Secara behavioral, permasalahan
mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotor.
(d) Mungkin terletak pada salah satu
atau beberapa aspek kepribadian siswa.
3) Diagnosis
Dalam konteks PBM, kemungkinan
faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada :
(a) raw
input
(b)
instrumental input
(c)
enviromental input
(d)
tujuan pendidikan
Cara yang dapat dilakukan untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan faktor penyebab
permasalahan di atas, antara lain:
(a)
Untuk mendeteksi raw input, perlu
diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap, wawancara bimbingan dengan yang
bersangkutan, inventory, dan
sebagainya.
(b)
Untuk mendeteksi instrumental input,
perlu dilakukan review terhadap
komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan
wawancara dan studi dokumeneter.
(c)
Untuk mendeteksi enviromental input,
perlu dilakukan observasi dengan analisis anecdotal
records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
(d)
Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional,
wawancara, dan studi dokumenter.
4) Mengadakan Prognosis
Langkah
ini dilakukan setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan
memberikan hasil. Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang
mungkin dilakukan. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini seyogianya tidak
dilakukan secara tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konferensi
kasus.
5) Melakukan Tindakan Remedial atau
Membuat Referral (Rujukan)
Jika
jenis permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar
dan guru masih sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial.
Namun, jika permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi,
maka seorang guru perlu segera melakukan referral
pada ahli yang kompeten di bidangnya.
6) Evaluasi dan Follow Up
Langkah
apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha
pemecahan masalah tersebut seyogianya dilakukan.
B. Strategi Layanan Bimbingan Belajar
Ada dua cara pendekatan dalam
menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu :
1. Berdasarkan jenis dan sifat kasus
yang dihadapinya
Sesuai
dengan sifat permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa
sebagai individual dan dapat pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
o Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan bila :
(1)
Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
(2)
Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan
orang lain.
Layanan bimbingan ini dapat
dilakukan dengan cara:
(1)
Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama, dan
sebagainya.
(2)
Informal, seperti : rekreasi, karyawisata, student self government, pesta olah
raga, pentas seni, dan sebagainya.
o Layanan bimbingan individual
Layanan
ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat
pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau
ahli psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan Ruang Lingkup
Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson
mengidentifikasi tiga strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai
berikut :
a) The strategy guidence thoughout the classroom
Dalam strategi bimbingan melalui
kelas ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang
artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh
pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana.
b) The strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam
strategi bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini dapat
dilakukan oleh petugas khusus yang ditujukan guna mengatasi masalah pokok
secara terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan
vokasional.
c) The strategy of guidance as a comprehensive process
trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam
strategi bimbingan sebagai suatu proses yang komprehensif melalui kegiatan
keseluruhan kurikulum dan masyarakat inimelibatkan semua komponen personalia
sekolah, siswa, orangtua, dan wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan
fasilitas yang lebih lengkap dan menuntut terciptanya suatu kerja sama yang
harmonis di antara semua komponen yang terlibat.
5. Sistem dan Teknik Layanan
Bimbingan
a.
Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
Dalam
buku berjudul Counseling and Psychotherapy, Rogers mengemukakan dua pendekatan
layanan bimbingan, yaitu:
1) Pendekatan Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang
mana yang menjadi pusatnya yaitu konselor, bukan klien.
Dalam pendekatan ini, Wiliamson
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
ü Anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri, sukar memecahkan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan pihak lain.
ü Anak yang berkesulitan, walaupun
telah diberi arahan untuk melakukan sesuatu agar dapat mengatasi masalahnya,
tetap saja tidak berani melakukannya.
ü Mungkin ada masalah yang berat untuk
dipecahkan oleh anak tanpa bantuan orang lain.
2) Pendekatan Non-Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang
mana yang menjadi pusatnya yaitu klien, bukan konselor.
Dalam pendekatan ini, Cart Rogers
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
ü Tiap individu mempunyai kemampuan
yang besar untuk menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan yang kuat untuk
berdiri sendiri.
ü Pembimbing hanya sebagai pengantar dan
membantu klien dalam menciptakan suasana damai.
3) Pendekatan Eclective
Dalam pendekatan ini, FP Robinson mengemukakan
beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
ü Masalah dan situasi penyuluh selalu
berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehiudpan.
ü Langkah-langkah pembimbing harus
selalu disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi bimbingan.
Berdasarkan
landasan teori di atas penulis merangkai sebuah gagasan unik yang mempadukan
nilai bimbingan belajar dengan menumbuhkan integritas diri melalui penanaman soft skill dan life skill pada siswa miskin ke dalam rumah pendidikan. Guna
mengatasi semua permasalahan yang dihadapi siswa miskin baik permasalahan
pendidikan dan ekonomi sebagai wujud rasa antusias perubahan dan perbaikan
pendidikan dan kesejahtraan anak pada lapisan terendah sekalipun.
Adapun
softskill of personal antara lain daya juang, komunikasi asertif
(berbicara dengan niat dan cara yang baik), memotivasi diri, komitmen, luwes
dalam hidup, menjaga keseimbangan dalam hidup, bertanggung jawab. Serta
kemampuan life skill antara lain
kemampuan bekerja sama, kemampuan hidup berdampingan ditengah keanekaragaman
dan budaya, humanis(tidak toleran dan
melawan tindakan yang tidak manusiawi), Civil
aspiration(member kontribusi pemikirn positif), mutually(memandang sukses dari prespektif kebermaknaannya untuk
orang banyak),generativity(menerima
dan memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhan bersama termaduk keberlanjutan
kehidupan generasi penerus.
Secara
teknis rumah pendidikan ini juga mendesain pola-pola penerapan pembelajaran
yang digunakan dengan berlandaskan perkembangan peserta didik. Hal ini juga
menjadi harapan agar siswa miskin merasa nikmatnya belajar serta memiliki
keluarga. Pengajar dan konselor yang akan berada di rumah pendidikan adalah
segenap mahasiswa yang memiliki rasa kpedulian tinggi terhadap semua siswa miskin
yang kan meluangkan waktu nya untuk memeberi pengabian sepenuh hati.
Dengan
membangun basis manajemen dan adminitrasi layaknya sekolah hal ini akan menjadi
indikator bahwa rumah pendidikan ini
bukan wadah organisasi yang sembarang dan tak berkualiatas. Tetapi sosial
integritas luhur penuh kualitas yang akan dibangun oleh para mahasiswa yang
mencintai perubahan perbaikan dan Indonesia yang sejahtera. Kita juga akan
menerapkan etos kerja yang luhur dengan niat bahwa mengajar merupakan panggilan
Allah SWT untukmemberi kemanfaatan ilmu dan tenaga, dan jiwa ini.
Diharapkan
rumah pendidikan ini mampu menyelesaikan permasalahan pendidikan pada kalangan
menengah ke bawah dan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan menambah unsur
keterampilan hidup.
Dengan
kesiapan rumah pendidikan ini menempah minat dan bakat siswa miskin untuk
berjuang meningkatkan prestasi belajar mereka disekolah mereka masing-masing
dan akhirya mengantarkan pada cita-cita luhur mereka yang terbenam di hati
kecil manis itu. Sungguh senyum bahagia mreka adalah senyum bahagia bangsa.
Rumah
pendidikan ini juga dibangun sejlan dengan teori kebutuhan yang dikemukakan
Maslow(Lefton, 1982:171), yaitu kebutuhan jasmani, kebutuhan keamanan,
kebutuhan cinta kasih, kebutuhan penghargaan, kebutuhan kognitf dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Keterangan skema operasi rumah pendidikan:
Ø
Planning ; perencanaan
aktivitas yang akan dilaksanakan dan sumber daya
Ø
Organizing : pengorganisasian
dan pembagian tugas-tugas mulia dalam struktur rumah pendidikan
Ø
Staffing: pengadaan sumber daya
pengajar serta pegawai dengan kecakapan ilmu masing-masing
Ø
Coordinating ;pemaduan
keharmonisan kerja sama setiap elemen rumah pendidikan
Ø
Reporting : Pencatatan
aktivitas serta peningkatan kemajuan rumah pendidikan dan segala elemen didalam
nya
Ø
Controlling : Pengawasan legal
dari masyarakat dan instansi yang bekerja sama.
Ø
Budgeting ; Penetapan anggaran
demi kelancaran aktivitas rumah pendidikan.
Dengan dasar bangunan
manajemen serta landasan berpikir diatas maka rumah pendidikan ini juga
memiliki dasar evaluasi juga yaitu adanya peran masyarakat dalam menilai dan
instansi yang bekerja sama. Segenap hati berahar ide ini dapat direalisasikan
demi mempercepat perubahan nasib siswa miskin yang akhirnya berdampak pada
perubahan negeri ini menjadi sejahtera dan maju secara
intelektual,moral,emosional serta spiritual terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
0 comments:
Post a Comment