Plasma pada Industri Tekstil
Dalam
bidang tekstil, penelitian yang dikerjakan sejak awal 1980-an di banyak
laboratorium di seluruh dunia tentang penggunaan radiasi plasma bertekanan
rendah untuk material berserat menunjukkan hasil-hasil yang menjanjikan karena
mampu meningkatkan berbagai sifat fungsional pada bahan tekstil yang mendapat
perlakuan radiasi plasma. Sejumlah mesin plasma bertekanan rendah komersial,
yang sebagian besar berbentuk prototipe, telah ditawarkan untuk pemrosesan
tekstil selama lebih dari 15 tahun. Dalam beberapa waktu terakhir, beberapa
perusahaan bahkan telah mulai menawarkan sistem komersial sistem plasma
bertekanan rendah untuk pemrosesan tekstil. Namun, meskipun menjanjikan
keuntungan yang besar dalam prototipe laboratorium maupun industri, pemrosesan
plasma pada skala industri masih lambat untuk membuat dampak yang besar dalam
industri tekstil. Kendala lainnya yaitu
lambatnya pengembangan sistem plasma yang cocok untuk industri, fokus yang
lambat pada pengembangan sistem plasma bertekanan rendah dan kurangnya
transparansi publik mengenai kesuksesan dan kegagalan dari percobaan-percobaan
industri (Shishoo ed.,
2007).
Bahan
tekstil memiliki sifat-sifat intrinsik yang bernilai dan tidak dimiliki bahan
lain, seperti fleksibilitas, berat spesifik yang rendah, kekuatan tarik, rasio
permukaan terhadap volume yang besar, sifat pegangan yang baik dan kelembutan.
Oleh karena itu, bahan tekstil dapat dengan mudah menerima fungsi-fungsi
tambahan, misalnya, hidrofobik, oleofobik, atau sifat anti bakteri. Selama ini,
fungsi-fungsi tersebut hanya diperoleh melalui proses basah atau penyempuranaan
(finishing) tradisional yang selalu
disertai dengan penggunaan sejumlah besar bahan kimia, air, dan energi. Plasma
adalah teknik pemrosesan kering yang memungkinkan pereduksian penggunaan air
secara signifikan (Rauscher
ed., 2010) dan pembangkitan reaksi-reaksi kimia tanpa suhu tinggi dan
terlalu banyak zat-zat kimia yang berbahaya.
Interaksi
partikel-partikel aktif di dalam plasma dengan substrat dapat mengarah pada
penambahan partikel ke substrat atau pelepasan partikel dari substrat. Untuk
aplikasi pada bahan tekstil, radiasi plasma dapat digunakan untuk proses
pembersihan (cleaning), etsa, maupun
sterilisasi. Plasma untuk finishing atau pelapisan mengarah pada deposisi dari
suatu pelapisan yang sangat tipis (dalam orde nanometer) di atas substrat.
Prekursor dapat dipilih sesuai dengan fungsi target. Aplikasinya termasuk
misalnya, sifat oleofobik, ketahanan terhadap api, atau sifat antibakteri.
Keuntungan utama adalah bahwa fungsi tersebut dapat direalisasikan dengan
ukuran yang sangat terbatas, misalnya pada orde 0,2 g/m2 untuk mendapatkan
sifat anti mikroba (Buyle et al., 2008).
Sistem
korona standar dalam industri tekstil terdiri dari elektroda-elektroda pisau
logam murni di atas elektroda lawan (counter electrode),
yang umumnya berupa rol yang
menjalankan substrat. Plasma lucutan korona dibangkitkan di antara elektroda
logam dan rol, lalu substrat diradiasi
dengan melewatkannya melalui lucutan korona.
Umumnya, peradiasian dengan lucutan korona dioperasikan di dalam udara
lingkungan yang seringkali menyebabkan peningkatan energi permukaan dari
permukaan substrat, misalnya, daya serap air dan daya kapilaritas yang lebih
baik. Radiasi lucutan korona standar dapat dioperasikan pada kecepatan beberapa
meter per menit hingga 1000 m per menit dan bahkan lebih tinggi. Kecepatan
maksimal yang dapat dicapai untuk aplikasi ditentukan oleh masukan daya
listrik, material substrat, struktur permukaan dan besaran dari efek-efek induksi
yang diperlukan (Rauscher ed., 2010).
Sejumlah
penelitian yang bertujuan meningkatkan sifat hidrofilik kain poliester
(polietilena tereftalat, PET) telah dilakukan sebelumnya. Analisa ringkas dari
literatur telah dilakukan untuk mengidentifikasi molekul yang dapat memberikan
sifat hidrofilik dan untuk meningkatkan adhesi. Gas-gas dan monomer yang
teridentifikasi di antaranya :
1. Untuk
memberikan sifat hidrofilik:
gas : O2, N2, NH3, H2/N2, Ar, udara.
2. Untuk adhesi:
gas: O2, N2, NH3, Ar/N2, udara, CO2,
Ar/O2/NH3, H2.
Dapat
diamati, beberapa gas memberikan efek peningkatan hidrofilik dan adhesi
sekaligus. Plasma yang mengandung nitrogen secara luas digunakan untuk meningkatkan
pembasahan (wettability), dan fungsi lainnya dari permukaan poliester. Nitrogen
juga digunakan untuk meningkatkan kekuatan antarmuka (interfacial
strength) antara
serat-serat polietilen dan resin-resin epoksi yang dihasilkan oleh ikatan
silang amina., Gugus amino
diperkenalkan pada permukaan serat untuk membuat ikatan kovalen (Chappel et al., 1991).
Sementara penggunaan oksigen
selalu dihubungkan dengan permukaan-permukaan polimer yang diradiasi
menggunakan plasma-nitrogen. Fenomena yang umum adalah oksigen tergabung pada
permukaan polimer setelah dan selama proses radiasi plasma non-oksigen.
Radikal-radikal bebas yang tercipta pada permukaan polimer dapat bereaksi
dengan oksigen selama peradiasian dengan plasma. Selain itu, radikal-radikal bebas
yang masih tersisa di permukaan polimer setelah peradiasian akan bereaksi
dengan oksigen ketika permukaan terkena paparan lingkungan atmosfer (Chan et al., 1996).
0 comments:
Post a Comment