BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tema utama dalam aplikasi-aplikasi plasma adalah
perlakuan plasma pada permukaan.
Proses-proses fundamental yang berlangsung selama perlakuan plasma pada permukaan
suatu material adalah: permukaan tersebut dibombardir dengan elektron-elektron
cepat, ion, dan radikal-radikal bebas, dikombinasikan dengan emisi radiasi
elektromagnetik kontinu dalam spektrum UV-Vis yang menghasilkan reaksi-reaksi
kimia-fisika untuk mendapatkan fungsi aspek dan fungsional yang diinginkan
(Shishoo ed., 2007). Dalam bidang
tekstil, perlakuan plasma diakui sebagai suatu alternatif untuk menggantikan proses
penyempurnaan kimia dan persiapan penyempurnaan. Teknologi ini menawarkan sejumlah
keuntungan yang lebih besar dibandingkan proses kimia konvensional. Modifikasi
permukaan menggunakan plasma tidak memerlukan penggunaan air dan bahan-bahan
kimia, sehingga dianggap sebagai teknologi yang ekonomis dan ramah lingkungan (Carneiro et al., 2001).
Proses persiapan
penyempurnaan dan penyempurnaan kain tekstil dengan
teknologi plasma non termal menjadi yang paling populer digunakan sebagai suatu
teknik modifikasi permukaan (Shishoo
ed., 2007). Plasma non termal (atau plasma dingin)
secara khusus menjadi teknologi yang paling sesuai untuk diaplikasikan dalam
pemrosesan kain tekstil karena sebagian besar material tekstil merupakan
polimer yang sensitif terhadap panas (Morent
et al., 2007). Selain itu, plasma dingin
memungkinkan modifikasi permukaan pada serat-serat kain tanpa memengaruhi
sifat-sifat bulk (Gouanve et al.,
2006).
Sebagian besar perlakuan radiasi plasma menggunakan
tekanan rendah (kondisi vakum tinggi), melibatkan sejumlah proses dan konsumsi waktu,
energi serta ruang (Cai et al.,
2003). Namun pada 2010, Keiko dan Akemi (2010)
menggunakan plasma bertekanan atmosfer (atmospheric pressure plasma, APP) untuk
memberikan sifat hidrofilik pada permukaan serat poliester. Sifat dan fungsi yang
dapat diperoleh dari perlakuan plasma pada permukaan kain, misalnya yang paling
utama, adalah plasma dapat digunakan untuk mengubah daya serap permukaan dari yang semula bersifat
sifat hidrofilik menjadi hidrofobik dan sebaliknya (Rauscher ed., 2010).
Perubahan sifat tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya: terjadinya perubahan morfologi permukaan dan/atau
terbentuknya gugus fungsional kimia aktif pada substrat kain akibat perlakuan
plasma. Kemungkinan lainnya adalah kemunculan radikal-radikal bebas pada
substrat yang diberi perlakuan plasma sehingga menyebabkan perubahan sifat
fisis pada kain tersebut. Proses yang berlangsung dalam perlakuan pembangkitan
plasma terhadap substrat adalah bahwa ketika daya ditingkatkan, gas plasma akan
mendapatkan energi lebih untuk ionisasi dan dapat terionisasi lebih mudah. Di
sisi lain, kecepatan elektron di bawah medan listrik kuat akan meningkat,
sehingga menyebabkan peningkatan energi kinetik elektron. Kedua faktor tersebut
akan meningkatkan aksi plasma pada permukaan serat. Aksi tersebut akan menyebabkan
kekasaran permukaan dan terbentuknya gugus
fungsional polar oksigen, yang berkontribusi memberikan sifat hidrofilik dan
meningkatkan adhesi, pada kain poliester (Wong et al., 2000);
(Liu et al., 2006); dan (Rauscher ed., 2010).
Interaksi partikel-partikel aktif di dalam plasma
dengan substrat dapat mengarah pada penambahan partikel ke substrat atau
pelepasan partikel dari substrat. Untuk aplikasi pada bahan tekstil, radiasi
plasma dapat digunakan untuk proses pembersihan (cleaning), etsa, maupun
sterilisasi. Plasma untuk penyempurnaan atau pelapisan
mengarah pada deposisi dari suatu pelapisan yang sangat tipis (dalam orde
nanometer) di atas substrat. Hal ini berhasil dicapai menggunakan peranti plasma
(korona, DBD, plasma jet). Keuntungan utama adalah bahwa fungsi tersebut dapat
direalisasikan dengan ukuran yang sangat terbatas, misalnya pada orde 0,2 g/m2
untuk mendapatkan sifat anti mikroba (Buyle
et al., 2008).
Sistem korona standar dalam industri tekstil terdiri
dari elektroda-elektroda pisau logam murni di atas elektroda lawan (counter
electrode), yang umumnya berupa rol yang menjalankan
substrat. Plasma lucutan korona dibangkitkan di antara elektroda logam dan rol, lalu substrat diradiasi
dengan melewatkannya melalui lucutan korona. Umumnya,
peradiasian dengan lucutan korona dioperasikan di dalam udara lingkungan yang
seringkali menyebabkan peningkatan energi permukaan dari permukaan substrat,
misalnya, daya serap air dan daya kapilaritas yang lebih baik (Rauscher ed., 2010).
Radiasi plasma diakui dapat memberikan sejumlah
perubahan sifat fisik maupun kimia pada permukaan kain tekstil. Dampak yang
ditimbulkan terhadap sifat-sifat fisis maupun kimia pada kain berbeda-beda
diantaranya tergantung pada jenis plasma, jenis gas, maupun jenis kain yang
digunakan. Efek radiasi plasma pada kain dari serat alami akan berbeda dengan
efek pada serat sintetis. Radiasi plasma dilaporkan dapat meningkatkan daya
serap air pada permukaan serat terutama dengan oksidasi dan etsa. Radiasi
plasma juga telah dimanfaatkan untuk beberapa aplikasi seperti anti mengkeret (Mori dan Inagaki, 2006); (Canal et al., 2007), meningkatkan
sifat tahan gosok dan kemampuan menyerap warna dari serat-serat wol (Mori dan Inagaki, 2006); (Sun
dan Stylios, 2005), serta
mampu memberikan peningkatan sifat-sifat mekanik secara signifikan baik melalui
radio frekuensi maupun frekuensi rendah yang meliputi kekuatan geser (shear strength), kekuatan lentur (flexural
strength), dan kekuatan tarik (tensile
strength) (Yoldas dan Mehmet,
2010).
Dalam penelitian ini dikaji perubahan sifat
kebasahan pada permukaan kain poliester dan katun, masing-masing dipilih untuk
mewakili serat sintetik dan alam, akibat perlakuan plasma. Jenis plasma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah plasma pijar korona yang dibangkitkan
dengan konfigurasi elektroda multi titik-bidang. Perubahan sifat yang diamati,
sebagai indikasi pengaruh perlakuan plasma, dikaitkan dengan perubahan
morfologi dan kemunculan gugus fungsional aktif penarik air pada permukaan kain
yang diradiasi.
Faktor-faktor operasional peradiasian yang diduga
memberikan efek signifikan terhadap perubahan sifat pada kain divariasikan
dalam penelitian ini untuk kemudian dapat ditarik hubungan. Parameter
peradiasian yang akan dipelajari dalam penelitian ini yaitu lama peradiasian,
tegangan, serta jarak elektroda titik dan bidang yang diduga kuat merupakan
tiga parameter proses yang berpengaruh terhadap perubahan sifat-sifat fisik
bahan tekstil. Sifat fisik kain terkait sifat hidrofilik yang akan diamati
perubahannya dalam penelitian ini antara lain adalah: daya basah
(wet ability),
daya serap kapiler (wet ability by
wicking), morfologi permukaan serat dan
sifat-sifat kimia permukaan (terkait kemunculan gugus fungsional) melalui
analisa dengan FTIR.
Dalam permainan poker dan domino 99 online membutuhkan banyak strategi untuk menang,
ReplyDeletememanfaatkan kartu bagus, ronde, waktu, taktik mengertak dan menipu lawan anda.
seperti dalam semua varian poker, setiap individu bersaing untuk sejumlah uang atau chip yang diberikan oleh para pemain,
dengan proses pembagian kartu secara acak. (PIN BBM: 7AC8D76B)