Model Pembelajaran BBM
Istilah model menurut Winataputra (2001:3) yaitu kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Atas
dasar ini, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi
sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:5) bahwa model
pembelajaran merupakan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Sementara
menurut Sudrajat (2008) model pembelajaran yaitu bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan metode, pendekatan,
dan teknik pembelajaran.
Model yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah model BBM
yaitu model yang dibangun melalui aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis. Model ini diadaptasi dari model
kooperatif tipe think-talk-write dari
Huinker dan Laughlin dalam Yamin dan Ansari (2008:84-87) dalam menumbuhkembangkan
kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematik siswa. Pengembangan model ini didasarkan
pada kesamaan prinsip aktivitas dalam merangsang siswa untuk berpikir secara
sistematis setelah proses membaca. Hal ini didukung oleh
Suyatno (2009:66) bahwa pembelajaran think-talk-write
ini dimulai dengan berpikir melalui bacaan, hasilnya bacaannya dikomunikaikan
dan dilaporkan secara tertulis.
Sesuai
dengan namanya, model BBM ini terdiri atas fase berpikir, berbicara, dan
menulis. Strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau
berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca selanjutnya berbicara
dan berbagi ide dengan temannya sebelum menulis. Menurut Yamin dan Ansari
(2008:84) model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok 3-5 siswa.
Dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca, membuat catatan kecil,
menjelaskan, mendengarkan, dan membagi bersama teman kemudian mengungkapkannya
melalui tulisan.
Fase
pertama pada model BBM adalah berpikir. Aktivitas berpikir ini dapat dilihat
dari proses membaca. Aktivitas tersebut menurut Utami (2007:27) terdiri atas
(1) memahami jenis bacaan, (2) mencermati hal-hal yang dibahas, (3) memilah
bagian-bagian penting, (4) mengkaji kata, istilah, atau ungkapan yang tidak
diketahui, dan (5) menulis hal-hal penting. Hal yang identik dikemukakan Yamin
dan Ansari (2008:85) bahwa kemampuan membaca secara komprehensif dianggap
sebagai proses berpikir, meliputi (1) membaca baris-demi baris, (2) menentukan
bagian-bagian penting, (3) membuat catatan, (4) mempersatukan ide, dan (5) menerjemahkan
ke dalam bahasa sendiri. Membuat catatan dapat merangsang aktivitas berpikir
sebelum, selama, dan sesudah membaca. Selain
itu dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan
berpikir dan menulis.
Fase
kedua yatu berbicara. Pada fase ini, siswa dituntut untuk terampil berbicara
dalam mengkomunikasikan hasil membacanya. Siswa menggunakan bahasa sendiri
untuk menyajikan ide, membangun teori, dan berbagi informasi dengan sesama
teman, Berkomunikasi atau berdialog dengan teman atau guru dapat membantu
meningkatkan pemahaman siswa. Keterampilan berkomunikasi ini dapat mempercepat
kemampuan siswa mengungkapkan ide melalui tulisan. Hal ini bisa terjadi karena
ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog sekaligus ia mengkonstruksi
berbagai ide. Kegiatan pada fase ini sangat membantu guru mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam belajar.Fase
terakhir dari model BBM adalah menulis. Aktivitas menulis menurut Yamin dan
Ansari (2008:87) berarti mengkonstruksi ide kemudian mengungkapkannya melalui
tulisan. Aktivitas menulis ini akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan
juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa dan memantau kesalahan
siswa.
0 comments:
Post a Comment